(87) Kisah Ummu Jamil

874 43 0
                                    


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Namanya memang indah.
Secantik wajahnya. Sesuai dengan panggilannya Ummu Jamil.

Seorang wanita yang cantik, itulah arti dari nama ini.

Secara dhahir, ia memang cantik.
Orang-orang pun mengakuinya, hingga ia dipanggil dengan Ummu Jamil.

Kecantikan lahiriah itu tidak bermakna, bila tidak disertai kelembutan hati.

Kala berhati culas, busuk dan penuh dengan angkara. Sebaliknya mereka adalah pecundang.

Dan Ummu Jamil menjadi contoh yang tak layak ditiru. Ia seorang wanita cantik, istri seorang pembesar.

Abu lahab adalah suaminya, terlahir dari keluarga bangsaawan, Ummayyah bin Khalaf.

Tapi semua itu tidak cukup untuk mengangkat derajatnya disisi Allahسبحا ته و تعا لى.
Sebaliknya, Al-Qur’an memberitahukan kepada kita bahwa sang wanita cantik ini menjadi kerak neraka bersama suaminya. Hal itu tertuang dalam surat Al-Lahab.

Karena hatinya yang tidak secantik wajahnya. Kedudukannya yang mulia ditengah kaumnya, tidak mengantarkannya menjadi seorang pengikut dakwah. Justru kehormatan itu membawanya menjadi orang yang sombong dan mau menang sendiri.

Lihat kisah dibalik sebutan Al-Qur’an ‘pembawa kayu bakar’ kepadanya.
Bukan karena ia bergelut di bisnis kayu. Tapi lebih disebabkan perilaku jahatnya.

Kala malam menjelang, ia menaburkan duri dijalanan yang biasa dilewati Rasullullah.

Abu lahab dan Ummu jamil, memang pasangan serasi, satu kata, satu perbuatan.

Tapi sayang, keduanya sepakat dilembah hitam, sebagai penentang utama dakwah Rasulullah .

Sedemikian besar perlawanan meraka, hingga Allahسبحا نه و تعا لى menurunkan satu surat yang khusus membicarakan mereka berdua.
Surat Al-Lahab yang berisi akhir perjalanan hidup keduanya.
Alih-alih menjadikan ancaman itu sebagai awal perbaikan diri, Ummu jamil justru semakin besar kepala. Ia mendatangi Abu baker yang saat itu bersama Rasullullah.

Melihat kehadiran Ummu jamil, Sayyidina Abu bakar ra menyarankan Rasulullah untuk bersembunyi. Rasulullah tidak kemana-mana, ia tetap saja disamping Sayyidina Abu bakar ra.
Karena Rasulullah yakin dengan pertolongan Allahسبحا نه و تعا لى, bahwa Ummu jamil tidak akan melihatnya.

Benar saja Ummu jamil datang.
“Hai, Abu Bakar, shabatmu telah menghujatku,” katanya sewot. Dengan tenang, Sayyidin Abu Bakar ra menjawab bahwa apa yang disampaikan Rasulullah itu adalah wahyu, Rasulullah mengatakan begitu, kenyataannya memang demikian.

Ummu jamil pun balik dengan kesal.
“Dia tidak melihatmu,” kata Sayyidina Abu bakar ra kepada Rasulullah.

“Malaikat senantiasa melindungiku (dari pandangannya) hingga ia pergi,” kata Rasulullah

Ummu tidak sedang bermasalah dengan matanya. Artinya, ia sehat-sehat saja. Ia bisa melihat Sayyidina Abu bakar ra. Logikanya, ia juga bisa melihat Rasulullah.

Disinilah kekuasaan Ilahi berperan. Allahسبحا نه و تعا لى mengutus malaikat agar melindungi Rasulullah  dari pandangan mata Ummu jamil. Bukan jin yg diutus Allah سبحا نه و تها لى.

NOTED!

Belajar dari kisah Ummu jamil, tidak seharusnya kita tertipu dari penampilan lahir seseorang. Kecantikan luar, bukan jaminan kebaikan budi pekertinya. Lebih dari itu, seorang wanita tidak harus selalu mengekor kepada suami bila suami bersalah.

Justru ia harus berani mengingatkan dan meluruskan suami. Agar biduk rumah tangga tidak terseret arus yang bermuara ke jurang neraka.

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞.

Kumpulan Cerita Islami {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang