Lima tahun kemudian..
"Aldifa!"
Kesal Bintang, karena anaknya ini terus berlari. Padahal Bintang hanya ingin memakaikan sweter pada tubuh anaknya. Bintang melihat Rafa keluar dari kamarnya sudah berpakaian rapi. Tangan Bintang melempar sweter itu pada Rafa.
"Anak kamu tuh, susah diatur," Bintang menghempaskan bokongnya di sofa maroon. "Padahal pake baju santai aja sih. Gak usah pake dress segala. Apalagi lengan pendek. Jadinya Aldifa harus pake sweter biar gak kedinginan."
"Biarin. Biar Aldifa besarnya gak tomboy kayak kamu. Ribet tau gak punya anak tomboy." Rafa berusaha mengejar Aldifa yang berlari sambil tertawa.
Bintang mencibir pelan. Mengingat lima tahun lalu saat Mamanya memberi kabar bahwa ia dan Rafa akan menikah seminggu lagi, itu benar-benar terjadi. Bintang sudah menolak beribu-ribu kali. Tapi apalah daya, lebih banyak orang yang mendukung pernikahan mereka. Awalnya Bintang akan kabur saat hari H-nya, tapi dipikir-pikir itu tidak etis. Lebih terlihat sinetron. Dan Bintang tidak ingin mendrama.
"Selesai. Pakein sweter ke anak aja susah," cibir Rafa. Bintang melihat anaknya yang sudah terbalut sweter berwana abu.
"Ya udah, ayo berangkat!"
Rafa menggendong Aldifa menuju pintu keluar. Bintang mengambil tasnya di atas meja lalu menyusul Rafa dan Aldifa yang sudah berada di dalam mobil.
"Mama kita mau kemana?" tanya Aldifa yang berada dipangkuan Bintang.
"Kerumahnya Kelvin dan Kalea, Aldifa,"
✩✩✩
Kelvin dan Kalea. Anak kembar itu berlari menyambut Aldifa lalu memeluknya. Mereka berdua mengajak Aldifa masuk. Kebiasaan mereka jika bertemu adalah tertawa tanpa sebab. Mereka akan duduk melingkar lalu tiba-tiba tertawa. Terdengar aneh memang. Tapi orang yang melihatnya akan ikut tertawa.
David dan Kayla, orangtua dari anak kembar itu mengajak Rafa dan Bintang masuk juga. Persahabatan mereka dari SMA hingga sekarang tetap berjalan baik. Begitu juga dengan Anggi. Walau Anggi berada di Singapura bersama Bryan, Bintang dan Kayla selalu menelpon Anggi seminggu sekali. Sekedar menanyakan kabar.
"Besok lo jadi pindah ke Bandung?" tanya Bintang pada Kayla.
"Hm, Mama gue maksa banget gue pindah ke Bandung," jawab Kayla.
"Sampai kapan?"
"Gak tau sih, kayaknya sampai Kelvin dan Kalea besar deh. Mungkin SMA nanti mereka balik lagi ke Jakarta."
Bintang mangut-mangut. "Terus, Kelvin sama Kalea tau kalau mereka bakal pindah ke Bandung?"
"Mereka gak tau. Kalau tau pasti mereka gak mau. Lo tau sendiri Kelvin, Kalea, dan Aldifa gak bisa dipisahin," Kayla menatap tiga anak yang sedang duduk di karpet sambil tertawa terbahak-bahak.
Bintang juga melihat itu. Ia ikut tertawa. "Aneh mereka. Apanya yang lucu coba."
Kayla melengos. "Emangnya siapa yang bikin permainan itu? Anak lo kan." Kayla tertawa. "Anak lo sama anehnya kayak lo!"
Bintang mendengus. Tapi tak bisa menyembunyikan kenyataannya. Memang Aldifa-lah yang pertama mengajak Kelvin dan Kalea bermain permainan seperti itu. Karena menurut Aldifa, bermain barbie atau masak-masakan sudah biasa.
Tapi untuk saat ini Bintang masih tenang, karena ketiga anak itu masih bermain permainan yang terdengar aneh di dalam rumah. Coba kalau di luar, bisa dibayangkan akan banyak orang yang berkata mereka gila.
Kebersamaan mereka dihabiskan hingga sore hari. Karena nanti malam saat Kelvin dan Kalea tertidur, Kayla akan membawa mereka diam-diam. Jadi saat dua kembar itu bangun, mereka sudah berada di kediaman neneknya.
Dan saat itu juga, kehidupan Aldifa akan berubah tanpa mereka. Di komplek perumahannya memang banyak anak kecil yang suka bermain. Tapi, Aldifa lebih suka bermain bersama Kelvin dan Kalea. Sifat manja anak-anak komplek membuat Aldifa risi.
Umur Aldifa yang dikatakan masih balita. Sudah bisa membuat anak-anak komplek itu takut padanya. Pasalnya, jika ada anak komplek yang teriak-teriak atau jatuh lalu menangis, Aldifa akan memarahi mereka dan berkata "Berisik!". Jadi, hanya Kelvin dan Kalea-lah teman terbaik Aldifa. Tapi sekarang mereka akan pergi untuk waktu yang lama.
Diperjalanan pulang, dengan mata yang hampir menutup. Aldifa menggumamkan sesuatu pada Bintang.
"Besok ke rumah Kelvin Kalea lagi ya, Ma."
Bintang tidak menjawab. Kalau Bintang menjawab iya, besoknya Aldifa akan menagih. Aldifa cukup jago untuk masalah ingat-mengingat.
✩✩✩
Udah bener-bener selesai. Ekstra Part cuma ada dua. Maafkan karena ekstra part yang kedua ini sedikit. Ekstra part ini ada hubungannya sama sequel Bintang Jatuh. Tapi belum tau mau dipublish kapan.
Tentang info sequelnya akan diupdate nanti. Sekalian kalau ada yang mau rekomendasikan cover untuk sequelnya bisa nanti di Info Sequel.
Terimakasih sudah mau membaca cerita Bintang Jatuh sampai sejauh ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh [End]
Teen FictionBintang Cahya dan Rafa Aditya sudah kenal 11 tahun yang lalu. Saat mereka kecil, kejadian yang tak diduga membuat mereka terpisahkan. Setelah 11 tahun lamanya, mereka dipertemukan kembali. Tapi mereka tidak saling mengenal. Dengan cara yang tak did...