Spesial SEULGI

856 151 21
                                    

Hamil.

Kata-kata itu sejak tadi terus saja mengusikku. Bagaimana tidak? Aku bahkan tidak tahu kondisi tubuhku sendiri. Dan…kenapa harus sekarang?

Ini bukan waktu yang tepat untuk hamil, di saat semua masalahku belum usai, hubunganku dengan Sehun juga entah bagaimana akhirnya.

Aku benar-benar tidak bisa menggambarkan perasaanku detik ini. Di satu sisi ada rasa takjub mengingat ada kehidupan lain dalam diriku, tapi di sisi lain juga ada rasa takut, sedih, kecewa.

Tidak.

Bukannya aku tidak mengharapkan kehadirannya, hanya saja jika dia bisa memilih waktu yang lebih baik untuk terus hidup di dalam diriku.

Aku tidak tahu harus berbuat apa, otakku benar-benar buntu. Kembali tanpa sadar, tanganku tergerak mengusap perut datarku.

Usianya baru 5 minggu, dia tumbuh dengan baik. Begitu kata dokter.

Noona, apa…kau akan memberitahunya?” suara Taeyong terdengar begitu khawatir. Sejak ia sadar ada yang tidak beres dengan diriku, dialah yang begitu mengkhawatirkanku. Betapa baiknya Taeyong, meski aku hanya bisa merepotkannya saja.

Aku tersenyum tipis, mencoba mengungkapkan bahwa kini aku baik-baik saja walau sebenarnya tidak. Aku sendiri tidak yakin apakah Sehun harus mengetahui berita kehamilanku ini atau tidak.
Sehun.

Bagaimana pun aku tidak bisa melupakan bahwa janin yang ada dalam rahimku sekarang adalah milik Sehun.

Tapi…aku tidak siap untuk bertemu muka dengannya, setidaknya untuk saat ini. Aku merasa takut membayangkan bagaimana reaksinya nanti akan kehamilanku. Meski Sehun terlihat begitu menginginkan anak ini.

“Taeyong-ah…” atensiku kini beralih pada Taeyong sepenuhnya, pria itu menatapku penuh perhatian.

“Aku tidak ingin pulang.”

Detik berikutnya, aku bisa merasakan kedua lengan Taeyong meraih tubuh lelahku, memeluknya hangat. Aku benar-benar beruntung karena telah dipertemukan dengan pria seperti Taeyong.

Tuhan, kenapa Kau tidak membuatkan hati yang bisa aku atur sendiri kepada siapa dia harus jatuh cinta?

***

Sejak mengetahui kehamilanku, Taeyong terlihat begitu antusias. Dia banyak mencari tahu hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan, kesehatan ibu hamil dan sejenisnya. Pria itu bahkan dengan lucunya memperlihatkan banyak sekali aksesoris bayi padaku yang sengaja ia cari di situs-situs online.

“Taeyong-ah, itu pakaian untuk bayi berusia dua tahun. Bayiku bahkan belum lahir.” Protesku saat ia menunjukkan setelan pakaian untuk bayi perempuan padaku, ia tersenyum begitu lebar tapi kemudian merengut begitu aku memprotes rekomendasi yang ia berikan padaku.

“Tapi noona, kita harus memikirkan masa depannya.” Ujarnya percaya diri.

“Aku bahkan tidak tahu apa dia perempuan atau laki-laki.” Tanganku secara spontan membelai lembut perutku lalu tersenyum tanpa sadar. Hmm…kehadirannya sedikit banyak cukup menghiburku. Entah perasaan apa ini.

“Benar. Jadi…kau menginginkan bayi laki-laki atau perempuan?” tanya Taeyong, ia menekuk kaki kananya di sofa, menghadapku sepenuhnya.

“Hmm…sepertinya memiliki anak perempuan akan bagus, tapi anak laki-laki juga manis. Jadi tidak masalah apakah dia laki-laki atau perempuan.”

“Tentu saja!” pekiknya riang, “Jika dia perempuan maka dia akan menjadi bayi tercantik di dunia, seperti ibunya. Dan jika dia laki-laki maka…”

The Pieces Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang