31

762 132 14
                                        

Selamat Hari Raya Idul Adha!




☺☺☺

“Lupakan dia, noona!”

Kalimat itu masih terus menggema di telinganya. Bahkan hingga beberapa tahun berlalu, Seulgi tidak menemukan satu alasan pun yang melandasi kepergian Sehun. Sampai detik ini, Seulgi masih terus bertanya-tanya kenapa pria itu mengingkari janjinya dan memutuskan untuk pergi.

Terbelenggu dengan kisah cinta masa lalu benar-benar bukan sesuatu yang menyenangkan. Meskipun hidupnya cukup bahagia dengan kehadiran si buah hati juga Taeyong yang tak pernah luput dari sisinya.

“Masih memikirkannya?”

Seulgi terkesiap, ia menghela napas sebelum mengalihkan pandangannya pada Taeyong. Pria yang kini mengambil alih peran seorang ayah bagi putrinya.

“Dimana Yena?” tanya Seulgi. Lagi-lagi ia menghindar, Taeyong tau hatinya masih terasa ganjil. Tapi gadis itu lebih memilih untuk menyimpannya sendiri karena tidak akan menemukan jawaban yang ia cari.

“Bersama Irene Noona.” Sahut Taeyong, tatapannya lurus ke depan, ikut memandang apa yang menjadi perhatian Seulgi.

Hening.

Mereka memutuskan untuk pergi dan menetap di Jepang bersama dengan Irene yang sudah lebih dulu pindah ke negeri sakura ini. Di negara ini juga, Seulgi melahirkan putrinya, darah daging Sehun, Oh Yena. Tidak banyak yang berubah, kecualinya tentang hadirnya Yena. Taeyong mengerti betul jika Seulgi enggan beranjak dari masa lalunya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa pun untuk itu.

“Sudah lima tahun, aku pikir noona bisa melupakannya dan memulai hidup baru tanpa bayang-bayang pria itu.” Taeyong kembali memulai pembicaraan, topik seperti ini bukan sekali dua kali mereka bicarakan. Sudah terlalu sering, hingga mungkin salah satunya merasa jengah.

Hanya saja, hidup dengan bayang-bayang masa lalu yang tidak mengenakkan bukanlah sesuatu yang patut disyukuri. Karena kejadian lima tahun silam, Seulgi tidak bisa hidup dengan bahagia. Dan Taeyong tidak menyukainya. Untuk apa mereka pergi meninggalkan Korea, jika Seulgi masih meninggalkan hatinya di negara itu.

Dapat terlihat, Seulgi menggigit bibir bawahnya, gusar. Ia memandang Taeyong sekilas, lalu tatapannya kembali pada hamparan kota Tokyo di hadapannya, “Bagaimana bisa aku lupa…setiap kali melihat wajah Yena.”

Taeyong tersenyum kecil, membayangkan wajah mungil Yena yang bersanding dengan rupa Sehun dalam benaknya, “Benar. Yena seperti versi perempuan dari Sehun, sama.”

Yena entah bagaimana mengambil terlalu banyak dari Sehun, sehingga setiap saat gadis kecil itu akan dengan mudah mengingatkan Seulgi tentang Sehun. Mungkin memang Seulgi ditakdirkan untuk tidak pernah melupakan Sehun.

“Apa…menurutmu Sehun tau tentang Yena?” tanya Seulgi ragu, ia ingin menanyakan banyak hal tapi berusaha untuk menahan diri.

“Dia yang begitu menginginkan Yena, tapi dia juga yang meninggalkannya. Dia…” Seulgi menunduk dalam, tidak mampu menyelesaikan kalimatnya. Astaga. Kenyataan bahwa ia sangat mencintai Sehun justru terasa menyesakkan.

Dulu, Seulgi bisa merasa sangat percaya diri dan datang kepada Sehun hanya untuk status bagi putrinya. Tapi ternyata, segala hal tidak berjalan semudah yang ia bayangkan. Perasaannya untuk Sehun sudah tumbuh jauh sebelum ia benar-benar tau jika Sehun hanya memanfaatkannya. Tapi kenapa meskipun Sehun meninggalkannya, cintanya untuk Sehun masih tetap ada? Harusnya cinta itu ikut hilang bersama dengan perginya Sehun.

The Pieces Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang