(119) Jilbab dan Jilbab Hati

963 65 0
                                    

Pernah, di dalam ruangan kelas seorang siswi berbicara di hadapan teman-temannya bahwa jilbab itu wajib bagi kaum hawa. Hal itu membuat kelas sedikit gaduh, ada pro dan kontra, yes or no, setuju atau tidak setuju. Tapi tidak sedikit juga yang diam karena gak ngerti dan hanya tersenyum melihat pemandangan di dalam kelas.

Dari belakang ada seorang siswa berwajah lumayan tampan berdiri, lalu bilang dengan santai, “Yang paling penting bagi perempuan itu menjilbabi hatinya dulu.”

Mendengar itu, siswa lain yang tidak lebih tampan namun sedikit paham dengan masalah agama spontan bertanya, “Jilbabin hati? Bagaimana caranya? Hatinya di buka, lalu dibalutin jilbab, gitu?”

Perdebatan hangat mengenai jilbab memang sering kita saksikan, dengar, bahkan alami di sekitar kita. Termasuk di ruang kelas. Ada kelompok yang setuju jilbab itu wajib, ada kelompok yang gak setuju. Yang setuju biasanya anggota rohis dan para jilbabers pastinya. Eh, tapi ada juga yang berjilbab tapi gak setuju kalo jilbab itu harus bin wajib. Mereka mengenakan jilbab hanya sekedar ikutan. Karena lihat mama pake jilbab dia ikut saja tanpa tahu manfaat dan hukumnya.

Kalo yang gak setuju ya pastinya para gadis yang gak berjilbab dan para lelaki yang hobi lihat rambut panjang hitam terurai tanpa ketombe.

Jilbab tidak wajib
Bagi yang gak setuju ini, biasanya ada beberapa alasan mereka mengatakan bahwa jilbab itu tidak harus dan bukan sesuatu yang penting. Di antaranya:

Pertama, Jilbab adalah budaya Arab. Sebagian gadis-gadis menganggap bahwa kain yang menutupi kepala secara sempurna itu hanyalah budaya Arab. Jadi sebagai warga negara Indonesia yang baik dan memegang teguh budaya sendiri, ia merasa cukup tanpa jilbab. Bagi mereka, jilbab, adalah pakaian khas orang Arab. Karena di sana adalah negeri padang pasir, panas, dan berdebu, jadi ya wajar jika memakai jilbab. Bahkan kadang harus memakai cadar biar debu gak nempel di wajah.

Kedua, hati yang terpenting. “Jilbab Hati” adalah kata yang sering didengar bagi mereka yang enggan untuk berjilbab. Apa gunanya berjilbab tapi hati kotor. Mending ga berjilbab tapi hatinya baik, rajin belajar, suka menolong, dan gemar menabung. Pokoknya heart is number one!!

Ketiga, lebih cantik tidak berjilbab. Baginya jilbab mengurangi kecantikan. Kecantikan itu adalah anugerah dari Tuhan, jadi tidak boleh untuk ditutup-tutupi. Biarkan orang lain melihat dan memujinya.

Keempat, he’s male. Ada juga yang tidak pernah setuju untuk mengenakan jilbab karena dia seorang laki-laki. Not female. Hm, sepertinya ini tidak perlu diperdebatkan.

Dan masih banyak alasan lainnya.

Sementara itu, yang mengatakan bahwa jilbab itu “harus” dan “wajib”punya banyak bantahan bagi teman-teman mereka yang gak setuju. Ayo kita simak!

Pertama, perintah Allah. Ini adalah alasan kuat yang sulit untuk dibantah. Bahwa perintah jilbab bagi setiap wanita muslimah datangnya dari Allah Maha Pencipta yang tercantum di dalam al-Qur’an.

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali. Oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Ayat yang lain,

“.....Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.....” (QS. An-Nur: 31)

Kedua, bukan budaya Arab. Bagi kubu ini, jilbab bukanlah budaya Arab melainkan perintah Allah kepada seluruh wanita muslimah di dunia ini. Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas. Dalam sejarahnya, justru wanita-wanita Arab tidak mengenakan jilbab. Bahkan di dalam catatan sejarah disebutkan bahwa para wanita, sebelum datangnya Islam, ketika melakukan tawaf (mengelilingi Ka’bah) mereka tidak mengenakan pakaian sehelaipun. Telanjang layaknya hewan. Lalu Islam datang memuliakan mereka dan menganjurkan mereka dengan pakaian keindahan: Jilbab. Jadi orang yang mengatakan jilbab merupakan budaya Arab adalah pendapat yang lemah tanpa dasar sama sekali.

Ketiga, jilbab itu melindungi. Para wanita berjilbab merasa tenang dan damai ketika mengenakan jilbab. Bagi mereka jilbab adalah tameng dan pelindung. Pelindung dari sinar matahari yang dapat merusak kulit. Dan yang terpenting adalah pelindung dari mata jalang para lelaki. Kasus pelecehan seksual banyak diawali oleh pandangan mata akibat melihat sesuatu yang mendatangkan syahwat. Jadi, jilbab selain melindungi wanita, otomatis juga akan menjaga pandangan para lelaki dari yang diharamkan.

Jika seseorang ditanya, manakah yang akan ia pilih, permen yang masih lengkat dengan pembungkusnya ataukah permen tanpa bungkus yang sudah disentuh oleh orang banyak. Jika mau jujur, dia pasti akan memilih permen berbungkus. Why? Karena permen itu masih bersih dan terjaga dari tangan-tangan kotor yang akan menyentuhnya. Nah, seperti itulah kesan wanita berjilbab.

Keempat, jilbab tidak membatasi. Wanita berjilbab tidak membatasi seseorang untuk bergerak dan berprestasi. Banyak di antara wanita muslimah yang menjaga jilbabnya namun tetap berprestasi di sekolahnya. Jadi, jilbab bukan alasan sebagai penyebab menurunnya prestasi seseorang. Dengan berjilbab seorang wanita tidak akan kehilangan pesona dan keanggunannya.

Kelima, jilbab sebelum Islam. Sebelum Islam, orang-orang Nasrani (Kristen) juga diperintahkan untuk mengenakan jilbab. Bisa dilihat bagaimana para biarawati atau suster Kristen mengenakan kudung secara sempurna. Akan tetapi seiring berkembangnya zaman, kini kita lihat mereka hanya menutupi rambut namun memperlihatkan lehernya. Di gereja-gereja lukisan Bunda Maria (Ibunda Nabi Isa) pun mengenakan jilbab.

Dalam injil disebutkan, “Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung.” (1 Korintus 11:13). Di kalangan Kristen, jilbab adalah pakaian ciri khas wanita-wanita shalih.

Setelah melihat pendapat dari dua kubu di atas, kamu bisa memilih mana yang lebih diterima pendapatnya. Intinya, jilbab itu adalah pakaian wanita yang menutupi kepala dan tubuh. Jadi, sangat lucu sebenarnya kalo ada yang bilang ‘jilbabin hati’. Yang benar adalah berjilbablah dahulu, setelah itu berusahalah untuk membersihkan hatimu.

Secara ringkas, berikut kriteria jilbab yang benar:

🏼 Tebal, tidak tipis apalagi tembus pandang.

🏼 Lebar, tidak ketat sehingga menampakkan lekuk tubuh.

🏼 Menjulur ke seluruh tubuh.

🏼 Tidak menyerupai pakaian laki-laki

🏼 Bukan pakaian popularitas alias dijadikan ajang model dan kecantikan.

Jika kamu ingin berjilbab, maka niatkanlah karena Allah dan mulai saat ini juga. Hilangkan semua yang meragukanmu.

Semoga Allah memberikan hidayahnya pada kita semua. Wallahu Ta’ala a’lam

Sumber: ustadz maharady purnama

Kumpulan Cerita Islami {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang