Sering kali kita lewati. Tanda dari Tuhan tentang hidup ini. Hingga akhirnya timbul luka di dalam hati.
Sudah disindir oleh Lila berulang kali, tetapi Zela benar-benar tidak mau pergi dari rumahnya. Bahkan hampir habis satu cangkir minuman yang Lila suguhkan di depannya, belum ada tanda-tanda bila Zela akan pergi.
Setiap kalimat yang keluar dari mulut Zela selalu saja memancing kemarahan Lila. Padahal niat perempuan itu datang ke sini ingin meminta Karim membantu masalah kondisi perusahaan keluarga di mana suaminya itu mengambil alih.
Namun entah mengapa rasanya Lila tidak rela bila Karim membantu perempuan yang pernah menjadi pujaan hati suaminya itu.
"Karim masih lama ya pulangnya?" tanya Zela mulai lelah.
"Lama lah, nggak biasa nungguin suami pulang kerja ya?" sindir Lila. Namun setelahnya dia merasa begitu bersalah. Terakhir kali dia bertemu dengan suami Zela yang kebetulan adik tiri Karim, membuatnya benar-benar kasihan atas kondisi laki-laki itu.
Kedua kaki yang kondisinya cacat permanent membuatnya tidak bisa berjalan.
Rasanya jika Lila bandingkan dengan Karim, suaminya yang sangat tidak peka itu, masih jauh lebih baik. Memang sudah seharusnya Lila bersyukur atas apa yang dia miliki saat ini dan menjaganya baik-baik dari tipe-tipe perempuan seperti Zela. Yang masih bersedia memakan kembali makanan yang telah dia buang sebelumnya.
"Iya. Gue emang nggak pernah nungguin suami pulang kerja. Karena suami gue kerja di rumah,"
"Yah pokoknya jangan ditungguin. Kapan-kapan aja balik lagi," usir Lila secara tidak langsung.
Zela menaikkan kedua alisnya saat melihat Lila berjalan meninggalkannya menuju ruang keluarga yang nampak terbuka.
Dari apa yang Zela lihat, Lila nampak berbaring di samping putri kecilnya. Kemudian menyusui balita itu dengan begitu nyaman. Bahkan ketika sedang menyusu saja, balita itu bersuara seperti sedang bernyanyi untuk menghibur Ibunya itu.
Perlahan muncul rasa iri dalam hati Zela. Dia pun sudah menikah, namun rasanya masih banyak kekurangan dalam rumah tangganya. Terlebih dari pihak suaminya yang memang memiliki kekurangan dalam segi fisik.
Tanpa bisa dicegah, Zela menangis. Tadi Lila mengatakan kepadanya dengan jujur bila perempuan itu merasa iri atas tampilannya. Namun sebaliknya, sebenarnya Zela yang begitu iri kepada Lila.
Lila cantik dan sempurna sebagai dirinya sendiri. Sedangkan dia. Banyak yang harus dia tutupi demi sebuah kesempurnaan.
Setelah tidak direspon lagi oleh Lila, Zela memutuskan untuk pergi dari rumah ini sebelum perasaan irinya semakin besar dan menimbulkan masalah baru nantinya.
***
"Udah istirahat aja. Ngapain pakai anterin gue keluar. Kayak rumahnya jauh aja," tawa Nada geli.
Siang ini dia sengaja memasak banyak makanan untuk dia bawakan ke rumah Kiki. Sebagai mantan sahabat yang kini sudah menjadi saudaranya, tidak ada salahnya Nada melakukan hal ini sesekali. Karena Nada akui dia bukanlah tipe ibu rumah tangga sejati.
Jujur saja, beberapa pekerjaan rumah lebih sering Agam yang menyelesaikan. Mulai dari mencuci baju, sampai mengepel lantai yang kotor. Agam juga menyempatkan untuk memasak jika memiliki waktu luang. Karena pasangan ini menerapkan, bila nafkah yang sesungguhnya untuk seorang istri tidaklah berupa uang saja.
Untuk itu, Agam dan Nada sepakat mengerjakan pekerjaan rumah secara bersama-sama. Tanpa membatasi status Agam sebagai kepala rumah tangga.
"Nggak papa, Nad. Aku kan juga udah sembuh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
PERAN - 2 (PERFECT FAMILY)
HumorRANDOM PRIVATE. DILARANG KERAS MENYADUR ISI, MENYALIN, MENGAMBIL INPIRASI. TIDAK PUNYA IDE LEBIH BAIK JANGAN MENULIS!!! DARI PADA MENGAMBIL IDE ORANG LAIN _____ Hal biasa yang sering kali terjadi dalam sebuah keluarga. Bila menurutmu berbohong bisa...