"Apalah arti 'Mantan Terindah' jika hanya memberikan luka disetiap kenangannya?"
•••
Rara melihat orang itu tersenyum disebelahnya, Rara menggeser sedikit badannya, tetapi orang itu malah ikut mengeserkan badannya dan tersenyum seakan tidak punya dosa sama sekali.
"Apaan si lo!" ucap Rara pada orang itu.
"Ya ampun.. galak banget neng"
"Berisik lo"
"Btw, lagunya bagus"
Rara tidak berniat menjawab ucapannya lagi, dan lebih memilih membuang pandangannya pada jalanan yang masih ramai.
"Ra.. gue kan udah pernah bilang, kalo gue mau ngomong sama lo.. lo gak suka ya gue kesini?" Tanyanya.
"Itu lo tau, kenapa nanya!"
"Oh iya.. gimana, lo udah baca surat dari gue?"
"Gak tuh.. gak nyampe kerumah gue suratnya, mungkin kerumah Stella"
"Ya elaah.. masih aja cemburu urusan udah kapan tau juga"
"Lo ngapain sih disini? Ganggu tau gak?"
"Loh?.. inikan tempat umum"
Orang itu menyenderkan kepalanya pada bangku yang ia tempati dan memejamkan matanya.
"Ra.. gue gak pernah mutusin lo dengan sengaja, sebenernya gue gak pernah mau mutusin lo, tapi-"
"Van!!.. gue udah bilang jangan samperin gue dan ngomong sama gue lagi. Buat apa sih lo jelasin masalah itu terus?" Kali ini Rara sudah cape dengan urusannya yang tak pernah selesai dengan Revan.
"Karena lo masih aja benci sama gue, gue mau lo yang dulu lagi"
"Membalikan keadaan gak segampang membalikan telapak tangan Van, dan gue bukan lagi gue yang dulu"
"Lo tau gak sih? Gue diancem Stella, kalo sampe gue gak nurutin kemauan dia, dia bakal bikin bokap gue resign dari kerjaannya, dan gue yang bego dengan mudah nerima gitu aja tanpa tau konsekuensinya. Dan ternyata dia nyuruh gue buat jadi pacar pura-puranya.
"Lo tau sendiri bokap gue kerja diperusahaan keluarga kalian kan? dan gue gak mau bikin bokap gue susah. Tapi sumpah ya, bahkan Stella aja nyesel pernah ngejalanin hubungan pura-pura itu sama gue, karena gara-gara itu dia juga diputusin sama pacarnya"
Pacar? Stella punya pacar?- batin Rara.
"Dan semuanya yang dia bilang kalau gue deketin lo cuma demi jabatan itu salah besar Ra.!" Lanjut Revan lagi.
Rara tersenyum sinis.
"Tapi beda tipis kan?""Ra.. please.. bisa gak sih lo percaya sama gue"
Rara membuang mukanya kearah yang berlawanan, karena Revan terus memandangi wajahnya dengan seksama. Tanpa bisa dicegah lagi, air matanya pun jatuh setitik demi setitik.
Rara pun beranjak dari tempatnya.
"Lo mau kemana?" Tanya Revan seraya menahan tangan Rara.Tiba-tiba ada seseorang yang menepis tangan Revan, dengan cepat Rara menghapus air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rara
Teen FictionBagaimana rasanya mengorbankan orang yang disayang, demi orang yang lebih disayang? -- Ganti Judul dan segera di revisi!! Maaf untuk keterlambatan update. Syeeerly💕