23. Suamiku tercinta

9K 1.7K 216
                                    

Tidak semua kemenangan harus dipamerkan. Karena kemenangan terindah dalam hidupku adalah menikahimu. Dan aku tidak akan rela untuk membaginya kepada orang lain.


Agam tersenyum ketika ia baru saja turun dari sebuah mobil taksi kala melihat Karim sedang mencuci mobilnya di depan rumah. Setelah ia membayar argo taksi tersebut, Agam memilih untuk tinggal sejenak. Berbincang dengan Karim yang begitu jarang dia temui.

"Assalamu'alaikum, Pak."

"Wa'alaikumsalam. Dari mana?" tanya Karim bingung.

"Biasa. Habis dinas," senyum Agam begitu sumringah. Dia melihat ke sekeliling di mana beberapa anak kecil bermain sepeda mengitari komplek tersebut. Ada perasaan bahagia yang muncul kala senyum dan tawa anak-anak itu terlihat di kedua mata Agam.

Inilah mengapa dia setuju untuk tinggal di lingkungan perumahan ini. Selain perumahannya cukup aman karena hanya memiliki satu pintu masuk. Dan di sini juga banyak tinggal pasangan-pasangan muda yang baru memiliki anak seusia Zhafir.

"Dinas luar kota?" tanya Karim menghentikan kegiatan mencuci mobilnya.

"Iya...,"

"Mantap. Enak istrinya mau ditinggal-tinggal. Coba kalau istri saya. Ditinggal lembur aja, ngambeknya kalahin anak remaja." kekeh Karim melebih-lebihkan sikap istrinya.

"Istri saya tidak ada pilihan mau atau tidak mau, Pak. Karena apa yang saya kerjakan, dan ke mana saya harus pergi, memang sudah menjadi pekejaan. Yang penting bagi saya dia ikhlas memberikan waktu untuk saya bekerja. Karena insha Allah rezeki yang didapatkan akan lebih nikmat terasa jika dia bisa ikhlas." ucap Agam yang disetujui oleh Karim.

"Super sekali kata-kata Bapak Jaksa satu ini,"

"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak. Mau ke dalam. Kasian dia sudah menunggu pastinya,"

"Oh, silakan Pak."

Baru beberapa langkah Agam masuk ke dalam rumahnya, Karim dikagetkan kemunculan Lila yang begitu tiba-tiba di samping dirinya. Dari tatapan, Karim bisa menilai Lila curiga akan sesuatu.

"Abis dari mana dia?"

"Dinas luar kota," jawab Karim sambil menghidupkan kembali keran air.

"Masa sih dinas luar kota?"

"Emangnya kenapa? Kamu aneh banget pakai tanya-tanya segala."

"Kamu tahu nggak Paps, gosip-gosipnya dia lagi ada masalah sama suaminya."

"Hust!!!"

"Kenapa?" tanya Lila bingung.

Karim menarik napasnya dalam. Rasanya dia benar-benar kesulitan memberitahu sikap istrinya yang terkadang memang sudah keterlaluan.

Namun Karim sendiri sadar, tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Begitupun dia. Kadang dia sering kesal dengan sikap Lila yang begitu menyebalkan. Padahal dia pun sadar, banyak sikap dalam dirinya yang sering membuat Lila terluka.

"Nggak kenapa-kenapa. Sudah sana masuk ke dalam. Aneska kasihan kamu tinggal sendirian,"

"Aku diusir nih? Padahal mau aku bantuin cuci mobil," cengir Lila. Dia mendadak lupa mengenai gosip yang tadi ingin dia ceritakan kepada Karim.

"Tumben? Perasaan uang bulanan belum aku kasih," goda Karim.

"Ya karena kamu belum kasih, makannya aku mau bantu. Kalau kamu udah kasih uang bulanan, ngapain capek-capek aku bantu kamu cuci mobil." akunya jujur.

"Benar juga sih kamu. Kalau aku udah kasih uang bulanan, kamu nggak akan mau capek-capek cuci mobil. Karena setiap malam udah aku buat capek duluan," kedip Karim genit.

PERAN - 2 (PERFECT FAMILY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang