★ Part 21

1.7K 104 1
                                    

Rafa membantingkan tubuhnya di atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya. Kejadian tembak-menembak antimainstream gatot, alias gagal total.

Oke! Bintang menggantungkan Rafa.

Drt... Drt...

Ponsel Rafa bergetar di atas nakas. Rafa meraih ponselnya lalu, melihat siapa nama pengirim pesan.

Bintang.

Dengan gerakan cepat Rafa membuka pesan itu.

From : Bintang

KE DANAU. SEKARANG!

Kedua sudut bibir Rafa terangkat. Rafa loncat-loncat di atas kasur. Tidak menyadari Mamanya yang masuk secara tiba-tiba.

"Rafa! Ngapain loncat-loncat, nanti-"

"Nanti gak akan jatuh kok, Ma!" ujar Rafa masih loncat-loncat.

"Bukan gak akan jatuh. Nanti kasurnya rusak. Kalau rusak, kamu tidur di sofa!" bentak Mama Rafa, Fira.

Rafa diam. Ia mencerna perkataan Mamanya. Rafa turun dari kasur lalu, berdiri dihadapan Fira.

"Mama, khawatirin kasur?" tanya Rafa tidak percaya.

"Ya iya lah, kalau kamu jatuh gak akan mati ini." Fira menjawab tanpa beban.

"Mama jahat, Mama kejam, Mama tidak berperikemanusian, Mama gak pu-"

Fira menyumpel mulut Rafa menggunakan kue yang baru saja ia buat. Rafa tidak protes, ia mengunyah kue itu lalu menelannya.

"Enak. Kue baru, Ma?" tanya Rafa, seolah-olah lupa dengan kejadian loncat-loncat di atas kasur.

"Iya. Tadi, loncat-loncat kenapa?" Fira menanyakan kejadian tadi.

"Oh iya, Rafa lupa," Rafa menepuk dahinya. "Rafa mau ketemu Bintang. Doain ya, Ma."

Rafa mengambil kunci mobil di atas nakas. Lalu mencium pipi Mamanya singkat.

"Doain apa?" tanya Fira bingung.

"Doain semoga keterima jadi penjaga Bintang."

"Penjaga apa?" teriak Fira, karena Rafa sudah keluar dari kamarnya.

"Penjaga hatinya!"

Fira geleng-geleng. Tapi akhirnya cekikikan. Fira jadi mengingat masa kecil Rafa bersama Bintang. Sangat lucu dan unik. Rafa yang selalu mencari perhatian kepada Bintang. Dan Bintang yang tidak peka, walau sudah diberi kode berkali-kali.

Fira keluar dari kamar Rafa. Ia kembali ke dapur untuk membuat kue.

⭐⭐⭐

Bintang berdiri menghadap danau. Udara di danau cukup dingin. Benar yang dikatakan Mamanya, sebentar lagi akan turun hujan. Langit berubah menjadi warna abu. Tinggal menunggu, tetes demi tetes air pun akan turun.

"Bintang!" teriak Rafa.

Bintang membalikkan tubuhnya. Ia berlari menghampiri Rafa lalu, memeluknya. Sangat erat. Seperti tidak ada hari esok. Saat itu juga, langit menuangkan hujan sebagai rasa bahagia karena dua anak Adam telah dipertemukan dalam perasaan yang sama setelah sebelas tahun lamannya. Walaupun raga mereka telah bertemu lebih dulu. Tapi tidak dengan perasaan.

"Kangen." Satu kata yang Bintang ungkapkan untuk perasaannya.

Rafa yang dipeluk Bintang tersenyum. Apalagi, saat Bintang mengungkapkan satu kata yang sudah Rafa tahu apa maksudnya. Rafa selalu menunggu momen seperti ini.

Bintang Jatuh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang