★ Part 30

1.4K 78 0
                                    

Sudah setengah jam Bintang menunggu Bryan. Sampai sekarang Bryan belum datang juga. Bintang mulai bosan. Jam menunjukkan pukul empat sore. Tidak ada kegiatan yang bisa Bintang lakukan.

Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan Bintang yang sedari tadi melihat kemacetan Ibu Kota lewat jendela. Pintu terbuka, menampakkan sosok wanita muda memakai pakaian kantornya.

"Ada apa Kak Tia?" tanya Bintang.

"Ada teman kamu. Namanya ... Bryan," jawab Tia sopan.

"Oh ... suruh masuk, Kak!" Tia mengangguk lalu, mempersilakan Bryan masuk.

Setelah pintu kembali tertutup, Bintang duduk di kursi yang biasa Papanya duduki.

"Mau ngomongin apa sih?" tanya Bintang tidak ingin berbasa-basi.

"Sapa dulu kek," cibir Bryan, ikut duduk di kursi yang berada dihadapan Bintang.

"Lo sih lama datengnya. Bete kan gue,"

Bryan nyengir. "Sori, Bin. Kayak gak tahu aja Jakarta."

"Hm, ya terus sekarang mau ngomongin apa?"

"Ehm ... lo pernah gak ngerasain nunggu yang gak pasti?" tanya Bryan.

Dahi Bintang berkerut, "pernah, kenapa?"

"Nah, gue—"

"Siapa yang kamu tunggu sampai gak pasti gitu, Bintang?" Rafa tiba-tiba bangun lalu duduk sambil bersandar. Dari nada suaranya Rafa sedang cemburu, pikir Bintang.

"Ada deh," jawab Bintang memanas-manasi Rafa.

Rafa cemberut. Tatapan beralih pada Bryan yang sedang memasang ekspresi bingung.

"Ngapain lo nanya Bintang kayak gitu?" tanya Rafa pada Bryan.

Bryan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sejak kapan lo di situ, Raf?"

"Ck, jangan ngalihin pembicaraan. Sekarang jawab, ngapain lo nanya Bintang kayak gitu?

"Ya ... gue cuma—"

"Udah deh Raf, lagian udah lama juga," sahut Bintang menengahi antara Rafa dan Bryan. "Sana tidur lagi!"

Rafa berdecak panjang. Ia tetap duduk dengan tangan terlipat di depan dada.

Bintang mendelik malas. Hari ini Rafa mudah cemburu.

Lagi pms kali. Batin Bintang.

"Udah, Yan, gak usah ladenin orang baru bangun tidur. Terusin aja apa yang mau lo omongin," kata Bintang.

Bryan berdehem singkat lalu, melanjutkan perkataannya. "Gue suka sama Anggi."

Bintang diam. Pikirannya kembali menangkap hal serupa. Yaitu, saat Anggi bilang kalau dia suka Bryan.

"Kok bisa samaan," gumam Bintang .

"Samaan apa, Bin?" tanya Bryan bingung.

Bintang tersadar, "Ahh, gak apa-apa kok. Terus rencana lo apa sekarang?"

"Gue minta bantuan lo. Biasalah pendekatan,"

"Jadi, gue kayak mak comblang, gitu?"

"Ya semacam itu. Mau ya...." Bryan memelas, memasang puppy eyes nya. Membuat Bintang bergidik.

"Iya iya, gue usahakan. Berarti lo udah move on dong dari gue?" Bintang menaik turunkan alisnya.

"Udah lah, ya kali gue jadi pelakor?"

Bintang tertawa, Bryan juga. Rafa yang sedari tadi diam ikut tertawa.

"Kebanyakan nonton sinetron lo, Yan," pekik Rafa, masih dengan tawanya.

Bintang Jatuh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang