24

934 158 76
                                    

Vote dulu yak!! 😍😍😍



☺☺☺☺

Keempatnya duduk dengan risau, saling memandang satu sama lain dengan tatapan yang berbeda. Tapi satu yang pasti, mereka sama-sama waspada.

“Aku datang bukan karena aku ingin kembali.” Ujar Seulgi membuka pembicaraan, seketika seluruh atensi kini tertuju padanya. “Anakku butuh pengakuan.”

Alasan yang bagus, Kang Seulgi. Gadis itu diam-diam tersenyum memuji dirinya sendiri. Ia bersorak puas melihat raut wajah Sehun yang berubah pias. Juga bagaimana Wendy nampak berusaha keras menahan dirinya untuk tidak berbicara lebih banyak, seperti yang sebelumnya ia lakukan.

Noona, jika terjadi sesuatu, kau tahu siapa yang harus kau hubungi.” Taeyong memeluk hangat Seulgi sebelum ia melepaskan gadis itu untuk benar-benar tinggal bersama Sehun, lagi. Masih perasaan yang mengganjal di dalam hatinya, tapi dengan segera pria itu menepis keraguannya dan tetap menampilkan senyum terbaiknya di hadapan Seulgi.

Tidak ada pilihan yang mudah. Begitu Taeyong berpikir. Sejak awal ia melibatkan diri dengan Seulgi, ia tahu bahwa semuanya tidak akan mudah.

***

Wendy senang, tentu saja. Terlepas dari alasan apa pun yang digunakan oleh Kang Seulgi untuk kembali lagi bersama Sehun. Yang perlu dilakukannya saat ini adalah menguatkan hatinya sendiri agar tidak terlalu lebur saat melihat suaminya bahagia karena kehadiran wanita lain.

“Aku akan membantumu merapikan kamar.” Wendy terlihat begitu gigih, ia hendak meraih koper Seulgi jika saja wanita itu tidak menolaknya dengan ketus.

“Aku bisa melakukannya sendiri.” Seulgi mengabaikan Wendy, menarik kopernya menuju kamar yang sebelumnya ia tempati dengan susah payah. Sejak memantapkan niatnay untuk kembali, Seulgi sudah mengultimatum dirinya sendiri agar tidak terlalu bermurah hati pada gadis bernama Wendy Park ini.

“Aku akan coba berbicara padanya…” dengan cepat Sehun mengikuti langkah Seulgi sebelum pintu kamarnya benar-benar tertutup. Sementara Wendy hanya menatap keduanya nanar, ini baru permulaan tapi rasanya bisa sesakit ini.

***

“Aku tidak menyuruhmu masuk.” Ujar Seulgi sinis, tak sedikit pun ia memalingkan wajahnya pada Sehun. Laki-laki itu hanya termangu di depan pintu kamar yang sebelumnya telah ia tutup.

Dan Seulgi masih mempertahan dirinya dengan mengacuhkan Sehun, menyibukkan diri dengan barang-barang di dalam kopernya.

“Apa istrimu itu tidak akan marah melihatmu masuk ke dalam kamar wanita lain?” tanya Seulgi, gadis itu tersenyum miring. Apakah sekarang ia berubah menjadi antagonis karena terlalu lama tersakiti? Entahlah. Seulgi hanya merasa perlu melampiaskan kekesalannya, untuk saat ini.

“Kau juga istriku.” Tegas Sehun. Ia tidak suka ketika Seulgi menyebut dirinya sendiri sebagai ‘wanita lain’ karena bagi Sehun, Seulgi lebih dari sekedar wanita lain.

“Ahh…” Seulgi mendesah pelan, ia menatap tajam pria yang masih bersikukuh bertahan dengan status mereka saat ini, “Kau bahkan menipuku untuk melancarkan pernikahan itu. Apa….kita masih pantas disebut sebagai suami dan istri?”

“Kita sama-sama tahu pernikahan itu sudah terjadi, Kang Seulgi!” tukas Sehun.

“Aku peringatkan sekali lagi, kedatanganku kemari hanya karena anakku, bukan kau!”

“Anak kita!” koreksi Sehun.

Seulgi mengerang kesal, ia benar-benar tidak sedang dalam keadaan baik untuk berdebat dengan seseorang, “Kalau kau hanya ingin berdebat denganku, sebaiknya….”

The Pieces Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang