Kau dan aku bagaikan dua jarum jam yang berputar. Meskipun terkadang harus saling berjauhan, namun ada kalanya kau dan aku bersatu dalam tempat serta pemikiran yang sama. Bila cinta apapun mesti dilakukan. Termasuk berjuang melawan rasa sakit.
Karim duduk disalah satu kursi kayu restaurant tempat mereka mengadakan permainan golf pada sabtu cerah ini. Dia membatalkan permainannya karena sibuk menjaga Aneska yang tidak bisa diam. Kini setelah gadis kecilnya itu tertidur lelap, barulah Karim bisa beristirahat sejenak. Kedua matanya tetap fokus ke depan. Di mana berkumpul orang-orang penting yang harus dia temani agar hubungan kerja sama perusahaan keluarganya berjalan baik.
Permohonan inilah yang beberapa waktu lalu diminta oleh Mamanya. Awalnya Karim sempat menolak, karena dalam perusahaan keluarga Ayahnya dirinya sama sekali tidak ingin ikut campur. Akan tetapi akibat kondisi kesehatan adiknya yang sedang tidak stabil, dan harus melakukan perawatan di luar negeri akhirnya Karim lah yang menggantikan pertemuan ini.
Meski hanya permainan golf biasa, namun bagi para pebisnis, pertemuan dengan rekan bisnis diluar jam kerja adalah sebuah peluang emas. Karena disanalah biasanya terjalin sebuah kepercayaan untuk saling membantu satu sama lain.
Bahkan terkadang seorang pebisnis harus rela menjadi budak pebisnis lain demi sebuah dukungan dana agar perusahaannya tetap berjalan baik.
Seperti itulah yang Karim lakukan kali ini. Dia berusaha melakukan yang terbaik, meski di sekitarnya terlihat perempuan yang paling malas dia temui kembali.
Zella. Perempuan dari masa lalunya juga hadir pada hari ini. Berpakaian tertutup, hingga Karim sulit untuk mengabaikannya.
Karim bersyukur Zella sudah berubah, tidak seperti ketika bersamanya dulu. Akan tetapi rasanya ada kecemburuan yang timbul dalam hati Karim.
Bukan. Bukan berarti dia cemburu dan ingin Zella kembali kepadanya. Akan tetapi dia ingin Lila nantinya bisa seperti Zella. Yang terlihat semakin cantik setelah auratnya semua tertutup.
"Dia tidur?" tanya Zella yang turut bergabung. Duduk di samping Karim sambil meneguk botol minumnya.
"Iya. Dia kelelahan,"
"Siapa namanya?"
"Aneska,"
"Ah..., Aneska. Namanya cantik, secantik orangnya. Aku suka banget sama bentuk matanya. Kayak kamu,"
"Bukan. Dia mirip sekali sama Lila. Sampai sikapnya pun mirip," tawa Karim geli.
"Itu karena dia Ibunya. Coba aku Ibunya, pastinya mirip aku." ucap Zella tanpa bisa dicegah.
Tawa Karim lenyap sudah. Dia mengalihkan pandangannya ketika ia sadar bila Zella tengah menatapnya kini.
"Rim, kamu baik-baik aja kan?"
"Baik."
"Aku yang nggak baik, Rim." sahut Zella pelan. "Penyesalan yang kurasakan semakin lama semakin menumpuk. Sampai..., aku rasanya ingin menyerah atas segalanya."
Tak kuasa, Karim melirik perempuan di sampingnya itu yang tengah menangis. Entah itu air mata palsu atau memang Zella benar-benar menyesal. Yang jelas, entah dari mana datangnya Karim rasanya ingin merangkulnya.
Bukan sebagai laki-laki yang pernah mencintai perempuan itu. Namun sebagai seorang kakak yang ingin melindungi adiknya.
"Zella..., "
"Aku benar-benar menyesal. Menyesal karena bersikap bodoh kepadamu. Karena sekarang rasanya hatiku sakit. Sakit ketika melihat kebahagiaanmu dengan Lila. Apalagi sekarang ada Aneska, Putri kecil kalian. Sedangkan hidupku sekarang, benar-benar terasa hampa. Aku memang memiliki segalanya. Tapi segalanya di sini tidak termasuk kebahagiaan. Seperti yang keluarga kecilmu rasakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
PERAN - 2 (PERFECT FAMILY)
HumorRANDOM PRIVATE. DILARANG KERAS MENYADUR ISI, MENYALIN, MENGAMBIL INPIRASI. TIDAK PUNYA IDE LEBIH BAIK JANGAN MENULIS!!! DARI PADA MENGAMBIL IDE ORANG LAIN _____ Hal biasa yang sering kali terjadi dalam sebuah keluarga. Bila menurutmu berbohong bisa...