★ Part 24

1.7K 88 1
                                    

Seorang perempuan berkemeja merah muda mengambil ponselnya di dashboard mobil. Jarinya mulai menari-nari di atas layar ponsel. Saat sudah menemukan nama seseorang yang akan dihubunginya, perempuan itu mendekatkan ponselnya ketelinga kanan.

"Halo!"

"Ada apa?" Suara laki-laki bersuara berat menjawab.

"Gue udah balik dari Bandung. Rencana pertama udah gue susun. Gue juga udah nemuin orang yang cocok buat bantuan kita. Kita ketemuan di Kafetaria."

"Serius lo, Jes? Cepet amat bikin rencananya."

"Gak usah muji gue. Gue udah ada di depan Kafetaria, tinggal masuk aja. Lo buruan dateng!"

"Gue gak bisa dateng, Jes. Ada urusan, lo jalanin aja oke!"

"Lo kira gue babu lo. Tapi, untuk sekarang no problem gue bisa urus."

Tut.

Panggilan terputus. Perempuan yang bernama Jesica itu tersenyum miring. Membayangkan rencana pertama pasti berjalan dengan lancar. Menghancurkan yang paling lemah adalah hal yang mudah, pikirnya.

✩✩✩

"Stop, Bin! Itu ada bias gue. Stop, jangan dipindahin channelnya," pinta Kayla, menahan tangan Bintang yang hendak menekan tombol remote.

Bintang berdehem, memberikan remotenya kepada Kayla. Ia menoleh kepada Anggi yang sedang duduk manis di sebelah kanannya sembari membaca novel remaja.

Sahabat Bintang yang masih berada di rumahnya hanya Kayla dan Anggi, yang lainnya sudah pulang.

Kalau kalian ingin tahu, kenapa Bintang dkk bisa selamat dari pedagang ketoprak di Festival makanan tadi pagi? Jadi begini...

"Mampus!"

Satriana menggigit kuku ibu jarinya. Apa yang harus dilakukan kalau tidak bisa membayar?

Tiba-tiba satu ide brilian muncul dipikirannya. Satriana berdehem. Semua pasang mata tertuju padanya.

Bintang mengangkat sebelah alisnya. Menyuruh Satriana agar cepat bicara.

"Gimana kalau kita hompimpa? Yang kalah, dia harus lari dari Festival ke rumah terus bawa uang. Sisanya nunggu disini, biar Mang Ketoprak gak curiga."

Semua menatap Satriana lekat-lekat. Detik berikutnya, mereka mengangguk menyetujui.

"Oke, mulai!" seru Bintang, berbisik.

Tangan mulai bergerak perlahan, seiring Satriana mengucapkan kata 'hompimpa'.

Satriana berhenti mengucapkan. Tangan pun berhenti bergerak. Mata Satriana menatap satu tangan yang berbeda dari yang lain. Jika tangan yang lain telungkup, tidak untuk satu tangan ini.

Tangan yang berbeda itu milik...

"Bintang!" Satriana menatap Bintang. "Lo kalah. Sana cepet lari. Inget, harus pake duit lo."

Sial! Umpatnya.

Bintang menghela napas berat. Mengangguk. Lalu keluar tenda biru dan mulai berlari.

Bintang Jatuh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang