Bintang bersiap untuk pergi malam ini, bersama Bryan. Entah apa yang ada dipikiran Bryan, mengajak Bintang keluar malam-malam.
"Bintang, Bryan datang!" seru Fani, mamanya. Yang masuk ke kamar Bintang, tanpa mengetuknya terlebih dulu.
"Iya, Ma" Bintang keluar dari kamar, lalu, menuruni anak tangga, diikuti dengan Fani.
Bintang berdiri tepat dihadapan Bryan. Tanpa, menyapanya terlebih dulu. "Ayo!" ajak Bryan.
Bintang dan Bryan pamit kepada Fani. Fani mengantar mereka sampai depan pintu. Lalu, mereka berdua masuk kedalam mobil Honda milik Bryan.
Saat diperjalanan, mereka hanya saling membisu. Tanpa terasa, Bryan memarkirkan mobilnya, di depan sebuah Restoran. Tadinya, Bryan akan membukakan pintu untuk Bintang keluar. Tapi, Bintang keluar bersama, saat Bryan membuka pintunya. Mereka masih membisu, lalu, duduk disudut dekat jendela.
"Mau pesan apa?" tanya pelayan Restoran ramah.
"Nasi goreng sama teh hangat" kata Bintang.
"Kalau gitu, samain aja mba!" kata Bryan kepada pelayan itu.
Bintang melihat kendaraan yang berlalu lalang di luar jendela. Bryan hanya menatap sekeliling, sesekali dia menatap Bintang. Beberapa menit kemudian, pelayan itu datang, membawa dua porsi nasi goreng dan dua gelas teh hangat.
Mereka mulai menyantap. Bryan membuka obrolan, yang dari tadi dia dan Bintang hanya membisu.
"Bin..". Bintang mengangkat sebelah alisnya.
"Gue.. sayang sama lo. Lo mau kan jadi pacar gue?" Bryan merasa mengatakan hal yang belum tepat dikatakan sekarang.
"Ya ampun, Yan. Ini kedua kalinya lo nembak gue. Dan-"
"Dan jawaban lo, masih sama kayak pertama kali gue nembak lo?" tanya Bryan, memotong kalimat Bintang.
Bintang mengangguk sambil tersenyum. "Gue sayang, banget malahan. Tapi, sayang gue sebagai sahabat. Kita sahabatan dari kecil, dan gue ga mau ngancurin persahabatan kita" ucap Bintang.
"Yayaya, gue ngerti. Tapi, ga ada salahnya kan, kalau gue sayang sama lo melebihi sahabat" Bryan tersenyum tanpa, canggung.
Mereka berdua memang tidak suka berada diarea yang namanya. Canggung. Lebih tepatnya mereka benci dengan kecanggungan. Walau pun ditolak, Bryan tetap ingin membuat Bintang jatuh cinta kepadanya. Tapi, sepertinya tidak mungkin.
"Oh iya, gue minta maaf atas nama Jesica Kalina. Karena dia hampir nyelakain lo saat di pertandingan tadi. Gue..." Bryan menggantungkan kalimatnya. "Ga ngerti lagi dengan sifatnya yang licik dan mau menang sendiri" lanjut Bryan.
Bintang terkekeh melihat sahabatnya itu. "Gitu-gitu juga sepupu lo, Yan" seru Bintang.
"Kalau gue boleh milih ya, Bin. Gue ga mau punya sepupu kayak dia" pekik Bryan.
⭐⭐⭐
"Pagi, Ma" Bintang menuruni anak tangga, dengan tas ransel yang digendong di bahu sebelah kanannya.
"Pagi sayang.. kamu mau sekolah?" tanya Fani yang sedang menyiapkan sarapan.
"Iya" jawab Bintang singkat lalu, duduk untuk sarapan bersama Mamanya.
"Kan masih ada pertandingan".
"Tapi, tetep aja diabsen, Ma". Mamanya hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Ma.." Bintang menggantungkan kalimatnya. "Papa, kapan pulang?" tanya Bintang.
"Kayaknya minggu depan" jawab Fina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh [End]
Teen FictionBintang Cahya dan Rafa Aditya sudah kenal 11 tahun yang lalu. Saat mereka kecil, kejadian yang tak diduga membuat mereka terpisahkan. Setelah 11 tahun lamanya, mereka dipertemukan kembali. Tapi mereka tidak saling mengenal. Dengan cara yang tak did...