14

920 145 39
                                    

Cukup lama dalam posisi seperti itu membuat pahanya kebas, dengan gerakan lembut gadis itu menepuk pipi Sehun, meminta pria itu untuk bangun.

“Pindahlah ke kamarmu agar kau bisa tidur dengan nyaman!” ujarnya pelan.

“Eumm…” Sehun menggumam pelan, tubuhnya menggeliat karena posisi tidurnya yang kurang nyaman. Tapi bukannya beranjak, pria itu malah memiringkan kepalanya tepat menghadap Seulgi kemudian memeluk pinggang mungil Seulgi dengan nyaman.

“Sebentar lagi.” Ujarnya parau.

Seulgi mengerjapkan matanya bingung, tubuhnya menegang saat merasakan deru napas Sehun di sekitar perutnya. Pria ini…apa yang dia lakukan?

“Seulgi-ah…”

Ya. Mereka mulai membiasakan diri untuk berbicara santai untuk mencairkan suasana di antara mereka.

“Aku ada urusan pekerjaan di Busan untuk beberapa hari. Kau bisa ikut dan kita bisa mulai membereskan kasus ibumu disana. Aku sudah menyuruh tim pengacaraku untuk memastikan kasus itu bisa dibuka kembali.” Jelas Sehun, suaranya teredam karena pelukannya pada pinggang Seulgi. Tapi hal itu tidak mengurangi binar bahagia yang muncul dalam sorot mata Seulgi.

“Kau senang?”

Seulgi mengangguk cepat. Tentu saja, itu hal yang sangat ia harapkan. “Sangat. Gomawo, Sehun-ah.”

Benar. Semuanya menjadi lebih baik saat Sehun berusaha membantunya. Ini tidak salah. Seulgi merasa terharu, juga bahagia. Padahal mereka belum memulai sama sekali, tapi di saat seperti ini Seulgi merasa bahwa ada orang yang benar-benar peduli padanya.

“Itu bagus. Akan lebih baik melihatmu bahagia.” Sahut Sehun. Tentu saja lebih baik, karena jika tidak maka rasa bersalah itu akan menguras habis seluruh tempat di hatinya.

Tapi aneh sekali berada dalam posisi sedekat ini dengan Seulgi, entah sejak kapan tapi Sehun mulai menyukai aroma tubuh gadis itu. Sakit di kepalanya bahkan menghilang begitu saja ketika Seulgi mendekatinya.

Merasa puas karena memberikan kabar baik untuk Seulgi, pria itu bangkit dari tidurnya membuat Seulgi tersentak karena gerakan yang tiba-tiba.

“Lusa kita berangkat, persiapkan dirimu!” Sehun tersenyum hangat, ia bahkan masih sempat mencubit pelan pipi Seulgi kemudian berlalu menuju kamarnya, mencari tempat paling nyaman untuk merebahkan diri.

***

Taeyong mulai gusar karena Seulgi masih tidak memberikan respon apa pun padanya. Kasus itu harus sesegera mungkin dibuka kembali akan bisa diselesaikan dengan cepat pula. Taeyong sudah mengumpulkan cukup banyak bukti untuk membantu kasus Kang Miyoung tapi Seulgi seperti tidak mempercayainya.

“Ada yang salah.” Gumam Taeyong pelan. Ia merasa kesal karena merasa Sehun selalu saja menghalanginya untuk bertemu atau berbicara dengan Seulgi.

Tapi yang lebih membuatnya bingung adalah Irene yang tiba-tiba meminta waktu untuk bertemu. Mereka hanya bertemu sekali saja saat Irene menawarkan Seulgi untuk menjadi teman kencan Taeyong. Setelah itu tidak pernah ada komunikasi lagi antara Taeyong dengan Irene.

“Apa pun yang sedang berusaha kau lakukan. Aku mohon hentikan sekarang juga!” ujar Irene tanpa basa-basi. Tujuannya memang demikian, lagipula ia tidak ingin membuang-buang waktu dan membuatnya semakin terpojok lagi.

Kedua alisnya terangkat, Taeyong menyeringai. Ia mulai tertarik dengan arah pembicaraan ini. Karena ia melihat raut wajah gugup itu menyimpan banyak rahasia.

“Apa pun yang  aku lakukan saat ini, tidak ada hubungannya denganmu.” Tegas Taeyong, pria itu menjaga nada suaranya setenang mungkin untuk memancing Irene membongkar rahasianya sendiri.

The Pieces Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang