★ Part 32

1.4K 78 2
                                    

A/N: Kalau ada typo tolong kasih tau. Biar langsung dibenerin.

Enjoy reading!

---

Pukul 9.45, Bintang sudah berkutat di depan laptop. Hari pertama Bintang diskorsing, ia gunakan untuk belajar bagaimana caranya menjadi CEO seperti Papanya. Yang pasti keinginan menjadi CEO bukan dari dirinya. Tapi, keinginan Papanya yang sekarang sudah berbeda alam dengannya.

Saat Bintang sedang serius dengan banyaknya angka dan huruf di laptop. Ponselnya bergetar. Nama Anggi tertera di layar benda berbentuk pipih itu.

"Halo?"

"Halo, Bin. Gawat!"

"Aduh... apaan lagi sih, Gi. Lo dikejar lima preman lagi?"

"Bukan, ini lebih gawat. Rafa berantem!"

"Hah? Sama siapa?"

"Rian,"

"Rian? Bukannya temen Rafa juga ya?"

"Iya. Lo juga tahu, kan, kalau Rian itu ketua osis SMA PB?"

"Tahu. Terus kenapa Rafa bisa berantem?"

"Jadi gini..., tadi jam setengah enam, sekolah masih sepi, kan. Nah, Rafa, Bagas, dan David ke ruangan CCTV buat ngeliat siapa pelaku yang nempelin gambar lo itu di mading. Yang Rafa liat itu Rian. Jam 5.53 Rian nempelin sesuatu di mading. Rafa belum pastiin. Akhirnya, Rafa ke kelas Rian, terus hajar Rian."

"Emang gak ada yang pisahin mereka?"

"Nggak ada. Semua guru pada rapat. Gue sama Kayla juga udah cari penjaga sekolah, tapi gak ketemu. Gimana dong, Bin?"

"Bagas sama David?"

"Mereka udah coba pisahin, tapi malah mereka masuk UKS. Gila, serem banget kalau Rafa marah."

"Baru tahu ya lo,"

Bintang tertawa.

"Ish, lo malah ketawa. Ini gimana?"

Bintang diam. Ia sedang berpikir bagaimana caranya menghentikan Rafa tanpa harus dirinya turun tangan. Dua menit berlalu, Bintang belum mendapatkan ide. Hari ini pikirannya sedang kalut. Sedari tadi, Anggi terus memanggil namanya ditelepon.

"Ah, iya, gue ke sana sekarang!"

Akhirnya, kata itulah yang keluar dari bibir Bintang. Bintang mengambil jaket dan kunci motornya. Lalu bilang kepada Tia, sekretaris Papa yang sekarang menjadi sekretarisnya, kalau ia akan keluar sebentar.

Setelah Tia mengangguk, Bintang langsung memasuki lift. Ia menekan tombol untuk ke lantai 1.

Jarak perusahaan ke sekolah tidak terlalu jauh. Sekitar lima belas menit sampai, itupun jika tidak macet. Tapi, Bintang sampai di sekolah bukan lima belas menit, melainkan tujuh menit. Bisa dibayangkan bagaimana Bintang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

Ketika sampai, Bintang tidak memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Ia memarkirkannya didekat gerbang sekolah. Bintang masih tahu diri, bahwa dirinya masih dalam masa skorsing.

Bintang berlari melewati koridor kelas 10. Lalu, menaiki tangga menuju kelas 11. Kelas Rian berada di koridor paling ujung. Hal itu membuat suara-suara teriakan dan pukulan tidak terdengar sampai ruang guru atau ruang BK yang berada di lantai 1.

Dari jarak sepuluh meter, Bintang sudah bisa melihat kerumunan siswa-siswi yang menonton acara pertengkaran gratis. Ini yang Bintang tidak suka. Mereka lebih memilih menonton daripada memisahkan. Kalau yang mereka tonton itu aksi pertandingan gulat di atas ring, sih, tidak masalah. Tapi, ini bukan aksi gulat, apalagi di atas ring.

Bintang Jatuh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang