4

971 182 24
                                    

Kok rasanya makin kesini antusiasme reader kayak makin berkurang ya?😔

Story ini kurang menarik kah?

***

Gay?

Sebenarnya ini bukan kali pertama Seulgi mendengar kata itu, juga bukan kali pertama Seulgi bertemu dengan mereka. Tapi ia tidak pernah sekali pun membayangkan akan menyetujui sebuah hubungan dengan pria semacam itu.

“Kau sedang mempermainkan Seulgi noona?!”

Entah apa yang sebelumnya Taeyong dan Sehun bicarakan selama Seulgi larut dalam lamunan panjang menyusul keterkejutannya.

Seulgi baru tersadar ketika ia melihat Taeyong menarik kerah kemeja Sehun yang mengundang perhatian orang-orang di sekitar mereka. Ahh…sejak awal sepertinya mereka memang sudah menjadi pusat perhatian.

“Lepaskan dia, Taeyong-ah!” dengan sekuat tenaga, Seulgi menarik tubuh Taeyong menjauh dari Sehun agar tidak terjadi baku hantam. Tapi sepertinya di dalam tubuh mungil Taeyong, tersimpan tenaga yang cukup kuat.

“Dasar brengsek!” umpat Taeyong.

“Bajingan!”

Bugh.

Astaga, siapa yang memukul siapa?

Suasana menjadi semakin riuh karena Taeyong masih bersikukuh melampiaskan amarahnya pada Sehun, sementara Sehun sibuk mempertahankan diri tanpa melakukan perlawanan sedikit pun. Beberapa orang pria nampak memegangi kedua lengan Taeyong agar pria itu menjauh dari Sehun.

Greb.

Tidak ada cara lain. Seulgi yang mulai panik karena kondisi yang tidak terkendali kini mengambil alih tubuh Taeyong dengan melingkarkan kedua tangannya di area perut pria itu. Seulgi memeluknya dari belakang.

“Aku mohon hentikan! Kita bicarakan ini baik-baik, tapi kendalikan emosimu dulu!” bisik Seulgi seiring dengan pelukannya yang semakin mengerat.

“Taeyong-ah…”

Berhasil. Tenaganya mengendur, bahunya naik turun karena napasnya terengah-engah. Taeyong benar-benar dikuasai oleh amarah.

***

“Siapa sebenarnya anak kecil itu?” tanya Sehun tidak suka.

Seulgi berdecih sebal, ingat bahwa aksi anak kecil yang disebut Sehun tadi semata-mata sebagai bentuk perlindungan yang diberikannya kepada Seulgi.

Ya. Kini mereka berdua berada di apartemen Seulgi setelah melalui perdebatan panjang menentukan tempat yang lebih privasi untuk melanjutkan urusan mereka.

Juga setelah Seulgi berhasil mengusir Taeyong dengan iming-iming kencan setiap sehari selama satu minggu ditambah penjelasan tentang kejadian hari ini. Anak itu tentu saja tidak pernah mau merugi.

“Kau juga berkencan dengan anak kecil?” desak Sehun karena Seulgi tidak kunjung mengeluarkan suara.

“Sekarang bukan saat yang tepat membahas hal itu!” sahut Seulgi dengan penekanan di setiap kata yang ia ucapkan. Hal yang ia lakukan ketika kekesalannya harus dengan paksa ia redam.

Sehun membenahi posisi duduknya, ia berdehem kecil sembari mengatur ekspresi wajahnya menjadi lebih tenang, “Karena aku tidak bisa mendapatkan anak dari seorang pria, aku memintamu melakukannya untukku. Apa kau masih belum mengerti maksudku?”

Aneh.

Gila.

Merinding juga menakutkan. Tiba-tiba saja Seulgi merasakan bulu romanya seolah diperintah untuk berdiri dengan serempak. Gadis itu menatap pria di hadapannya penuh curiga, menelaah ekspresi wajah Sehun yang sialnya tidak bisa terbaca dengan mudah.

The Pieces Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang