Cukuplah kamu berdoa padaNya ketika masalah datang tanpa henti. Dan janganlah sesekali kamu mengutuk masalah itu. Hingga kamu sendiri lupa masih banyak cara untuk mengatasinya jika kamu percaya padaNya.
Rumah Lila sudah ramai oleh para tetangganya. Ada yang datang hanya ingin mendapatkan gosip terupdate, namun banyak juga yang khawatir pada Lila serta Aneska.
Mereka semua tahu, masalah yang Lila hadapi adalah masalah keluarga. Tapi mereka tidak mau Lila dan Aneska sampai jatuh sakit akibat masalah ini.
Berulang kali Agam membantu untuk menghubungi Karim, namun Karim sama sekali tidak mengangkat panggilan teleponnya. Karena menurut Agam, tidak seharusnya Karim meninggalkan Lila dan Aneska berdua saja di rumah meskipun mereka sedang terlibat keributan rumah tangga.
"Apa kita datangi aja kantornya? Gue tahu kok kantornya di mana!" seru Barra yang sudah terpancing emosi.
Di sampingnya Wahid menggeleng, menepuk bahu Barra untuk tidak bertindak gegabah. Mereka memang ingin membantu menyelesaikan masalah ini. Tapi mereka juga seharusnya tahu batasan diri mereka masing-masing.
"Terus kita cuma diem aja? Ya kali itu orang ribut sama istrinya main tinggal gitu aja. Pulangin dulu kek ke rumah orang tua istrinya kalau memang mau pisah sementara. Nggak begini juga ceritanya." keluh Barra kembali.
Wahid dan Agam sama-sama melirik sahabatnya itu. Lalu mereka kompak tertawa bersama-sama ketika merasa pemikiran mereka sama tentang Barra.
"Kayaknya ada yang lagi curhat mendadak." goda Wahid. "Itu kan lo, ya Bar. Ribut sama istri, eh si Bitha lo balikin dulu ke rumah. Baru lo bebas gentayangan. Hahaha.. Menurut gue apa yang lo lakuin salah juga bro. Yang namanya rumah tangga, ribut pasti sering. Tapi nggak setiap ribut juga lo balikin istri lo ke rumah orang tuanya. Harusnya kan lo sebagai kepala rumah tangga lebih bijak lagi dalam bersikap. Selesaikan masalah baik-baik bukan malah kabur dan menimbulkan masalah baru lainnya."
Barra meringis. Dia melirik Agam yang ingin menasihatinya juga. "Nggak usah ikut-ikut, Gam. Cukup gue 4 tahun diceramahin sama lo. Nggak mau tambah lagi."
"Siapa yang mau ceramahin lo. Gue cuma mau bilang, tuh Pak Karimnya udah balik." tunjuk Agam pada mobil yang berhenti di depan rumah.
Dia bergerak mendekati para istri yang masih sibuk menemani Lila. Lalu perlahan Agam mengusap punggung Nada sayang, memberitahu istrinya dengan isyarat untuk pergi dari sini.
"Udah datang?" tanya Nada dengan emosi.
"Iya. Udah. Ayo kita pulang dulu." ajak Agam. "Kiki, Bitha, lebih baik kita pulang dulu. Beri mereka waktu untuk bicara."
Kiki dan Bitha langsung setuju. Setelah memeluk Lila erat, memberitahunya bila Lila tak pernah sendiri dalam menghadapi masalahnya, Bitha dan Kiki segera bergegas pulang ke rumah masing-masing tanpa ingin ikut campur lebih jauh masalah rumah tangga Lila dan Karim.
"Jangan tinggalin bini dan anak lo berdua aja di rumah, bro. Kasian." tegur Barra sambil menepuk bahu Karim cukup keras. Sepertinya ia memperingati Karim dengan caranya sendiri sebelum merangkul Bitha keluar dari rumah ini.
"Bicara baik-baik Pak." ucap Wahid yang ikut menasihati. Dia tersenyum, lalu menganggukan kepala kepada Karim. Seperti sebuah kode jika Karimlah yang seharusnya mengalah dalam hal seperti ini.
Namun saat Agam, Nada dan Karim berpapasan, Nada menatapnya dari atas sampai bawah seperti ingin menguliti tubuh Karim hidup-hidup.
Apalagi Nada adalah tipe perempuan yang begitu apa adanya. Ketika dia emosi, maka Nada tidak ragu-ragu untuk menunjukkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERAN - 2 (PERFECT FAMILY)
HumorRANDOM PRIVATE. DILARANG KERAS MENYADUR ISI, MENYALIN, MENGAMBIL INPIRASI. TIDAK PUNYA IDE LEBIH BAIK JANGAN MENULIS!!! DARI PADA MENGAMBIL IDE ORANG LAIN _____ Hal biasa yang sering kali terjadi dalam sebuah keluarga. Bila menurutmu berbohong bisa...