"Sakura, lebih baik kau tinggal di apartemenku agar aku bisa setiap saat melihatmu dalam keadaan baik-baik saja. Aku tidak ingin kau tersiksa sendirian menanggung mual yang kau rasakan." Kakashi mengenggam erat tangan Sakura yang dingin karena terkena angin malam.
Sakura menatap lama Kakashi yang lebih tinggi darinya. Tinggal bersama pria berambut perak ini dan setiap saat bisa melihat wajahnya tanpa masker itu? Apa perlu Sakura menjawab 'iya' sekeras mungkin?
Tentu saja Sakura akan mengiyakan ajakan Kakashi. Ia tidak peduli reaksi Tsunade jika tau mereka tinggal bersama sebelum pernikahan mereka.
"Sekalian belajar menjadi istri yang baik untuk Hatake Kakashi." Sakura tersenyum hangat pada pria yang ada di hadapannya. Pria yang menanam benih di rahimnya.
"Aku mencintaimu Hatake Sakura." Bisik Kakashi mendekatkan bibirnya di telinga Sakura.
Sakura menggeliat geli saat hembusan napas itu mengenai kulit telinganya. Ia yakin bahwa wajahnya saat ini sedang memerah saat Kakashi mengganti nama belakangnya menjadi 'Hatake'.
Mereka berjalan santai menyusuri jalanan yang masih rame walaupun sudah malam. Tak ada kata tidur untuk Desa Konoha. Semua penduduknya tak luput dari aktivitas mereka masing-masing.
Terlebih bagi para Shinobi yang sedang berjaga di gerbang Konoha dan perbatasannya.Sampailah mereka di apartemen Kakashi. Sakura menginjakkan kakinya di apartemen yang sangat rapi itu untuk pertama kalinya. Semua barang tertata rapi dan bersih. Ia tak menyangka Kakashi sangat merawat apartemennya itu.
"Aku pikir apartemen ini tidak cocok untuk kita yang akan memiliki banyak anak." Kakashi membuka pintu kamarnya diikuti oleh Sakura yang masih setia membuntutinya kemanapun ia melangkah.
Wajah Sakura lagi-lagi merona merah dibuatnya. Kakashi tak henti-hentinya membuat jantungnya berdebar. Setiap kata yang pria itu ucapkan sukses membuat jantungnya berdebar tak karuan. Ia merasa tak nyaman dengan rayuan Kakashi.
"Aku tidak pernah bilang kalau ingin memiliki banyak anak," ucap Sakura membuang muka. Ia tak ingin menatap Kakashi yang sedang tersenyum menggoda di balik maskernya.
Kakashi berjalan mendekati Sakura yang berdiri tak jauh darinya. Ia sangat gemas dengan wajah merah Sakura. Betapa beruntungnya ia bisa ditakdirkan bersama Sakura. Ia sangat berterima kasih kepada Kami-sama untuk takdirnya, hidup bersama dengan Sakura, perempuan yang membuat dunianya kembali berwarna.
"Mau apa kau?" Suara Sakura terdengar mengancam di telinga Kakashi. Kakashi merentangkan kedua tangannya di samping tubuh Sakura hingga mengunci pergerakannya.
Sakura memejamkan matanya, menunggu aksi Kakashi selanjutnya. Hening. Tak ada reaksi apa-apa. Pria itu hanya melepaskan ikat kepala dan maskernya, menyimpannya di atas meja kecil yang berada di belakang Sakura. Ia sangat kecewa saat tau kalau Kakashi tak berniat menciumnya.
Kakashi dapat melihat jelas raut kekecewaan dari wajah Sakura. Ia tau apa yang Sakura inginkan karena dirinya juga menginginkan hal itu.
Sakura menggigit bibir bawahnya saat Kakashi tak berpaling menatap bibirnya. Ia mencoba menggoda Kakashi dengan bermain pada bibirnya sendiri.
Kakashi menelan salivanya. Ia tak tahan dengan bibir merah yang membuatnya tergoda itu. Tanpa meminta persetujuan dari pemiliknya, Kakashi langsung melumat bibir Sakura. Lidahnya tak tinggal diam dan terus berusaha masuk ke dalam mulut Sakura. Mengerti dengan kode yang Kakashi berikan, ia segera membuka mulutnya dan membiarkan lidah Kakashi memenuhi rongga mulutnya.
Malam itu hanya milik mereka berdua. Bergelut di atas ranjang saling memuaskan. Suara mereka memenuhi kamar Kakashi. Tak ada yang bisa menghentikan mereka dan mengganggu aktivitas mereka. Hanya ada Sakura di pikiran Kakashi dan hanya ada Kakashi di pikiran Sakura. Dunia seperti milik mereka berdua dan tak ada orang lain yang akan menghentikan mereka.
.
.Sakura merasa aneh pada pencernaannya. Ia terus merasa mual tiap pagi hari. Hari ini juga sama. Ia merasakan mual lagi dan ia harus segera ke kamar mandi sebelum ia muntah di ranjang.
Kakashi terbangun oleh pergerakan seseorang di sampingnya. Dilihatnya Sakura sedang menahan muntah sembari memegang perutnya. Apa ini yang dikatakan morning sickness? Seperti yang tertera pada buku yang selalu ia baca dan bawa kemana-mana.
Ia mengikuti Sakura berlari kecil ke kamar mandi. Ia sedikit khawatir walau ia tau itu sudah biasa untuk orang yang sedang hamil. Kakashi mengusap punggung Sakura. Ia tak tega melihat Sakura terus-terusan muntah seperti itu. Apa ini yang dirasakan para pasangan muda yang baru menikah dan istrinya mengandung anak pertama mereka?
"Ai- huekk.. iyrr," Sakura mencoba berbicara disela-sela muntahannya.
"Kau butuh sesuatu?" Kakashi bertanya karena tak bisa mendengar Sakura berbicara dengan jelas.
"Air," ucap Sakura lagi saat ia rasa tak ada lagi rasa mual yang ia rasa. Tubuhnya terasa lemas, ia terlalu malas untuk mengambil minum di dapur dengan kondisi tubuh yang sedang down.
Kakashi dengan sigap berlari ke arah dapur mengambilkan Sakura minum. Saat kembali ke kamar mandi, Sakura terlihat lemas bersandar di samping kloset setelah muntah.
Sakura segera mengambil gelas yang langsung disodorkan Kakashi padanya. Air minum itu kembali menyegarkan tenggorokannya. Ia tersenyum kecil untuk berterima kasih pada Kakashi.
"Aku gendong ke tempat tidur, ya?" Sakura menggeleng dengan cepat.
"Aku tidak selemah itu, aku ini salah satu kunoichi hebat," Sakura menatap tajam Kakashi yang bertelanjang dada di hadapannya. Walau masih tak terbiasa dengan kelakuan Kakashi, ia harus menahan hatinya yang berdesir setiap melihat sisi baru dari Kakashi.
Sakura berdiri mendahului Kakashi ke tempat tidur—mereka. Ia meletakkan gelas kaca yang kosong itu di atas nakas yang tak jauh darinya.
"Hari ini istirahat saja, ya? Tidak usah ke rumah sakit. Aku akan memberitahu Ino kalau kau sedang tidak enak badan." Kakashi mengambil tempat di samping Sakura.
Sakura menggeleng cepat, "kau meremehkanku lagi, huh? Aku baik-baik saja Kakashi, kau tidak perlu khawatir."
"Tidak, tapi—"
"Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku lagi kalau kau melarangku seperti ini." Ancam Sakura kesal. Ia sangat paham dengan kondisi tubuhnya daripada orang lain, ia tau kalau ia sedang sakit atau tidak, dan ia tak suka jika harus dilarang-larang seperti ini.
Kakashi mendengus pelan. Kali ini ia mengalah. Bukan karena ia pria mesum yang selalu ingin menyentuh Sakura, tapi ia tidak mau Sakura marah padanya dan membuatnya stres hingga berakibat pada janinnya.
Sakura tersenyum penuh kemenangan saat Kakashi akhirnya mengizinkannya walaupun ia memberikan sedikit bubuk ancaman pada pria itu.
.
.
.T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fanfic[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...