Sara

176K 7.3K 344
                                    

Deru Air Conditioner dan kipas angin antar gerbong KRL Commuter beradu. Desak riuh pengguna setia transportasi umum ini mendorongku semakin terpojok, setiap mata kuliah pagi selalu terasa menyiksa, di saat terbiasa melakukan ritual sialan ini di tengah hari yang panas dengan keadaan transportasi beroda besi lebih lengang.

Jangan berharap untuk dapat tempat duduk atau bernafas dengan khidmat di gerbong khusus wanita saat pagi hari. Untuk bertahan di tempat awal kamu berdiri pun sudah seperti prestasi tersendiri. Kalau mau tahu hadiah apa yang bisa kamu dapat dari berdiri nyaris 2 jam setiap harinya? Adalah betis besar atau betis keram.

Jarum jam tangan Swiss Army milikku terus berpacu dengan gemuruh jantung. Takut telat dan takut gak bisa keluar dari gerbong kereta, padahal sudah nyaris 2 tahun terlatih untuk berdiri di sini tapi masih bego juga untuk keluar dari himpitan manusia-manusia. Sungguh ter-la-lu.

Jarak kampus dari stasiun masih 6 km lagi dan waktu yang tersisa tinggal 30 menit ditambah macetnya Kota Jakarta yang menggila.

Tenang. Jangan panik dan coba berpikir jernih. Ojek online masih setia. Tetapi grup kelas di WhatsApp sudah ramai.

Mia 4D
Dpt info, dosen utama ga dateng, yang dateng asdos. Eh gak tau bener asdos atau bukan.

Yaya 4D
Bener? Cewek apa cowok?

Ira 4D
Semoga cowok dan gak galak Ya Allah

Mia 4D
Semoga gantinya bu ika ganteng dan berjodoh. Aamiin

Kok gue kesel bacanya ya

Ira 4D
Kok gue kesel bacanya ya (2)

"Mbak kok udah masuk? Kan masih libur?"
Sikap ramah driver ojek online terkadang memang ngeselin. Aku tahu beliau hanya bertanya tetapi bisa juga maksudnya ngeledek. Kan bikin es-mo-si.

"Masuk pak. Kampus saya emang gitu. Maunya beda, sampai saya pingin bikin kampus sendiri." jawabku. Udah nanya abis dijawab bapaknya cuma cengengesan.

Sampai kampus, setelah basa basi terimakasih gak lupa helm. Aku pun melesat ke kelas dengan super. Naik tangga pulak, kalau naik lift bisa-bisa durasinya kayak kampus-rumah. Alot.

Depan kelas udah sepi, keringat dingin mulai mengucur. Maksudku keringat hasil naik tangga. Aman belum ada suara dosennya.

"As..." Kubuka pintu dan suara salamku terputus, "astaghfirullah."

Dosen bening udah nangkring, aku tahu itu bukan Bu Ika, tapi aku yakin Richard Kyle si artis traveler itu belum alih profesi jadi dosen penggantinya Bu Ika.

"Maaf pak telat. Ban keretanya bundar. Eh maksud saya keretanya ketahan." Jurus maut pun keluar, nyengir.

"Ehem." Dia berdehem. Ganteng.

"Serius pak. Kalau tadi saya ada nomor bapak, udah saya kontak untuk izin."

"Ehem." Dehem kedua. Ganteng juga.

"Saya duduk nih pak?"

"Ehem." Dehem ketiga. Bapaknya lagi sariawan kali ya. Aku pun menoleh ke arah barisan tempat duduk.

Mia dari kursinya seperti berbisik, mengisyaratkan kalimat 'duduk, peak' dengan bentuk bibir. Aku ngibrit aja karena dikacangin, lalu kutempatkan bokong ini di kursi kosong sebelah Mia, posisi paling depan. Sudah ketebak dia juga terlambat.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang