"Jadi tujuanmu kesini hanya untuk bernostalgia tentang perasaanmu dengan Kakashi dulu?" Suara Sakura menjadi dingin. Tak kalah dingin dengan mimik wajahnya yang tak terbaca.
Hanare menatap tajam Sakura. Ia tidak menyukai wanita bersuari merah muda yang berani merebut posisinya di hati Kakashi.
"Apa pengumuman itu kurang jelas?"
"Sakura, kupikir kau terlalu keras padanya." Bisik Kakashi was-was. Ia dapat merasakan aura hitam yang keluar dari tubuh Sakura.
"Aku pi—"
"Maaf, aku memang menyukaimu dulu. Tapi, sekarang aku sudah memiliki Sakura. Maaf kalau kenyataan ini menyakitimu." Potong Kakashi cepat.
Jantung Hanare berdetak kencang mendengar pengakuan Kakashi.
Tidak, tidak mungkin!
"Secepat itukah perasaanmu berubah?" Hanare menguatkan dirinya untuk bersuara lagi ditengah kerapuhan yang melanda dirinya.
Hanare tertunduk lesuh. Ia tak bisa lagi menahan air matanya untuk tidak jatuh. Terlalu menyakitkan mendengar kenyataan yang sebenarnya.
Sakura merasa iba melihat Hanare seperti itu. Walaupun dia sudah menyinggung hati Hanare, tapi ia tetap memiliki hati sebagai wanita. Ia turut merasakan sakit yang dirasakan Hanare.
Sakura melangkah mendekati Hanare yang terisak dengan kepala tertunduk. Kedua tangannya mengusap lengan Hanare dengan lembut dan membawa wanita itu kepelukannya.
Sialan! Dasar sialan! Sudah cukup penolakan Kakashi yang membuatnya malu di depan Sakura, si bocah gulali yang merebut Kakashi darinya. Dan sekarang ia bertingkah sok baik? Jangan pikir aku akan memaafkan semua ini.
Hanare menepis tangan Sakura dengan kasar, membuat wanita bersurai merah muda itu mengerang sakit. Ia mengangkat wajahnya dengan angkuh walau masih berlinang air mata.
"Jangan bertingkah sok baik, bocah," gerutu Hanare. Matanya menatap tajam Kakashi dan Sakura bergantian.
"Hanare, kumohon bersikaplah dewasa." Kakashi menarik Sakura kembali ke sampingnya. Ia takut jika Hanare kalap hingga membahayakan dua nyawa sekaligus.
"Bagaimana bisa aku.." Hanare menggigit bibir bawahanya menahan tangis yang bisa pecah kapan saja.
"Bagaimana bisa aku melupakanmu, Kakashi!"
"Kau bisa." Suara Kakashi naik, Hanare cukup terkejut dibuatnya. Ini pertama kalinya Kakashi berbicara dengan suara keras padanya.
"Kakashi.." lirih Hanare mengepalkan kedua tangannya.
"Maaf, Hanare-san, aku bisa mengerti perasaanmu tapi aku tidak mungkin membiarkan anakku lahir tanpa ayah," kalimat Sakura sukses membuat jantung Hanare berhenti berdetak.
Itu artinya ia sedang mengandung anak Kakashi?
"A-apa? Ka-kau sedang hamil?" Tanya Hanare gagap.
Sakura mengangguk mantap. Ia tersenyum simpul pada Hanare yang bergeming di tempatnya. Senyumnya seketika luntur saat isakan Hanare semakin keras. Apa dirinya terlalu kejam mengatakan yang sebenarnya?
Sakura merasa sangat bersalah membuat Hanare merasakan sakit yang sangat dalam. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana cara menghibur Hanare?
Kakashi.
"Kakashi, mungkin dia membutuhkanmu," Sakura menggenggam tangan Kakashi dengan erat. Ini adalah satu-satunya pilihan agar Hanare bisa mengerti dan berhenti menangis. Hatinya memang tak ikhlas jika Kakashi dekat dengan Hanare, tapi inilah satu-satunya cara.
"Kau menjadikanku umpan?" Tanya Kakashi tak rela dijadikan umpan agar Hanare bisa menerima takdir yang ia dapat.
"Mungkin semacam itu, tapi ini jalan satu-satunya, kumohon biar masalah ini cepat selesai."
.
.Sakura memandang langit dari jendela ruangannya. Ia tak tau apa yang sedang dipikirkannya. Meninggalkan Kakashi bersama Hanare? Hah, yang benar saja. Ia sangat menyesal meninggalkan kedua orang itu bersama.
Sakura menghela napas berat. Pikiran-pikiran negatif terus masuk ke kepalanya, membuatnya gelisah tentang Kakashi dan Hanare. Baiklah, ia harus mencari keberadaan Kakashi dan Hanare sekarang juga. Ia tidak tahan dengan isi kepala yang terus menyerangnya.
Sakura berjalan cepat meninggalkan rumah sakit, mengacuhkan Ino yang memanggilnya untuk tak meninggalkan tugasnya yang menumpuk.
Ia mencari kesana kesini tapi tak menemukan kedua orang itu. Dimana sebenarnya mereka berada? Mereka tidak melakukan hal-hal yang berlebihan, kan? Sakura berhenti sejenak di tangga yang dapat melihat desa Konoha dari atas sana. Ia terduduk untuk mengistitahatkan kakinya yang sudah sangat lelah. Kemana lagi ia harus mencari Kakashi yang membuatnya gelisah sampai memeriksa setiap sudut desa untuk mencarinya.
"Sakura, apa yang kau lakukan disini?" Suara bariton itu membuat jantung Sakura berhenti berdetak. Suara yang sangat familiar di telinganya, siapa lagi kalau bukan Kakashi.
Sakura menoleh ke belakang mendapati Kakashi dan Hanare yang berjalan beriringan menghampirinya.
Hanare melangkah lebih cepat menghampiri Sakura yang berdiri menghadapnya. Hanare menggenggam kedua tangan Sakura cukup erat. Sakura hanya diam ingin melihat reaksi Hanare selanjutnya. Tanpa ia duga, Hanare menghambur memeluknya, masih tak lepas dari isak tangis yang membuat Sakura makin merasa bersalah. Apa yang Kakashi katakan pada wanita ini sampai ia masih tak berhenti menangis.
Sakura melirik Kakashi yang menatap kedua wanita itu tanpa ekspresi meminta penjelasan dari pria itu. Kakashi hanya mengedikkan bahu membuat Sakura merasa jengkel.
"Maaf aku terlalu memaksakan perasaanku pada Kakashi. Aku akhirnya sadar kalau takdir Kakashi adalah kau, bukan aku." Ucap Hanare disela-sela tangisnya.
Sakura mengelus pelan punggung Hanare untuk menenangkan perasaan wanita itu.
"Aku akan mengikhlaskan hubungan kalian karena sekeras apapun aku menentang takdir, tapi kalau ia bukan takdirku, itu hanya akan membuang-buang waktu hidupku dengan sia-sia."
Sakura hanya diam mendengar Hanare. Hanare melepaskan pelukannya pada Sakura, beralih pada iris emerald yang teduh itu.
"Kau beruntung mendapatkannya, aku sangat iri, berbahagialah."
"Tentu aku akan bahagia bersamanya," celetuk Sakura.
Hanare tersenyum tipis. Ia melepaskan genggamannya dari tangan Sakura lalu berbalik menatap Kakashi dalam.
"Terima kasih sudah menyadarkanku. Jaga Sakura dengan baik, kau sangat beruntung ditakdirkan bersama wanita tangguh sepertinya," tutur Hanare pada Kakashi.
Kakashi hanya tersenyum simpul di balik maskernya. Ia tak tahu harus berkata apa lagi. Ia cukup lega setelah Hanare akhirnya mengerti tentang perasaannya yang tak lagi sama seperti dulu, dan wanita yang ditakdirkan bersamanya adalah Sakura, bukan dirinya. Terlalu kejam memang berkata seperti itu langsung pada perempuan yang memiliki hati sensitif. Tapi, inilah jalan satu-satunya untuk mempertahankan calon keluarga kecilnya.
.
.
.T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fanfic[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...