Melupakan sesuatu yang begitu menyakitkan yang secara kebetulan terjadi di hadapannya tentu saja tidak mudah. Bahkan ketika Seulgi terus menariknya masuk ke dalam apartemen pun, Sehun hanya menurut tanpa banyak bicara.
Sekalipun ia mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, tapi tidak ada yang baik-baik saja ketika seorang putri yang begitu dinantikannya ternyata menolak kehadirannya.
“Yena…” langkahnya terhenti, ketika ia sadar mereka hanya pulang berdua saja. Tanpa Yena, Taeyong ataupun Irene. Dan Seulgi pun, sama seperti dirinya.“Sebaiknya…aku tidak pulang kesini.” Ucap Sehun lirih, ia menyesal karena tidak bisa berbicara banyak dengan putrinya di awal pertemuan mereka. Tapi ia juga tidak ingin Yena merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.
Seulgi menarik napas dalam, ia tau pada akhirnya ini akan terasa lebih sulit daripada dugaannya, “Aku akan berbicara dengannya. Semuanya akan baik-baik saja. Dan…kau harus tetap disini sampai aku selesai merapikan apartemenmu. Lagipula tempat ini milik Taeyong, tentu saja kita tidak bisa tinggal disini lebih lama lagi.”
Sejujurnya Seulgi tidak memiliki ide untuk membujuk Yena, ia hanya ingin mengatakan sesuatu yang sekiranya dapat membuat Sehun sedikit lebih tenang. Seulgi merasa gagal membuat sambutan yang mengesankan di hari pertama Sehun keluar dari penjara setelah sekian tahun.“Pelan-pelan, dia pasti akan menerimamu. Mungkin…dia sedikit terkejut.” Seulgi menyentuh lengan
Sehun lembut.Pria itu begitu antusias setiap kali ia bertanya tentang Yena, dan Seulgi menjadi tidak tega mengatakan bahwa hanya Taeyong yang bisa meluluhkan hati keras Yena.
***
Seulgi bergegas menuju kamar Yena begitu ia mengetahui Taeyong langsung mengantarkan gadis kecil itu pulang setelah menemui Sehun yang baru keluar dari penjara.
Putrinya sedang sibuk dengan sesuatu di meja belajarnya ditemani Irene yang sesekali menyodorkan crayon kepadanya. Seulgi sadar betul, ia tidak selalu ada untuk menemani Yena melalui masa pertumbuhannya. Ia merasa sangat bersalah karena hal itu.
Tapi hal yang paling membuatnya terluka adalah melihat sendiri bagaimana Yena begitu menjaga jarak dari Sehun. Juga tentang bagaimana Yena melukiskan Sehun di sudut lain, begitu jauh dari dirinya saat Seulgi tidak sengaja mencuri pandang apa yang digambar oleh Yena.
Gadis kecil itu menggambar dirinya sendiri dengan gaun cantik yang diberi warna merah muda, ada Seulgi dan juga Taeyong di kedua sisinya, ia juga tak lupa menggambarkan sosok Irene di samping Seulgi.
Tapi kenapa Sehun begitu jauh?
“Hey…princess, apa yang sedang kau lakukan, eo?” Seulgi mengambil tempat di samping Yena, sebelumnya ia memberikan isyarat pada Irene untuk meninggalkan mereka berdua saja.
Dengan cepat, Yena menyembunyikan kertas gambarnya, menatap Seulgi dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada apa sebenarnya dengannya?
“Kau pulang tanpa menunggu Eomma…” ujar Seulgi, satu tangannya mengusap lembut puncak kepala
putrinya, menghilangkan kerutan ringan di dahi kesayangannya.“Jadi…Yena pergi kemana dengan Daddy?” tanya Seulgi kemudian, menyadari putrinya masih enggan
berbicara mengenai Sehun.Masih tetap diam. Yena menunduk dalam, sembari memilin ujung bajunya, nampak gelisah.
“Yena-ya…” Seulgi meraih kedua tangan mungil Yena, menggenggamnya erat di atas pangkuan gadis itu.
“Yena marah pada Eomma?”
Gadis itu diam, tapi ia menggeleng pelan sebagai jawaban, masih tidak berkenan menunjukkan wajahnya.
Seulgi menghela napas, sulit untuk membujuk Yena, gadis itu tipikal yang tidak bisa secara gamblang
mengungkapkan perasaannya, sangat mirip dengan Seulgi. Tapi ia selalu bersikap sangat terbuka pada Taeyong.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Pieces Of Happiness
Fanfiction"Awalnya aku pikir aku sudah hidup bahagia, tapi setelah bertemu denganmu, aku sadar bahwa sebelumnya aku hanya mengingkari robekan di hatiku dengan sebuah tawa" (Kang Seulgi) "Kau memberikan sepotong kebahagiaan yang menyempurnakan hidupku, tapi me...