Rafa sampai di rumahnya, ia langsung berbaring diatas kasur, dengan sepatu yang masih dipakai.
"Cape banget sih" gumam Rafa.
Tok tok tok
Seseorang dibalik pintu itu membuka pintu kamar Rafa perlahan.
"Eh mamah, ada apa?" tanya Rafa, sambil merubah posisi menjadi duduk.
"Makanan udah siap, ayo kita makan!" ajak Mama Rafa, Fira. Rafa hanya mengangguk.
Setelah lepas sepatu, Rafa mandi, lalu datang ke ruang makan. Disana sudah ada papa dan mamanya. Rafa anak tunggal.
Papa yang dari tadi lahap menyantap masakan buatan mama Rafa. Akhirnya buka suara, "Gimana sekolah kamu disini?" tanya papah.
"Biasa aja" jawab Rafa tanpa melihat kearah papanya
"Lebih enak sekolah di Singapore ya?" tanya papah lagi.
Rafa hanya berdehem. Selepas makan "Aku ke kamar ya mah, pah."
"Makanan kamu udah habis Rafa?" tanya Fira.
"Udah!" teriak Rafa yang mulai jauh dari meja makan.
Rafa sampai dikamar, langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.
'Hindari bola saat akan mengenai kepala kamu ya, Bintang'
Kenapa kalimat itu terbayang terus dipikiran Rafa
"Bodo ah, gue mau tidur!"
⭐⭐⭐
Sinar matahari menyinari lapangan SMA Pelita Bangsa. Selepas pulang sekolah, tim basket latihan yang kedua kalinya.
Yang pertama latihan, tim basket putri. Sedangkan tim basket putra duduk dipinggir lapang, menunggu pergantian latihan.
"Bro, dari tadi lo liatin Bintang terus. Lo suka ya?" ejek Rian, teman se-tim basketnya.
"Apaan sih, gue cuman heran aja kenapa si Bintang harus ngehindar kalau bola basket mau kena kepalanya. Padahal kan ga terlalu sakit!" ucap Rafa.
"Lo tau dari mana?" tanya Rian.
"Gue..ga sengaja denger percakapan Pak Dio ke Bintang. Lo tau ga kenapa?" tanya balik Rafa.
"Se-tau gue, kalau bola dilempar ke kepala Bintang dan agak keras, Bintang langsung kesakitan, setelah itu dia pingsan" jelas Rian.
"Masa sih? Gue ga percaya. Gue harus nyoba" kata Rafa.
Rafa mengambil bola yang ada dipinggirnya, saat ia hendak melemparkan kearah kepala Bintang, Rian menahannya.
"Gila ya lo! Lo kejam banget sih jadi orang. Asal lo tau ya, waktu Bintang kelas 10, dia juga pernah ikut pertandingan basket. Dan ada lawannya yang ga sengaja ngelempar bola ke kepala si Bintang. Si Bintang pingsan ditempat. Dan yang paling parah, dia koma selama dua hari" bentak Rian.
"Oh, kalem dong. Ga usah marah- marah gitu. Lo kayak nya suka ya sama si Bintang.." ejek Rafa dengan senyum khas nya.
Rian tersipu malu. "Engga kok, gue kira, lo yang suka ke Bintang. Soalnya, dari tadi lo ngeliatin dia terus"
"Ngapain juga gue suka ke cewek kayak dia!" ujar Rafa.
"Ehh, asal lo tau ya, susah banget dapetin Bintang. Dia itu cewek populer di sekolah ini. Walau pun dia tomboy" Rian merendahkan nada suara nya di kalimat akhir.
Tak percaya Rafa "Populer? Masa sih?"
"Beneran, biasa nya kalau cewek dikasih bunga sama cowok, bakal baper. Tapi si Bintang mah engga" seru Rian.
"Masa?" tanya Rafa yang masih tidak percaya.
"Pernah ada cowok yang nembak si Bintang. Nah, cowok itu ngasih bunga ke si Bintang. Si Bintang ngambil bunga itu, cuman buat ngejaga perasaan si cowok. Tapi, si Bintang nolak cowok itu. Susah kan ngedapetin dia? Bintang itu orangnya to the point, kalau iya dia bilang iya, kalau ngga dia bilang ngga." jelas Rian.
"Kayaknya lo tau banget tentang cowok yang nembak Bintang?" tanya Rafa.
"Ya iya lah, cowok itu gue! Upss" Rian keceplosan dengan kata-katanya.
"Apa! Hahaha" tawa Rafa terbahak-bahak. Seakan-akan memancing semua orang untuk melihat kearahnya.
Mau gimana lagi? Kata-kata gue ga bisa ditarik. Pasrah aja deh. Batin Rian.
Bintang yang melihat Rafa, merasa bingung. Tapi, senyum tipis terbentuk di wajah Bintang.
Lucu juga tuh orang. Batin Bintang.
....
"Oke, sekarang giliran tim basket putra latihan!" teriak Pak Dio memanggil tim basket putra.
Sekarang bagian tim basket putri yang duduk dipinggir lapang, alias istirahat.
"Oke, jadi pemain cadangan Desti sama Dea ya!" ucap Bintang. Desti dan Dea hanya mengangguk.
"Bin?" panggil Rena, teman se-tim basket Bintang.
"Hm?" Bintang hanya berdehem, sedangkan mata nya tertuju ke ponselnya.
"Kayaknya, si Jesica anak SMA Nusa Bangsa+kapten tim basket+lawan kita nanti, udah tau deh kelemahan lo" ucap Rena.
Bintang berhenti mengscroll sesuatu di ponselnya. "Maksud lo?" tanya Bintang sambil melirik Rena.
"Waktu pertandingan di Gor Cempaka itu, pas kita kelas 10. Jesica kan nonton pertandingan kita. Berarti si Jesica ngeliat pas lo pingsan dong! Gara-gara kepala lo kena bola basket, dan Jesica pasti berfikir kalau itu kelemahan lo" jawab Rena meyakinkan Bintang.
"Iya sih. Tapi, gue bakal usahain buat ga cidera" ujar Bintang.
"Syukurlah, gue jadi tenang!" seru Rena.
"Sekarang kita semangatin aja satu sama lain. Bawa enjoy aja lah guys pertandingannya!" teriak Anggi, agar suasana tidak terlalu hening.
Anggi berhasil membuat teman-temannya itu tertawa. Tak hanya teman-temannya, Pak Dio yang melihat itu juga, ikut tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh [End]
Novela JuvenilBintang Cahya dan Rafa Aditya sudah kenal 11 tahun yang lalu. Saat mereka kecil, kejadian yang tak diduga membuat mereka terpisahkan. Setelah 11 tahun lamanya, mereka dipertemukan kembali. Tapi mereka tidak saling mengenal. Dengan cara yang tak did...