27

686 134 24
                                    

Hollaa.....

Lama gak ketemu ya?

Kangen gak?
Hehe....

Maapkeun yang kelamaan semedi ini yaa, gaes.

Kali ini part nya lebih panjang kok dari yg sebelumnya.

Hope u guys like it!







***

“Bisa…kita berbicara sebentar?”

Itu adalah kalimat pertama yang ditujukan untuk Seulgi setelah sekian lama mereka tidak pernah bertemu. Gadis itu terlihat ragu, ia melirik Sehun yang berada di sampingnya, seperti meminta persetujuan. Sedangkan Sehun hanya tersenyum, lalu menggenggam erat tangan Seulgi.

Eumm…kalau begitu, aku dan Sehun akan pergi keluar sebentar.” Ujar Wendy, seolah mengerti situasi dan memberikan kesempatan pada ayahnya untuk berbicara empat mata dengan Seulgi, Wendy menarik Sehun keluar dari apartemen.

“Maaf…”

Seulgi memalingkan wajahnya, kedua matanya memanas. Kata ‘maaf’ seolah sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Mungkin benar jika sebanyak apa pun kata maaf terucap tetap tidak akan mengubah kenyataan bahwa hatinya tersakiti begitu banyak.

Tapi Seulgi menyadari bahwa setiap kata maaf yang terucap mampu membuat sudut hatinya terasa lebih lapang.

Appa…harus meninggalkanmu saat itu.”

Kali ini air mata Seulgi tidak lagi terbendung. Entah mengapa, cara Park Jungsoo berbicara, caranya memilih kata-kata yang akan diucapkannya begitu menarik perhatian Seulgi. Sehingga kata ‘harus’ entah bagaimana terdengar begitu egois dalam pendengaran Seulgi.

Kematian ibunya saat Seulgi kecil seolah belum cukup untuk membuatnya begitu terpukul karena setelah itu ayahnya juga ikut pergi meninggalkannya seorang diri. Seulgi kecil sangat ketakutan, begitu kesepian tapi tak ada seorang pun yang mengulurkan tangan untuknya.

Seulgi kecil menangis pilu, tapi orang-orang hanya memandangnya iba sekilas kemudian berlalu. Ia benar-benar seorang diri, dan kebencian pada ayahnya mulai ia pupuk.

Appa harus pergi untuk melihatmu tetap hidup.” Ujar Park Jungsoo meyakinkan. Tentu saja meninggalkan Seulgi saat itu bukan pilihan yang mudah. Tapi hal terbaik yang ia inginkan untuk putrinya adalah melindungi bagaimana pun caranya.

“Kenapa kau tidak membiarkan wanita itu membunuhku juga?” pekik Seulgi.

“Kehidupanku setelah itu benar-benar seperti mimpi buruk. Bahkan sampai detik ini pun, mereka terus membuatku menderita. Lalu kenapa aku harus tetap hidup?” Seulgi meremas dadanya kuat. Ingatan tentang kematian ibunya kembali mencuat, membuatnya terisak pilu.

Park Jungsoo hanya mampu menatap putri yang disayanginya nanar, penuh damba. Tidak ada satupun ayah yang tidak menyanyagi putrinya, bahkan jika ia mampu ia akan menukar nyawanya sendiri untuk kehidupan putrinya. Ia tau betul semua penderitaan Seulgi berawal dari kesalahannya.

Maka Park Jungsoo tidak akan pernah menyangkal, seberapa besar kebencian Seulgi padanya.

***

Sehun terus saja melirik arlojinya gelisah, perasaannya menjadi tidak tenang semakin lama ia meninggalkan Seulgi dengan ayahnya. Gadis itu sedang hamil, emosinya bisa naik turun dengan cepat dan hal itu tidak akan bagus untuk kondisi Seulgi dan bayinya.

Entah bagaimana, tapi Sehun tiba-tiba merasa menyesal meninggalkan gadis itu seorang diri.

“Mereka akan baik-baik saja.” Wendy yang sedari tadi menyadari kekhawatiran Sehun hanya bisa tersenyum sembari menggenggam tangan pria itu untuk membuatnya lebih tenang. Wendy mengerti kekhawatiran Sehun, ia jga sama khawatirnya. Tapi ini satu-satunya cara untuk membuat hubungan mereka kembali baik.

The Pieces Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang