(96) Adab Ringkasan Terhadap pengajar Guru, SYaikh dan Ustadz

1.2K 47 0
                                    


Adab Duduk

Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, "Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya."

Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, "Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis."

Ibnul Jamaah mengatakan, "Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu', mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi gurunya".

Adab Berbicara

Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.

Para Sahabat Nabi shallahu 'alaihi wa sallam , muridnya Rasulullah, tidak pernah kita dapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka tidak pernah memotog ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara. Di hadist Abi Said al Khudry radhiallahu 'anhu juga menjelaskan,

ﻛﻨﺎ ﺟﻠﻮﺳﺎً ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺇﺫ ﺧﺮﺝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺠﻠﺲ ﺇﻟﻴﻨﺎ ﻓﻜﺄﻥ ﻋﻠﻰ ﺭﺅﻭﺳﻨﺎ ﺍﻟﻄﻴﺮ ﻻ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﺃﺣﺪ ﻣﻨﺎ

"Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara" (HR. Bukhari)

Sungguh adab tersebut tak terdapatkan di umat manapun

Adab Bertanya

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

ﻓَﺴْﺌَﻠُﻮﺍ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﻻَﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui" (QS. An Nahl: 43)

Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan bertanya maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat keilmuan. Tidak diragukan bahwa bertanya juga mempunyai adab di dalam Islam. Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka mengajarkan bahwa pertanyaan harus disampaikan dengan tenang, penuh kelembutan, jelas, singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya.

Di dalam Al-Qur'an terdapat kisah adab yang baik seorang murid terhadap gurunya, kisah Nabi Musa dan Khidir. Pada saat Nabi Musa 'alihi salam meminta Khidir untuk mengajarkannya ilmu,

ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﻦْ ﺗَﺴْﺘَﻄِﻴﻊَ ﻣَﻌِﻲَ ﺻَﺒْﺮﺍً

"Khidir menjawab, Sungguh, engkau(musa) tidak akan sanggup sabar bersamaku" (QS. Al Kahfi: 67).

Nabi Musa, Kaliimullah dengan segenap ketinggian maqomnya di hadapan Allah, tidak diizinkan untuk mengambil ilmu dari Khidir, sampai akhirnya percakapan berlangsung dan membuahkan hasil dengan sebuah syarat dari Khidir.

ﻓَﻼ ﺗَﺴْﺄَﻟْﻨِﻲ ﻋَﻦْ ﺷَﻲْﺀٍ ﺣَﺘَّﻰ ﺃُﺣْﺪِﺙَ ﻟَﻚَ ﻣِﻨْﻪُ ﺫِﻛْﺮﺍً

"Khidir berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya" (QS. Al Kahfi:70) .

Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka jika seorang guru tidak mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya, tunggulah sampai ia mengizinkan bertanya. Kemudian, doakanlah guru setelah bertanya seperti ucapan, Barakallahu fiik, atau Jazakallahu khoiron dan lain lain.

Banyak dari kalangan salaf berkata,

ﻣﺎ ﺻﻠﻴﺖ ﺇﻻ ﻭﺩﻋﻴﺖ ﻟﻮﺍﻟﺪﻱ ﻭﻟﻤﺸﺎﻳﺨﻲ ﺟﻤﻴﻌﺎً

"Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang tuaku dan guru guruku semuanya."

Adab dalam Mendengarkan Pelajaran

Para pembaca, bagaimana rasanya jika kita berbicara dengan seseorang tapi tidak didengarkan? Sungguh jengkel dibuatnya hati ini. Maka bagaiamana perasaan seorang guru jika melihat murid sekaligus lawan bicaranya itu tidak mendengarkan? Sungguh merugilah para murid yang membuat hati gurunya jengkel.

Agama yang mulia ini tak pernah mengajarkan adab seperti itu, tak didapati di kalangan salaf adab yang seperti itu. Sudah kita ketahui kisah Nabi Musa yang berjanji tak mengatakan apa-apa selama belum diizinkan. Juga para sahabat Rasulullah yang diam pada saat Rasulullah berada di tengah mereka.

Bahkan di riwayatkan Yahya bin Yahya Al Laitsi tak beranjak dari tempat duduknya saat para kawannya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di tengah pelajaran, yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah majelis adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain.

Apa yang akan Yahya bin Yahya katakan jika melihat keadaan para penuntut ilmu saat ini, jangankan segerombol gajah yang lewat, sedikit suarapun akan dikejar untuk mengetahuinya seakan tak ada seorang guru di hadapannya, belum lagi yang sibuk berbicara dengan kawan di sampingnya, atau sibuk dengan gadgetnya.

Penulis: Muhammad Halid Syari


Kumpulan Cerita Islami {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang