159. Dulu Dia Rajin Shalat Malam, Sekarang?

389 26 0
                                    


﷽السلام عليكم ورحمةﷲوبرکاته

Dulu Dia Rajin Shalat Malam, Sekarang?

Dulu dia rajin shalat malam atau shalat tahajud, namun sekarang ia tinggalkan. Ia hanya ingat shalat malam ketika susah saja, ketika terhimpit hutang atau dirundung duka. Namun ketika lapang, senang, atau bahagia, ia pun lupa akan shalat malam tersebut. Padahal sebaik-baik amalan adalah yang kontinu dilakukan walau jumlahnya sedikit.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :

يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ

“Wahai ‘Abdullah janganlah seperti si fulan. Dahulu ia rajin shalat malam, sekarang ia meninggalkan shalat malam tersebut.” (HR. Bukhari no. 1152 dan Muslim no. 1159).

Diceritakan oleh Hafshoh, Nabi ﷺ pernah mengatakan mengenai ‘Abdullah bin ‘Umar,

نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ . قَالَ سَالِمٌ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لاَ يَنَامُ مِنَ اللَّيْلِ إِلاَّ قَلِيلاً .

“Sebaik-baik orang adalah ‘Abdullah (maksudnya Ibnu ‘Umar) seandainya ia mau melaksanakan shalat malam.” Salim mengatakan, “Setelah dikatakan seperti ini, Abdullah bin ‘Umar tidak pernah lagi tidur di waktu malam kecuali sedikit.” (HR. Bukhari no. 1122 dan Muslim no. 2479)

Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Hadits dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash di atas menunjukkan akan disunnahkan merutinkan suatu ibadah yang baik tanpa menganggap remeh. Juga dapat dijadikan dalil akan makruhnya memutus suatu ibadah walaupun amalan tersebut bukanlah amalan yang wajib.” (Fathul Bari, 3: 38).

Ibnu Hajar juga berkata, “Kesimpulannya, hadits di atas memotivasi seseorang agar semangat untuk rutin dalam melakukan suatu ibadah, juga bersikap sederhana dalam ibadah -yaitu tidak berlebih-lebihan dan tidak memandang remeh-. Adapun bersikap berlebih-lebihan (terlalu memaksakan diri dalam ibadah) akan membuat seseorang meninggalkan suatu ibadah.” (Idem).

Dari perkataan Rasulullah ﷺ pada Hafshoh, kita dapat melihat bahwa jika disebut sebaik-baik orang adalah yang menjaga shalat malam, maka berarti orang yang mengerjakan shalat malam disifati dengan orang yang baik. Lihat perkataan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 3: 6.

Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (16: 37) menyebutkan bahwa hadits tersebut menunjukkan akan keutamaan shalat malam.

Seandainya dapat dirutinkan shalat malam dengan dua raka’at, lalu ditutup witir tiga raka’at, maka itu lebih baik daripada shalat malam yang langsung banyak namun setelah itu terputus.

Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Muslim no. 783)

Shalat malam bukan dilakukan ketika susah saja, penuh utang, dirundung duka, namun ketika lapang pun ibadah harus tetap ada. Rasulullah ﷺ bersabda :

تَعَرَّفْ إِلَي اللهِ فِى الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِى الشِّدَّةِ

“Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Allah akan mengenalimu ketika susah.” (HR. Ahmad 1: 307 dan Al Hakim dalam Mustadroknya 3: 623. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Barakallahu fiikum...

✍Airiya Rahmadhani

Kumpulan Cerita Islami {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang