Cobalah belajar dari kipas angin. Yang rela menengok ke kanan dan ke kiri. Demi mempelajari apa yang kurang dari diri ini.
Senyum itu kembali hadir walau masih ia coba paksakan. Pintu rumah itu kembali terbuka lebar seperti sebelum-sebelumnya. Meski masalah dalam rumah tangganya belum sepenuhnya usai, tetapi Lila coba untuk memakluminya.
Apalagi Lila yakini dalam sebuah pernikahan tidak hanya akan terjadi hal baiknya. Karena hal buruk pasti juga akan dirasakan agar pasangan lebih mengerti arti kebersamaan satu sama lain.
Itulah yang Lila pahami. Maka dari itu sejak hari ini dia coba mengambil nilai positif atas apa yang terjadi kemarin ini. Setidaknya akibat dari keributan yang terjadi antara dirinya dan Karim, membuat pesta ulang tahun Aneska tidak jadi dilakukan. Apalagi dari informasi yang Lila ketahui, di mana Islam tidak mengajarkan untuk berpesta diluar hari raya. Seperti hari idul fitri dan idul adha. Karena pada dasarnya perayaan seperti itu muncul dari orang-orang adat yang membuatnya. Bukan sebuah ketentuan yang Tuhan ciptakan.
Untuk itu sekali lagi Lila bersyukur. Setidaknya masih ada hal baik disaat hal buruk terjadi.
"Ma..." panggil Karim bingung. Ketika pagi hari begini keadaan rumah sudah rapi. Bahkan Aneska sudah selesai dimandikan.
Biasanya ketika Karim bangun pagi hari, rumah masih berantakan. Aneska masih menggunakan popok semalam yang penuh dengan ompol.
Lalu mengapa hari ini berbeda?
"Kamu sehat kan?" tanya Karim waspada.
Lila cemberut menanggapinya. Dia memukul bahu Karim gemas, lalu melangkah menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya itu.
"Kok kamu tanyanya begitu?"
"Habisnya. Aku aneh aja. Lihat kamu pagi-pagi begini udah rapi," ucap Karim jujur.
Gerakan Lila terhenti. Dia membalas tatapan Karim dengan sebuah senyuman.
"Kamu kan bilang kemarin ini aku belum pantas menjadi seorang istri. Bahkan menjadi seorang ibu. Tapi setidaknya Tuhan masih percaya padaku. Dan sekarang aku hanya ingin membuktikan kepadamu aja. Bukannya yang diharapkan seorang istri kepada suaminya, selain cinta adalah sebuah kepercayaan?"
Karim membeku. Gerak gerik Lila terus saja dia lihat. Perempuan itu bahkan begitu fasih melakukan semuanya. Tetapi mengapa kemarin bisa tercetus kalimat seperti itu dari dirinya?
Perlahan-lahan, Karim memijat kepalanya. Ternyata tanpa dia sadari, ia mencampur adukkan semua masalah ke dalam rumah tangganya. Padahal Lila sendiri tidak tahu apa masalahnya di luar rumah. Namun bisa-bisanya Karim membawa hal tersebut ke rumah, hingga Lila yang menjadi sasarannya.
"Mandi dulu sana. Baru kita sarapan sama-sama," pinta Lila.
Karim mengangguk setuju. Jika Lila mau memulai segalanya dari awal, maka dia akan ikut menyempurnakannya hingga akhir.
***
"Udah. Kamu jangan capek-capek, Ki. Kan ada aku sama Nada yang bantu masakin setiap harinya. Untuk 3 bulan pertama itu rawan sekali," ucap Bitha menasihati Kiki selepas dia mengantarkan sayur serta lauk pauk ke rumah Kiki.
Hari ini adalah bagiannya membantu Kiki. Karena ia dan Nada sudah sepakat saling membantu akan hal tersebut.
Semenjak Kiki dinyatakan hamil kembali, dan Wahid seperti trauma akan hal itu, semua orang mencoba membantu mereka dengan porsi masing-masing. Sehingga tidak perlu lagi ada kekhawatiran yang dirasakan saat masa-masa kehamilan Kiki.
Padahal Fatah yang bertindak sebagai dokter dalam merawat Kiki, juga sudah menginformasikan bila kehamilannya saat ini masih dalam kondisi baik. Kiki hanya butuh mengkonsumsi makanan bergizi serta multivitamin. Maka semuanya akan baik-baik saja. Namun siapa yang tahu bagaimana akhirnya nanti. Semuanya hanya bisa diserahkan kepada Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERAN - 2 (PERFECT FAMILY)
HumorRANDOM PRIVATE. DILARANG KERAS MENYADUR ISI, MENYALIN, MENGAMBIL INPIRASI. TIDAK PUNYA IDE LEBIH BAIK JANGAN MENULIS!!! DARI PADA MENGAMBIL IDE ORANG LAIN _____ Hal biasa yang sering kali terjadi dalam sebuah keluarga. Bila menurutmu berbohong bisa...