Nyatanya, kehidupan yang dijalani terasa lebih nyata dibandingkan pendapat siapapun tentang kenyataan.
Tangisan nyaring bayi kurang dari satu tahun itu setiap pagi selalu terdengar. Alasannya hanya satu, bayi itu tidak mau ditinggal oleh Ayahnya pergi bekerja.
Sudah menjadi agenda rutin DESE, alias Daddy Sexy untuk membawa bayi perempuan itu jalan-jalan sebelum ia tinggal untuk pergi bekerja.
Namun pagi ini semua terasa berbeda, karena masih pagi saja dua truk besar sudah terpakir di depan rumahnya. Membuat polusi udara di pagi hari yang cerah ini.
"Tumben belum jalan," sindir Lila pada suaminya.
"Pagi ini absen keliling dulu," putus Karim membawa bayi perempuannya masuk ke dalam kamar.
Lila menatapnya aneh. Perasaan curiga mulai muncul dalam pikirannya.
Sambil bertolak pinggang, dia mengintip di balik gorden rumahnya. Melihat ke arah luar yang sudah penuh dengan beberapa orang. Ada yang mulai mengangkut barang-barang dari dalam truk besar itu. Ada pula yang sibuk memasang canopy baru untuk di depan rumah.
"Oh ada tetangga baru," gumam Lila seorang diri.
Ketika ia ingin kembali ke dapur membereskan bekas sarapan suaminya tadi, kedua mata perempuan itu membulat besar. Mulutnya terbuka lebar melihat sosok yang baru saja turun dari salah satu mobil mewah.
"Paps...." teriak Lila. "Yuhuuuuu... "
"Apa-apaan sih kamu, masih pagi teriak-teriak," omel Karim dari lantai atas.
"Anakmu mana?" tanya Lila jahil.
"Anakku ya anakmu juga,"
"Ih, kok Bapak uncit satu ini pura-pura bodoh begitu. Mama seksi kan tanya baik-baik," ucap Lila genit.
"Aneska di atas, main sama bonekanya,"
"Ulululuuu.. Kok tumben sih pagi ini nggak Paps bawa jalan-jalan. Kan cucok tuh panas-panas sinar matahari, bikin kulit manja baby kita makin hitam kecokelatan sebelum ditiriskan," suara Lila begitu menggoda.
"Nggak. Kamu lihat dong, itu diluar banyak truk. Nanti kalau Aneska kena polusi, terus sakit, terus dirawat, terus dia rewel, siapa yang repot? Ya kamu juga,"
"Kok kamu jahat sih, Pak."
"Jahat kenapa sih? Itu kan buat kebaikkan Aneska juga," putus Karim tidak bisa diganggu gugat.
Lila mencibir, mengusap dada suaminya itu perlahan. "Padahal aku mau tunjukin sesuatu yang buat ilernya makin banyak," kekeh Lila.
Dia menarik tangan Karim cepat. Membawanya untuk mengintip melalui jendela rumah.
"Tuh, lihat kan,"
"Lihat apa?"
"Ih, bener-bener deh Pak. Matamu itu. Lihat baik-baik dong arah telunjuk aku,"
Karim menurutinya. Melirik memastikan apa yang dia lihat tidaklah salah.
"YA TUHAN, LILA KAMU PAGI-PAGI MAU SELINGKUH?" Suara Karim kencang.
Sungguh Karim tak percaya atas aksi nekad Lila. Ia baru kali ini merasa kalau ada seorang istri yang begitu santainya menunjukkan wajah laki-laki lain, yang diduga selingkuhannya.
"Ya Tuhan, siapa yang selingkuh. Makannya fokus, Pak. Aku tunjuk ke arah yang kecil itu loh. Pakai kaus warna hijau. Gemesin banget kan, Pak." suara Lila menjelaskan.
Dengan begitu detail Karim memperhatikan kembali ke arah mana Lila menunjuk. Hingga ia yakin telunjuk Lila mengarah pada bayi laki-laki yang berdiri tak seimbang dengan kedua kakinya, lalu tersenyum lebar sampai membentuk cekungan pada kedua matanya.
"Ganteng kan ya Pak?" bisik Lila di samping Karim. "Senyumannya manis, matanya sipit ngegemesin, terus kulitnya putih mulus. Duh.. Idaman banget deh,"
Karim memandang Lila yang tengah membanggakan seorang bayi laki-laki kepadanya.
"Kamu sehat?"
"Kok Paps tanya gitu?"
"Ya habis balita begitu dibilang ganteng. Eh, tapi itu benar balita kan? Kok namanya legit begitu. Kayak lapis legit aja." suara Karim mengejek. "Lagian kamu aneh-aneh aja, senyuman dibilang manis, itu senyuman apa gula? Belum lagi mata sipit ngegemesin? Yang ada ngantuk lihatnya. Terus kulit mulus kamu banggain? Itu harusnya dijadikan pertanyaan penting, laki-laki kok kulitnya mulus. Itu laki-laki apa manusia yang doyan laki-laki?" ucap Karim ketus.
"Ih, kok Bapak jahat sih. Anak kecil itu emang salah apa sama Bapak?"
"Kamu yang bikin salah. Banggain anak orang lain aja, terus-terusan. Banggain anak sendiri, jarang banget."
"Aku nggak bangga-banggain, Pak. Kamu itu negatif terus pikirannya sama aku. Kan yang aku lakuin ini untuk masa depan anak kita juga. Mau punya calon suami anak Jaksa, atau anak pengusaha juga kayak kamu?"
"Ya Tuhan, Lila. Anak kita masih kecil. Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Bisa nggak sih kamu jadi Ibu yang normal kayak Ibu-Ibu lainnya?" bentak Karim cukup kencang.
Tubuh Lila mengkerut di sampingnya. Kedua manik mata istrinya itu mulai berkaca-kaca.
"Ma..." panggil Karim merasa bersalah.
"Cukup!!! Nggak usah panggil Mama lagi. Emang sejak kapan kamu jadi anakku?" amuk Lila, namun anehnya membuat Karim ingin tertawa.
Pertanyaan macam apakah itu yang baru saja Lila suarakan? Apa Lila lupa bila Karim adalah suaminya? Bukan anaknya.
Tubuh Lila yang berbalik pergi, sama sekali tidak ditahan oleh Karim. Karena ia tahu hidupnya tidak seperti sebuah drama.
"Paps...." teriak Lila dari lantai atas. "Katanya Anes mau punya calon suami anak jaksa aja, Paps. Siapa tahu bisa buka pengadilan cinta sendiri," sambung Lila sedikit berteriak.
Lama ia tunggu tidak ada tanggapan sedikitpun dari Karim yang posisinya di lantai bawah. Kepalanya melongok, mencari tahu sedang apa Karim saat ini. Hingga...
"KEBIASAAAN!!!! SETIAP PAGI GUE DITINGGAL BOKER MULU!!!" makinya kesal setelah melihat celana panjang hitam yang tadi dipakai Karim tergeletak tak berdaya di lantai.
***
Continuee..
Selamat membacaaaaa
Semoga suka..
Kalau nggak suka ya tak tarik lagi ini cerita.. Whakaka..Hayoo di foto itu anak siapa?? 😜😜😜
Duh ngelanggar janji deh. Aku pasang foto bayi, abis ngegemesin banget.Yah kalo gak suka fotonya bisa di skip aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERAN - 2 (PERFECT FAMILY)
HumorRANDOM PRIVATE. DILARANG KERAS MENYADUR ISI, MENYALIN, MENGAMBIL INPIRASI. TIDAK PUNYA IDE LEBIH BAIK JANGAN MENULIS!!! DARI PADA MENGAMBIL IDE ORANG LAIN _____ Hal biasa yang sering kali terjadi dalam sebuah keluarga. Bila menurutmu berbohong bisa...