Tangan kekar itu menggeliat di atas perut Sakura yang barusaja terbangun oleh sinar matahari pagi yang masuk melalu celah jendelanya. Ia menyingkirkan tangan Kakashi dari tubuhnya dan berbalik menatap pria itu yang masih tidur dengan nyenyak.
Senyumnya mengembang saat mengingat Kakashi yang menjamah tubuhnya semalaman. Kakashi tidur hanya menggunakan celana, membiarkan tubuh bagian atasnya terekspos bebas.
Perlahan jari-jari lentik Sakura mengelus wajah Kakashi yang masih terlelap tanpa masker hitam itu. Pria itu memiliki wajah yang tampan dibalik masker hitamnya. Goresan panjang di mata kirinya tak mengurangi nilai ketampanannya sedikitpun.
Sakura masih berfantasi dengan wajah tampan di depannya. Kakashi terbangun. Matanya mengerjap-ngerjap untuk menyesuaikan penglihatannya. Hal yang pertama ia lihat adalah gadis itu, gadis yang menghabiskan malam bersamanya, Sakura.
"Selamat pagi." Ucap Sakura dengan senyum bahagianya.
"Kau tau hal apa yang membuatku senang untuk pertama kalinya saat bangun pagi ini?" Kakashi menarik tubuh Sakura agar lebih dekat dengannya.
"Tidak. Memangnya apa?" Tanya Sakura polos.
"Aku terbangun di samping gadis yang kucintai. Dan dia tak berhenti menatapku sedari tadi." Singgung Kakashi pada gadis bersurai merah muda yang menyembunyikan wajahnya di dada bidangnya.
"Jadi kau sudah bangun sejak tadi dan malah berpura-pura tidur saat kesentuh?" Sakura menggembungkan pipi merahnya kesal.
Kakashi terkikik geli melihat tingkah Sakura yang kekanak-kanakkan. Berbeda dengan Sakura yang suka memukul setiap ia kesal.
"Mungkin aku akan memberitahu shishou tentang hubungan kita." Sakura memilih turun dari ranjang empuknya sebelum ada yang memergokinya sedang berduaan di atas ranjang bersama Kakashi.
"Aku akan menunggu reaksinya."
"Dia mungkin akan terkejut sampai membelah dua Konoha." Canda Sakura. Ia menatap tubuhnya di deoan cermin besar yang ada di kamarnya. Ia menghela napas berat saat melihat banyak kissmark yang Kakashi buat di dada dan lehernya. Ini akan menjadi perkara besar saat teman-temannya lihat.
Kakashi melihat perubahan raut wajah Sakura. Jari lentik gadis itu menyentuh setiap tanda yang ia tinggalkan di tubuhnya. Perlahan Kakashi turun dari ranjang itu dan memeluk Sakura dari belakang. Wajahnya ia tenggelamkan di leher Sakura dan menciumnya lagi.
"Jangan menambahnya lagi, Kakashi." Sakura memperingatkan.
"Mereka terlihat indah disana." Puji Kakashi sembari terus mencium Sakura dari leher hingga menemuka bibir ranum gadis itu. "Kau akan menggunakan syal? Bagaimana kalau mereka melihatnya?"
"Aku tidak harus terus menyembunyikan hubungan ini ke mereka. Mungkin.." Sakura mendengus pelan sebelum melanjutkan kalimatnya. ".. aku akan memberi pengumuman tentang hubungan kita. Bagaimana denganmu? Maksudku tentang Hanare-san?"
"Kami tidak memiliki hubungan special, Sakura. Aku hanya mengantarnya jalan-jalan melihat Konoha. Dia hanya sebatas teman dan tidak lebih, mengerti?" Kakashi menatap iris emerald yang balas menatapnya lewat pantulan cermin itu. Sakura tersenyum teduh saat Kakashi terus melafalkan bahwa ia mencintainya lebih dari apapun.
.
."Nggg.." Sakura memainkan ujung bajunya. Ia sangat takut untuk memberitahu Tsunade tentang hubungannya dengan Kakashi.
Tsunade yang duduk sambil menopangkan dagunya masih setia menunggu Sakura yang enggan berbicara. Shizune yang berdiri di samping Tsunade juga tak berbicara apa-apa, ia menunggu Sakura untuk bicara terlebih dahulu.
"Jadi.."
"Jadi apa, Sakura?" Tanya Tsunade dengan Suara yang tegas. Sakura membuatnya penasaran tentang apa yang akan gadis itu katakan.
Sakura sedikit tersentak. Ia mengambil nafas dalam-dalam. Shisou-nya sudah mulai tak sabaran ingin mendengarnya. Ia akan terlempar jauh jika membuatnya kesal.
"Aku dan Kakashi akan menikah." Ucap Sakura lantang. Wajahnya memerah pada sekarang. Ia tak bisa meyembunyikan semburat merah di wajahnya.
Sakura melirik Tsunade dan Shizune karena tak ada jawaban dari mereka. Ia mengernyit bingung saat Tsunade dan Shizune hanya bisa melongo mendengar ucapannya.
"Iya, aku mengerti. Hubungan antar guru dan murid memang sangat tidak masuk akal. Tapi, kupikir ini memang takdirku. Aku mencintainya dan Kakashi juga mencintaiku." Sakura menghela nafas pelan untuk mengatur emosinya.
Tsunade meneguk teh hijau yang ada di sudut mejanya. Tenggorokannya terasa kering saat ini. Ia tak tahu harus berkata apalagi.
"Kau tidak apa-apa dengan si tua Kakashi? Atau dia mengancammu untuk menikahinya?" Shizune memasang tampang horror-nya.
Sakura menggeleng cepat, "Tidak, Shizune-san. Sangat sulit untuk menceritakannya dari awal. Tapi kami hanya ingin memberitahu Tsunade-sama untuk merestui hubungan kami."
Tsunade memang sudah menganggap Sakura lebih dari murid kesayangannya. Sakura sudah kehilangan kedua orang tuanya saat perang ninja ke-4. Dan gadis itu sudah terbiasa bersama Tsunade untuk menghabiskan waktu kerjanya di rumah sakit dan kantor Hokage.
"Aku tidak percaya kalian bisa memiliki hubungan sampai sejauh ini. Tapi, perlu kau tau, Sakura. Kalau kau bahagia dengannya, aku akan merestuimu sebagai walimu." Tsunade melangkah mendekati Sakura yang menatapnya penuh arti. Sebuah dekapan hangat Tsunade berikan untuk Sakura. Ia percaya, Sakura tidak akan memilih sembarangan pria.
Sakura merasa sangat terharu. Ia tidak tahu harus mengekspresikannya bagaimana. Kalashi juga pasti akan senang mendengar restu dari Tsunade. Ia tidak sabar untuk memberitahukannya kepada Kakashi.
"Panggil Kakashi ke kantorku. Aku ingin berbicara dengannya." Pinta Tsunade.
"Hai', shisou." Sakura mengindahkan perintah Tsunade dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya. Tsunade mungkin akan membahas tentang pernikahannya pada Kakashi juga.
.
.
.T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fanfiction[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...