27. Jangan ragu berteman denganku

7.2K 1.5K 193
                                    

Aku tidak ingin kisah cintaku berakhir seperti sederet kata yang sering kali diagung-agungkan oleh orang banyak dimedia sosial.

Agam cukup kaget melihat pemandangan yang tidak biasa hari ini. Hari libur yang biasanya dia pakai bersama keluarga, kini harus dia relakan hanya demi mempelajari kasus yang esok senin akan dia bawa ke persidangan.

Namun alangkah kagetnya dia ketika tak sengaja melihat sosok yang dirinya kenal sedang bercanda bahagia dengan beberapa orang lainnya dalam sebuah restaurant.

Awalnya Agam hanya memperhatikan. Akan tetapi lama kelamaan dia melihat orang tersebut sudah terlalu kelewatan. Sikap yang ia tunjukan untuk laki-laki di sebelahnya sudah bisa dikatakan tidak wajar. Bersandar santai pada pundak laki-laki itu.

Agam memang bukan tipe laki-laki yang mencari-cari kesalahan orang lain hingga menciptakan sebuah kegaduhan dalam rumah tangga orang lain. Tetapi jika dia biarkan seperti ini, yang akan menjadi korban adalah keponakannya sendiri. Abi.

Bocah laki-laki itu masih terlalu kecil untuk menerima kebodohan yang dilakukan oleh orang tuanya.

Oleh karena itu Agam mencoba untuk mengingatkan dengan caranya sendiri.

Dia merapikan berkas-berkas yang baru saja diberikan oleh salah seorang temannya. Lalu kemudian berjalan mendekati Bitha yang masih tidak menyadari kehadiran Agam di sekitarnya.

"Bitha...," panggil Agam pelan.

Bitha terkejut. Dia menjauhkan posisi tubuhnya dari laki-laki yang duduk di sebelahnya, kemudian tersenyum kikuk ke arah Agam.

"Mas Agam,"

"Bisa bicara sebentar," ajaknya baik-baik.

Laki-laki yang duduk di samping Bitha sempat menahan tangan ibu satu anak itu. Tetapi Agam langsung meremas bahu laki-laki itu cukup kencang.

"Ijinkan saya berbicara dengan adik saya sendiri," ucapnya penuh penekanan.

Setelah tangan Bitha dilepaskan oleh laki-laki itu, Agam mengajaknya berbicara dengan jarak yang cukup aman untuk didengar oleh teman-teman perempuan itu.

"Apa mereka semua teman-temanmu?"

"Maafin aku Mas Agam. Tolong jangan kasih tahu Barra. Aku cuma berkumpul bersama mereka yang udah lama nggak aku temui,"

"Jadi kamu tidak ijin lebih dulu kepada Barra?"

Dalam tundukkan kepalanya Bitha menahan tangis. "Aku mohon Mas. Jangan kasih tahu Barra." pintanya penuh permohonan.

"Aku tidak ada hak memberitahunya sedikitpun. Tapi..., tolong jangan berbohong apapun kepada sahabatku itu. Andaikan kamu tahu bagaimana bentuk pengorbanannya demi mencintaimu sejak dulu, kamu akan tahu betapa seriusnya dirinya untuk melindungimu."

"Dan jika Tuhan membalas Barra dengan segala sikapmu ini, rasanya aku tidak rela. Aku tahu betapa buruknya masa lalu Barra. Tapi tolong jangan hukum dia dengan masa depan yang hancur hanya karena dia begitu tulus mencintaimu."

Agam tersenyum pahit ke arah Bitha yang menangis. "Barra orang yang baik, Bitha. Jika saat ini kamu bermain dan sampai meninggalkan sebuah luka kepada orang sebaik Barra. Aku yakin suatu saat kamulah yang akan terluka."

"Maaf..., "

"Jangan meminta maaf padaku. Tapi minta maaflah pada Barra dan juga anakmu. Karena aku di sini bukan untuk menasihatimu. Namun Aku hanya tidak ingin kalian sama-sama terluka. Apalagi terluka akibat cinta. Karena itu, sebaiknya sekarang pulanglah. Tunggu Barra di rumah dengan segenap perasaan cinta yang kamu punya. Sejujurnya hanya hal itu yang diharapkan seorang suami pada umumnya." jelas Agam sambil mengingat-ingat bagaimana wajah bahagia Nada bila dia baru kembali dari tugas dinas luar kotanya.

PERAN - 2 (PERFECT FAMILY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang