9 - Lamaran

9.9K 593 15
                                    

Sakura baru saja keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi berwarna putih. Ia mengeringkan rambut merah mudanya dengan handuk kecil.

Setelah insiden kecil yang membuatnya kurang bersemangat untuk keluar dari flat-nya, ia mengurung diri di kamar setelah dua hari tidak melihat keadaan luar.

Ino pernah berkunjung dan menariknya keluar tapi ia tetap keras kepala dan mengunci pintu flat-nya. Ia tidak ingin melihat Kakashi dan Hanare saat ia keluar dari flat. Ia butuh ketenangan untuk sementara waktu.

Ia menyalakan lampu kamarnya yang gelap. Seketika itu juga ia tak bergeming sama sekali. Gadis itu sangat terkejut mendapati Kakashi yang bersandar di dekat pintu balkonnya.

Apa dia berhasulinasi karena terlalu memikirkan pria itu? Tapi ini terlihat nyata.

"Ka-kashi-sensei?" Tanyanya memastikan. Suaranya terdengar tercekat. Ia sulit menelan salivanya.

Kakashi melangkah maju mendekati gadis bersurai merah muda yang sedang gelisah dan tak bergeming dari tempatnya.

Kakashi berhenti tepat di depan Sakura. Jarak antara mereka cukup dekat. Ia menghela napas berat.

"Kau membuatku khawatir, Sakura."

Tubuhnya bergetar. Gadis itu tak tahu harus mengatakan apa. Ia belum siap untuk bertemu dengan Kakashi lagi, tapi pria itu menghampirinya langsung ke kamarnya.

"Maaf membuatmu menangis." Tangan kekar Kakashi menggem tangan Sakura yang putih dan lembab karena gadis itu baru saja mandi.

DEGG

Jantung Sakura ingin melompat dari tubuhnya saat itu juga. Ia rasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Seperti ada getaran dan gejolak aneh yang menyelimuti tubuhnya.

Matanya terasa panas dan ingin menjatuhkan sesuatu yang penuh di pelupuk matanya.

Tangan Kakashi bergerak mengusap air mata Sakura yang jatuh di wajah mulusnya.

"Maaf. Maaf. Ma—"

"Kenapa kau meminta maaf? Kau tidak bersalah." Sakura meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Kakashi.

Tubuh Sakura terasa lemah. Kakinya tak bisa menahan bobot tubuhnya lagi. Kakashi dengan cekatan menarik tubuh Sakura ke dalam dekapannya.

Sakura menangis. Ia tidak bisa menahannya lagi. Semuanya keluar begitu saja tanpa ia sadari.

"Sai menceritakannya padaku. Maaf telah membuatmu menanggung sakit hati itu." Ucap Kalashi dengan sangat menyesal.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, Sakura."

"Aku tahu." Ucap Sakura di tengah isakannya.

"Kalau begitu jangan menangis, kau makin jelek kalau menangis." Kakashi menangkup wajah Sakura. Ia menatap lekat iris emerald yang selalu membuatnya nyaman setiap menatapnya.

"Jelek begini tapi bisa membuatmu jatuh cinta kan, sensei."

"Jangan panggil aku seperti itu, aku bukan gurumu lagi dan kau bukan muridku lagi."

Sakura mengulum senyum. "Tapi kenapa kau kesini?"

"Karena aku tidak bisa menahan rinduku."

Kakashi sukses membuat Sakura merona. Gadis itu tak bisa menyembunyikan wajah merahnya karena tangan Kakashi yang menangkup wajahnya.

Kakashi tersenyum manis di balik maskernya. Gadia itu dapat melihat jelas lekukan bibir Kakashi yang tercetak di maskernya. Tangannya sangat gatal ingin menarik masker itu dan melihat wajah asli Kakashi.

"Aku penasaran bagaimana wajahmu tanpa masker itu." Sakura mengusap wajah Kakashi dengan punggung tangannya.

Kakashi menggenggam tangan Sakura dengan lembut sebelum mempersilahkan gadis itu membuka maskernya.

"Aku akan membuatmu terpesona."

Sudut bibir Sakura terangkat naik. Ia sangat senang akhirnya bisa melihat wajah tanpa masker itu. Naruto akan mengamuk kalau mengetahuinya telah melihat wajah dibalik masker itu.

Jari-jari lentik Sakura menarik masker itu secara perlahan. Ikat kepala dengan lambang Konoha juga ia lepas. Tak ada sehelai kain lagi yang menutup wajah pria itu.

Sakura dibuat terpengarah oleh pria itu. Bagaimana bisa ia menyembunyikan wajah tampannya dibalik masker hitam itu?

Sakura masih diam menatap setiap wajah Kakashi tanpa terlewatkan satu inchi pun. Ia benar-benar takjub dibuatnya.

"Kau tahu? Jantungku sedang berdetak kencang sejak melihatmu keluar dari kamar mandi." Suara Kakashi terdengar seksi di telinga Sakura.

Ia merasakan sesuatu yang bergejolak di perutnya. Perasaan yang selalu muncul tiap Kakashi menyentuhnya.

Tangan Kakashi tidak tinggal diam. Pria itu mengusap wajah gadis itu dengan lembut hingga tangannya berhenti pada bibir tipis nan merah gadis itu.

Tangan kanan Kakashi setia untuk mendekap tubuh gadis itu dan tangan kirinya menarik kepala Sakura. Bibir mereka bertemu. Kakashi mengulum bibir bawah Sakura dengan lembut. Sakura mendesah. Pria itu mengambil peluang dan memasukkan lidahnya ke mulut Sakura. Mengabsen tiap gigi milik Sakura.

Sakura menyambut dengan hangat lidah Kakashi. Mereka bertukar saliva tanpa rasa jijik sedikitpun.

"Ka..ka..shiii." Gumam Sakura disela-sela ciuman mereka. Ia kehabisan oksigen, tapi pria itu masih tetap menciumnya tanpa rasa ampun.

Gadis itu mengigit bibir bawah Kakashi, membuat pria itu mengerang kesakitan.

"Kau tidak membiarkanku bernafas, Kakashi." Sakura memukul pelan dada Kakashi setalah pautan mereka terlepas.

"Aku tidak bisa mengontrolnya. Kau selalu membuat hasratku naik setiap di dekatmu, Sakura." Kakashi menyeringai kecil membuat wajah mulus Sakura merona merah.

Kakashi menarik Sakura hingga tubuhnya membentur ranjang empuknya. Sakura tak bisa mengeluarkan suara saat Kakashi bertindak semaunya tanpa memberinya kesempatan untuk menetralkan degup jantungnya.

Kakashi berada di atas dan Sakura berada di bawahnya. Gadis itu dapat merasakan nafas Kakashi yang menyapu kulit wajahnya. Seperti ada sengatan listrik saat Kakashi menyentuh kulit tubuhnya untuk melepas jubah mandi yang ia kenakan.

Sakura pasrah dengan apa yang akan Kakashi lakukan padanya. Ia sangat mencintai pria itu dan ia yakin bahwa pria itu juga mencintainya lebih.

"Aku mencintaimu, Sakura. Maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku?" Lirih Kakashi di telinga Sakura. Pria itu sukses membuat Sakura terbang hingga menembus awan-awan yang menghiasi langit biru.

"Aku tidak ingin kau cemburu saat melihatku bersama Hanare lagi. Karena yang ada di hatiku hanya ada kau, Sakura." Kakashi menuntun tangan gadis itu menyentuh dada bagian kirinya. Sakura dapat merasakan dengan jelas degup jantung pria itu.

Kakashi tak berbohong. Ia sangat mencintai Sakura. Sakura membawanya, menuntunnya ke masa depan yang cerah. Ia sudah lelah hidup sendiri dan kesepian. Ia sangat membutuhkan gadis itu. Bukan untuk menghilangkan rasa kesepiannya, tapi untuk membangun rumah tangga bersama orang yang dicintainya. Sakura sukses membuatnya jatuh hati lagi setelah sekian lama dan ia tidak ingin hal yang sama terjadi lagi. Ia akan melindungi gadis ini apapun yang terjadi.

"Aku tau dan aku mengerti maksudmu. Aku juga mencintaimu." Sakura tersenyum indah dengan iris emerald yang berbinar.

Ia segera menarik Kakashi melanjutkan ciuman panas mereka lagi dan menghabiskan malam bersama pria yang ia cintai.

.
.
.

T B C

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang