22. Kiss

39 4 0
                                    

" Hati yang telah terbungkus rapih ini kembali terbuka dengan luka yang hampir sama. Kau, berhasil mengupasnya"

••••

"Bangun Ra, please..."

Entah yang ke berapakali Raffa menepukan tangan pada pipi Rara. Tapi hasilnya tetap nihil, Rara tak juga menunjukan tanda-tanda bahwa dia baik-baik saja.

Hampir saja bulir kristal di mata Raffa menumpah, untuk pertama kalinya ia merasa sangat takut kehilangan seseorang seperti ini.

"Raquel Athalla.... Bangun"

Ia menekan kembali dada Rara, berharap agar ia bisa bernafas kembali. Dalam hati ia meruntuki dirinya sendiri, telat untuk menyelamatkan gadis ini.

Karena frustasi. Ia rasa ini adalah jalan terbaik agar gadis mungil ini bisa bernafas kembali. Nafas buatan!

"RAFFA!" pekik Rey tak jauh dengan posisinya.

"Lu mau ngapain? Lu--"

Uhukk.. uhukk..

"Ra, lo udah sadar?" Rey mencoba membantu Rara bangun dari posisinya.

"Rey, lo bawa mobil kan?"
Rey menjawab dengan mengangguk.

"Siapin mobil sekarang, biar gue yang bopong Rara"

Rey berlari ke arah parkiran, dan Raffa mengambil jaketnya yang tak jauh di sisi kolam. Dan memakaikannya pada tubuh Rara yang menggigil.

"Sini Raf, pelan-pelan" ucap Rey, ketika Raffa menaruhnya di kursi sebelah pengemudi.

Rara telah berhasil diamankan, walaupun dengan kondisi yang sangat lemah.

Tapi ketika membuka pintu mobilnya, Rey malah terlihat berfikir. Dan memanggil Raffa.

"Raf... Gue rasa dia lebih butuh lo, daripada gue, sekarang"

Rey malah mendorong Raffa membuka mobil nya, dan mengemudikannya.

Raffa tersenyum.
"Terhura gue"

"Terharu nyed"

"Eh konci motor lo mana? Ya kali gue pulang ngesodh?" Lanjutnya lagi.

Raffa terkekeh, dan melempar kunci motornya pada Rey.

Gue tau Raf, lo sayang sama dia.
Walaupun gue juga punya rasa yang sama.
Tapi mungkin, sayang lo sama dia lebih berarti dibanding gue.

***

"Disini kan rumah lo?"

Rara mengedarkan pandangannya. Dan mengangguk. Tapi ketika matanya bertemu dengan mata Raffa.

"Astagfirullah!!" Rara tergejolak kaget.

"Ck, kebiasaan kalo ngeliat muka gue" Raffa mendonghak berniat untuk bercermin dikaca spion.
"Muka ganteng, keceh gini juga. Masa dikira setan? Sungguh terlalu."

"Hueekkk..."

"Eh, lo kenapa? Pengen muntah ya?"

"Iya. Pengen muntah liat orang sok kecakepan kayak lo"

"Udah ah, gak baik gitu sama gue. Turun yuk?"

"Tumben bener"

"Lagi baek nih... lo lagi dapet tiket gratis nge-date sama gue"

"Dih.. nge-date dianterin pulang basah kuyup kek gini? Gratis juga gak butuh gue mah"

RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang