Rara menghembuskan nafas berkali-kali untuk menghilangkan gugup dihatinya, ia memang sudah biasa manggung dicaffe-caffe seperti ini, tetapi kali ini terasa berbeda, karena tampil dengan teman-teman club musiknya.
Karena teman-teman club musiknya, atau karena satu panggung dengan Raffa? Entahlah, yang jelas gugupnya masih saja belum hilang, sekarang ia berada dibackstage untuk latihan sebentar, karena tampilnya masih sekitar dua jam lagi.
"Ra.. lo gugup yah?" Tanya Derry yang datang dibalik pintu membawa air mineral. "Nih.. minum dulu"
"Thanks kak" Rara meneguk air mineral tersebut, menghabiskannya hingga terasisa setengah.
"Gimana? Udah bisa nentuin? Mau nyanyiin lagi apa nih?"
"Udah kak, tapi... sebenernya sih gue belum terlalu yakin sama lagunya"
"Loh... kenapa gitu?"
"Itu-"
Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu itu, memotong ucapan Rara, dan otomatis membuat mereka melirik kearah pintu.
Raffa?! Padahal pintu terbuka lebar, kenapa dia harus mengetuk pintunya lebih dulu?.
Rara dan Derry sama-sama mengangkat kedua alisnya melihat Raffa, terlihat raut bertanya-tanya diwajah mereka.
"Lo ditunggu diruang makeup" ucap Raffa datar, menatap Rara.
"Hah? Gue?" Rara menunjuk dirinya sendiri.
"Yaiyalah... gak mungkin gue suruh Derry buat makeup"
"Se- sekarang?"
Raffa membalikan tubuhnya meninggalkan Rara yang masih bertanya, lalu berteriak..
"TAHUN DEPAN!"
Rara dan Derry saling melempar tatapan dan membulatkan matanya, apa-apaan Raffa menyuruhnya makeup tahun depan, sedangkan acaranya dimulai satu jam lagi. Merasa mengerti dengan teriakan Raffa, mungkin sebentar lagi, Rara akan terkena amukannya seperti biasa, jika tidak segera menuruti perintahnya.
"Duluan yah kak" ucap Rara beranjak dari kursinya mengejar Raffa.
"Hati-hati yah Ra!" Ucap Derry merasa prihatin pada adik kelasnya itu.
***
Setelah setengah jam berlalu, entah kenapa Rara tidak juga keluar dari ruang ganti, Raffa mendecak sebal dan sesekali melirik jam tangannya, sedang apa anak itu didalam? Apakah setiap wanita selama itu saat berdandan?.
Raffa sudah tak sabar, ia pun mengetuk pintunya dengan keras.
"Lo ngapain sih didalem, lama banget! Udah selesai belum?" Tanya Raffa tidak sabar.
"Bertelur kali didalem" ujar Vino sembarangan, sambil menyilangkan tangan didada dan bersandar pada tembok.
"Eh.. jangan-jangan ngelahirin bayi anaconda lagi" timpal Raihan lebih sembarangan, beranjak dari duduknya.
"Anaconda itu bertelur juga, bolot!" Cibir Vino.
"Udaah... jangan asal nuduh dulu, cewek kan emang agak lama kalo dandan" ucap Derry menepuk bahu Raffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rara
Fiksi RemajaBagaimana rasanya mengorbankan orang yang disayang, demi orang yang lebih disayang? -- Ganti Judul dan segera di revisi!! Maaf untuk keterlambatan update. Syeeerly💕