Fele Ӧfa

50.5K 4.4K 35
                                        

•••

Sudah H-3 UAS, tapi tugas akhir untuk semester ini belum selesai semua. Stres deh. Para dosen yang baik hati ini memberikan deadline pada saat hari H ujian matkulnya, sedangkan mereka baru memberi tahukan tugas akhir seminggu sebelum UAS berlangsung.

Dan hari ini, kami kelas 4D masih memiliki kelas pengganti dengan Pak Restu untuk mata kuliah beliau yang kemarin kosong. Keadaan kelas masih sama seperti biasa saat Pak Restu mengajar, mahasiswa dan mahasiswi nya di kelasku semua terpaku, terpesona dengan kharisma dan kecerdasan beliau.

Untuk pengajar tingkat asisten dosen yang katanya baru saja memulai penelitian tesis sepertinya sudah bisa dikatakan sangat cakap, keterampilan serta pengetahuannya tidak kalah dengan dosen-dosen senior yang cenderung membosankan saat mengajar. Pembahasan dari Pak Restu tak melulu terpaku pada materi yang hari ini dibahas, saat diskusi tanya jawab pun kami tak berputar-putar hanya pada satu topik saja, karena Pak Restu membuka materi ajarnya pada cakupan yang lebih luas serta sesuai dengan realitas yang ada saat ini. Seringkali diselingi dengan guyonan dan tawa di kelasnya, entah itu tingkah konyol teman kami atau perkataan sarkasme dari Pak Restu yang mengundang tawa. Belajar dengannya sebenarnya tak seserius itu, tapi kedisiplinannya dan ketegasannya dalam mengajar membuat kami menyimak dengan sungguh-sungguh, untuk nilai pun beliau sangat objektif. Mahasiswa yang aktif di kelas maupun tugas, nilainya akan sangat berbeda dengan mereka yang pasif.

Untuk semester depan yaitu semester lima, kami sudah memulai agenda magang pertama. Dilihat dari KRS atau Kartu Rencana Studi, di semester depan sepertinya masih ada mata kuliah yang diajarkan oleh Pak Restu, tapi untuk penempatan beliau mengajar apakah masih mengajar kelas kami atau tidak, akan dipilih dengan random oleh Kepala Prodi nantinya.

Tiga satuan kredit semester atau 150 menit mata kuliah Pak Restu telah berlalu, beliau merapihkan bawaannya. Tas berisi daftar absensi dari kampus, serta tempat pensil yang selalu ia bawa.

"Renren." Mia menepuk bahuku dari samping.

"Yes baby. What happened aya naon?" jawabku diikuti cengiran lebar.

Mia menyodorkan smartphone-nya padaku, terlihat feeds instagram dan muncul username milik Pak Restu. Mahasiswi fakultas ini tentu saja hafal dengan username milik docakiber-dosen cakep milik kita bersama. Smartphone Mia menampilkan foto seorang perempuan dan anak-anak kecil berebut es yang ada ditangan perempuan itu, tetapi dari foto tersebut yang terlihat hanya rok plisket berwarna milo, jaket denim yang di dalamnya seperti kaus putih juga flatshoes berwarna senada dengan roknya, mirip dengan baju yang kukenakan kemarin.

"SHIT." ucapku lumayan keras setelah sadar bahwa itu adalah foto diriku kemarin sore saat bersama Pak Restu. Tersangka yang meng-upload foto tersebut masih ada di depan ruang kelas, menoleh ke arahku dan berdeham keras, lalu menghilang di balik pintu kelas.

"Ini lo bukan, Ren?" bisik Mia, kemudian matanya mengarah pada flatshoes yang hari ini kupakai mirip dengan yang ada di foto instagram Pak Restu, "ngaku, Ren. Anak-anak udah ramai banget ngomongin."

Wajahku pias, seperti kucingku di rumah terpergok mengambil ikan di atas meja, rasanya mau ditelan bumi saja.

"Itu..." Belum selesai aku menjawab, Mona si lambe fakultas ikut nimbrung denganku dan Mia.

"Eh lo udah lihat? Lagi lihat IG-nya Pak Restu kan?" Mona mengambil alih kursi di depan kami dan melirik ke arah smartphone milik Mia, aku dengan terburu-buru melepas flatshoes yang kukenakan, menendang asal ke bawah kursi agar Mona si lambe gak sadar kalau sepatu yang ada di IG Pak Restu sama persis dengan milikku.

"Tapi, nih ya beda loh sama cewek yang waktu itu gue lihat di kokas. Yang waktu itu pakai dress di bawah lutut, anggun banget dan gak mungkin betah pakai kaus kaki begini." lanjut Mona, detail banget si lambe. Memang sih aku terbiasa menggunakan kaus kaki, karena dengan rutinitas yang selalu di mulai tengah hari, kakiku juga harus selalu terlindungi dari sinar matahari. Biar gak belang.

"Playboy banget dong, Pak Restu kalau yang di upload beda sama yang diajak jalan." timpalku sedangkan Mia melihat ke arahku dengan tatapan aneh bin curiga, di dahinya seperti ada tulisan 'cerita atau mati', ngeri kan. Ngomong-ngomong tentang dahi, tadi pagi keadaannya yang benjol seperti bakpao sudah mulai kempis tapi karena malu akhirnya kututup benjolnya dengan kain kasa.

"Iya juga sih, Ren. Tapi gak apa-apa lah dia kan ganteng jadi cocok-cocok aja jadi play boy." kata Mona diiringi dengan cengiran lebay nan ganjen.

Sakit juga dengarnya, aku belum tanya pada Pak Restu soal perempuan yang jalan bersamanya di kokas alias Kota Kasablanka Mall tempo hari, gak ada keberanian juga buat tanya. Nanti dibilang lancang, gak mikirin juga. Mikirin deh sebenarnya, emang kurang ajar itu si Restu ibu, bikin kepikiran aja.

"Bye ya, Ren, Mia. Gue laper mau cari asupan. See ya next gosip." pamit Mona.

"Dih dasar." kata Mia, menyoraki si lambe fakultas.

"Renata, sumpah lo harus cerita sama gue sekarang juga." Mia menekankan setiap katanya, gak ikhlas karena dia merasa gak tahu apa-apa.

"Mi."

Belum selesai menjawab perkataan Mia, dahuku dicolek oleh Devi yang menggendong tasnya hendak keluar kelas, "selamat ya."

"Kampret lo." teriakku pada Devi, pasti ia meledekku soal foto yang ada di instagramnya Pak Restu, karena cuma Devi yang sadar dengan foto di IG dan tingkah aneh Pak Restu terhadapku sejak bimbingan waktu itu.

Aku melihat ke arah Mia yang semakin bete karena aku gak cerita sama sekali padanya, sedangkan Devi tahu dan barusan meledekku.

"Nanti malem gue telfon deh, Mi. Gue ceritain sedetail-detailnya." ku tangkupkan tangan meminta maaf di depan Mia, supaya dia gak makin bete.

"Bener, ya. Awas bohong." jawab Mia.

"Bener, janji."

Drrrrrrrrrrrrrrrtt. Drrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrt.
Smartphone-ku di tas bergetar panjang pertanda telfon masuk, karena selama perkuliahan tadi handphone harus dalam keadaan di silent dan muncullah id caller dengan nama 'Resturan' di layar LCD smartphone milikku.

•••

Tadinya seminggu dua kali di publish, jadi ini bonus deh buat kalian. Yesss.

Makasih udah mau baca dan repot2 komen&vote.
Maaf kalo ada typo.

Btw, tiap chapter eyke ganti penamaannya pakai angka dari bahasa daerah Nias.

Lafff yu ol.
💜💜💜

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang