•••
Terkadang, sinyal gak ada itu sesuatu yang menguntungkan. Gak tau deh kalau ada sinyal ponselku bakal seheboh apa.
Jujur nih ya, aku kabur. Ketemu Pak Restu aja enggak, izin gak bisa nemenin beliau aja enggak. Nanti aja kalau ketemu di kampus minta maafnya, pikirku. Sumpah deh, aku gak sepercaya diri itu buat nemenin beliau ke acara reuni yang pastinya temen-temennya yang keren-keren itu di sana semua. Cocoknya mah ya, perempuan yang biasa Pak Restu ajak, yang harusnya dia bawa. Bukan aku.
Da, aku mah apa atuh.
Sampai sekarang aku gak tahu, doi jadinya ajak siapa. Mana tahu dia update di Instagram-nya. Di sini gak ada sinyal sama sekali, ada sinyal EDGE pun udah sujud syukur. Berasa pasangan LDR kutub utara-kutub selatan sama sinyal.
Di proyek sosial kali ini, anak-anak di sini 'lucu-lucu' banget, mereka suka bawa-bawa benda tajam buat mainan. Lucu kan? He he.
Pendidikan bukan hal yang penting, karena yang penting adalah perut kenyang hati senang, katanya. Alasan klise? Banget. Padahal dengan kamu berpendidikan, perut kenyang hati senang dan juga gak bakal gampang ditipu orang.
Kami mengadakan proyek sosial ini di sebuah daerah yang sebenarnya tidak jauh dari Ibu Kota, hanya saja daerah ini tidak terjangkau oleh pembangunan. Pembangunan mengawali sebuah kemajuan, tapi sebuah pembangunan harus diterima dengan pemikiran yang luas. Pendidikan lah yang akan membuat pemikiran menjadi luas. Banyak pemuda di daerah terpencil ini yang keluar untuk mencari peruntungan lain, mencoba memperoleh pendidikan yang lebih layak di daerah lain. Tapi mereka lupa untuk kembali membangun daerahnya. Memang sih, kalo udah nyaman bisa apa? Bisa lupa segalanya.
Susah banget, suer. Ngumpulin orang-orang di sini, kalau gak pakai hal yang bisa menarik perhatian kayak musik dangdut. Koar-koar sampai mulut pahit juga gak akan mempan.
Ada minimarket yang ber-AC gak di sini? Ada coy ada. Dua puluh kilometer baru ada. Plus jalannya ahaydeu bagus banget, gokil abis buat dangdutan, di mobil bakal goyang terus.
Yang bikin tambah keren, di sini tuh Pak Kadesnya punya private office loh, dekat kandang bebek miliknya. Mau izin apa-apa? Silahkan mampir dan beri salam juga pada bebek-bebek Pak Kades.
Proyek sosial ini berlangsung selama satu bulan, sedangkan aku mengikuti kegiatan hanya selama tujuh hari yang selanjutnya aku diwajibkan untuk mengikuti kegiatan magang pertama dari kampus, yang berisi observasi lalu ia beranak-pinak menjadi tugas laporan ini itu. Penempatannya pun sebenarnya tidak jauh dari daerah kampus. Magang yang berlangsung dua bulan dilanjutkan dengan perkuliahan seperti biasa. Capek deh.
Hari ini aku pulang, kembali ke pelukan tempat tidur tersayang. Kembali ke bawah naungan sinyal WiFi tercinta. Rumahku surgaku. Dan besok harus siap dengan aktivitas magang pertama.
×××
Magang memasuki minggu terakhir, aktivitas di kampus pasti sudah di mulai. Magang pertama gak sesuram itu kok, bertemu orang baru, bertukar pikiran, berbagi pengalaman dengan para senior. Magangku monton, gak ada hal-hal aneh ataupun menarik.
Nyaris dua bulan ini dia gak aneh-aneh, ngehubungin aku juga enggak. Gak mau bahas, gak deh. Makasih. Aku masih ngerasa bersalah karena gak izin dan minta maaf sama beliau. Sesekali aku suka ngecek room chat-nya di WA, masih sama dengan terakhir kali, puluhan panggilan tak terjawab darinya di sana. Last seen-nya memang gak diaktifkan, jadi gak kelihatan kapan terakhir doi online. Masih ingat jelas banget di otak insiden kepencet di IG, jadi tiap ngecek kontaknya Pak Restu tuh pelan-pelan. Takut salah colek. Hehe.
Hari ini aku sudah janjian dengan Mia di kampus. Untuk mengurus beberapa keperluan magang, sedangkan Mia juga ingin bertemu dengan dosen pembimbing akademiknya. Kata Mia, ia nunggu di depan lobby gedung A. Kampret sih itu mah dekat ruangannya Pak Restu.
"Mi, lo di mana?"
"Sini. Depan lobby."
"Ngapain sih di situ? Tempat lain, Mi."
"Gak mau, ah. Pegel pindah-pindah. Tadi gue naik Go-Jek. Gak kasihan apa sama gue?" Manja. Mia doang emang. Sabar-sabar. Temen lo, Re! Pingin deh aku sentil lak-lakannya sekali. Kesel.
Dia gak tahu apa, gue kan gak mau ketemu Pak Restu dulu. Mental, hati, bulu kuduk belum siap, coy. Salahku sih, gak cerita dulu ke Mia, kalau aku lagi ngehindar dari Pak Restu. Anti Restu Restu Club.
"Iya, bawel." Aku menutup telepon dari Mia dan berjalan ke arah gedung A.
Kampus masih sama, cuma beberapa tanaman aja yang kayaknya diganti. Gak ada yang aneh, tapi firasatku gak enak.
"Eh, Renata ya?"
Seseorang dari arah gedung A menyapaku tiba-tiba membuat jalanku berhenti. aku mencoba ingat-ingat siapa ya. Suaranya lumayan familiar.
Anjir, si Bimo-bimo.
"Enggak, enggak. Bukan, bukan." Aku ngibrit, lari ke gedung A sambil nutupin muka pakai tas dan ngibasin tangan. Ada Bimo biasanya ada Pak Restu. Mati deh ah.
"Renata!" Mia teriak kenceng, nyengir lebar terus doi dadah-dadah. Manusia heboh banget. Antusiasmenya gini kek kalau kita lagi punya tugas seabrek, biar aku juga gak ikutan suntuk pas ngerjain.
"Ssst. Berisik ah." Aku menghampiri Mia, sambil nengok kanan-kiri memastikan situasi aman terkendali dari jangkauan Pak Restu.
Tapi, karena emang Mia yang dasarnya fans-nya Pak Restu, ternyata dia nongkrong di sini gara-gara ada Pak Restu yang lagi berbincang sama orang di kursi lobby gedung A, gak tahu sama siapa. Inginku sentil lak-lakannya beneran.
Mia memelukku erat, "kangen gue sama, lo."
"Makasih, Mi. Gue enggak." kataku dengan suara seminimalis mungkin. Jangan nengok, Pak! Jangan! Aku komat-kamit sendiri.
Pas aku nengok, lagi cipika cipiki sama Mia. Pak Restu bangkit dari duduknya, bersalaman dengan orang yang ia ajak bicara tapi matanya lurus ke arahku.
Sip deh. Mata lasernya yang setajam silet, nusuk banget, pas nancep banget deh ke mata. Aku gak berkutik sama sekali. Nyaris tiga bulan gak ketemu dan gak lihat, tampilan Pak Restu malah makin fresh. Tapi kelihatannya kayak tampang kecapekan gitu, agak kurusan dikit deh.
OMG. Ngapain jadi mikirin tampilannya Pak Restu? Bisa-bisa aku ditelan hidup-hidup sekarang, kalau gak kabur.
•••
Happy Reading
💛💜💛WKWKWKWKWK
Makasih ya udah mampir
Hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE
RomanceBuat mahasiswa, ketemu dosen yang baik, cakep dan gak pelit nilai itu anugerah. Gimana kalo kamu ketemu dosen yang baiknya dikit, gak pelit nilainya agak banyak dikit, tapi cakep bin julidnya banyak? Terus ditambah modusnya alus? Minat? ••• A story...