Kaki jenjang Sakura melangkah keluar dari kamar mandi. Ia baru saja bangun dan tak mendapati Kakashi di sampingnya. Pria itu berangkat terlalu pagi sebelum Sakura bangun dari mimpi indahnya.
Mengetahui Kakashi yang lagi-lagi hilang tanpa jejak, pergi tanpa pamit, kerja tanpa sarapan membuatnya menghela napas panjang. Ia lebih memilih mandi untuk menjernihkan otaknya.
Sakura mengambil baju sehari-harinya. Ia memang tidak perlu kesana kemari mengingat usia kandungannya sudah sembilan bulan dan sebentar lagi melahirkan. Ia harus duduk di rumah, di sekitar jangkauan Tsunade.
Sakura hendak keluar dari kamar saat sakit di bagian perutnya langsung menyerang tidak memberinya ampun. Sakit yang Sakura rasakan. Ia mencoba menahan rasa sakitnya dengan sekuat tenaga, tapi rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Sakura ambruk di lantai. Keringat bercucuran di wajahnya. Wajahnya semakin pucat seiring kesakitan yang yang mendatanginya.
"Ka..Kashi.." lirihnya sekuat tenaga. Ia tidak tahu kenapa harus memanggil nama pria itu padahal pria itu sedang di kantor Hokage bukan di rumah.
"KA-KASHIII," teriakan Sakura yang keras membangunkan Tsunade dari tidur nyenyaknya. Perasaan Tsunade tidak enak.
"Sakura," gumam wanita paruh baya itu yang langsung berlari terbirit-birit dari arah datangnya teriakan Sakura.
Napas Tsunade memburu. Perasaan capek dan khawatir menjadi satu. Tsunade melihat darah bercampur lendir yang mengalir di kaki Sakura dan di lantai yang wanita itu duduki. Tsunade dibuat panik karena Sakura akan melahirkan.
"Tahanlah, Sakura, kita ke rumah sakit," Tsunade merangkul Sakura yang mengerang tanpa henti sambil memegang perutnya yang sakit.
Sakura mengangguk mengerti, tapi rasa sakit di perutnya sama sekali tidak mendukungnya. Ia tidak bisa berdiri karena sakit yan menguasai perutnya lebih besar daripada kekuatannya saat ini. Sakura berharap-harap cemas agar anaknya baik-baik saja di dalam sana.
"Jangan, Sakura, kau jangan pingsan dulu. Ingat anakmu membutuhkanmu," suara Tsunade menyadarkan Sakura yang hampir pingsan karena sakit di perutnya. Benar, ia tidak boleh selemah ini, bayi dalam kandungannya harus keluar lebih dulu sebelum dirinya kehabisan tenaga.
"SA-SAKURA-CHAN?" Teriak Naruto panik. Bagaimana tidak, kondisi Sakura saat ini sangat mengkhawatirkan. Darah, keringat, lendir, bercampur menjadi satu. Seharusnya ia datang untuk memarahi Tsunade yang telah membohonginya tentang jurus baru yang akan didapatnya jika ia menuruti perintah Tsunade untuk mencarikannya tanaman obat hingga harus mempertaruhkan nyawanya, tapi tujuan awal dipikirannya seketika lenyap melihat Sakura yang tak berdaya dengan darah mengalir di kakinya.
"Jangan diam saja, Naruto! Cepat bantu aku gendong Sakura ke rumah sakit, dia akan segera melahirkan," sahut Tsunade panik.
Naruto langsung membawa Sakura dalam dekapannya dan berlari dengan cepat ke rumah sakit. Ia tidak peduli lengannya yang akan patah karena menggendong wanita hamil dengan berat badan lebih besar dari Akamaru.
Sakura mencengkram erat kerah baju Naruto. Rasa sakit di perutnya benar-benar tak tertahankan. Tubuh Naruto sampai ikut tertarik mengikuti arah tarikannya mendekati wajah Sakura. Perasaan Naruto jadi gelisah harus senang atau sedih.
Tsunade melirik Naruto dengan wajah bersemu. "Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan, cepat letakkan dia di brankar dan Ino, kau panggil Shizune. Naruto, katakan pada Kakashi kalau Sakura sudah siap untuk melahirkan," geram Tsunade memperingatkan Naruto yang salah tingkah seraya membagi tugas pada setiap orang yang dilihatnya.
Ino memikik melihat keadaan Sakura yang pucat. Sesakit itukah saat melahirkan? Tidak, ini bukan saatnya memikirkan hal itu.
Tsunade memasuki ruang persalinan lengkap dengan pakaian ala dokternya. Perlahan tapi pasti, ia membantu Sakura untuk terus mengumpulkan tenaganya saat proses persalinan sedang berjalan. Tak lama, suara bantingan pintu ruang operasi mengejutkan orang-orang di dalam, kecuali Sakura yang sudah tidak memedulikan keadaan sekitarnya lagi karena fokus untuk melahirkan anaknya.
"Sialan kau, Kakashi, kau mengagetkan kita semua!" Bentak Tsunade. Untung saja kekuatan refleksnya tidak muncul atau ia akan membunuh Sakura saat kekuatan refleksnya datang.
Kakashi tidak memedulikan Tsunade. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Sakura. Kakashi menggenggam erat tangan kanan Sakura, memberi wanita itu semangat. Melihat kondisi Sakura yang seperti ini sangat membuatnya sakit. Bahkan sakit yang ia rasa tidak akan sebanding dengan pengorbanan Sakura saat ini.
Sakura melirik Kakashi yang menatapnya gelisah. Senyum simpul terukir di bibirnya kala melihat Kakashi sekhawatir itu padanya.
"Jangan tersenyum seperti itu dalam keadaan seperti ini!" Kakashi tak bisa menahan emosinya melihat ekspresi Sakura yang semakin membuatnya gelisah bahkan takut.
Sakura semakin mengeratkan genggamannya di tangan Kakashi. Kakashi tidak lagi memedulikan tangannya yang mungkin akan patah setelah ini, jika dengan begitu Sakura merasakan lebih baik, itu tidak apa-apa.
"Kepalanya sudah keluar, Sakura, kumohon bertahanlah sedikit lagi," ucap Tsunade senang.
"Bertahanlah sedikit lagi, kita lihat sama-sama anak kita," Kakashi menitikkan air mata. Ia sangat bahagia mendengar buah hatinya sebentar lagi akan keluar seutuhnya.
Kakashi mencium kening Sakura. Ia sudah menjadi ayah sekarang. Membayangkan dirinya menggendong buah hatinya saja membuat jantungnya berdegup dengan kencang, apalagi saat ia benar-benar menggendongnya.
Sakura mengangguk kecil. Satu dorongan kuat, buah hatinya dan Kakashi akan segera lahir ke dunia ini. Ia harus bertahan sampai akhir, sampai ia mendengar suara tangis buah hatinya.
"Ooooeeee.." suara tangisan pecah dari mulut bayi yang baru saja lahir dengan selamat ke dunia ini.
Tubuh Kakashi gemetar hebat setelah mendengar suara nyaring yang sangat menenangkan hatinya. Ia sudah menjadi ayah.
"Kau dengar itu, Sakura? Kita sudah jadi orang tua," Kakashi mencium Sakura lagi dan lagi. Sakura hanya membalas dengan anggukan lemah.
"Perempuan, selamat Sakura kau melahirkan anak perempuan," ucap Tsunade setelah membersihkan tubuh bayi kecil itu.
Kakashi beranjak mendekati bayi mungil mereka. Tangan kecilnya mengepal, matanya tertutup, mungkin bayi itu sedang tidur setelah berjuang keluar dari rahim ibunya. Tanpa diberitahu, Tsunade lebih dulu menyerahkan bayi mungil itu ke Kakashi dengan mata berbinar-binar.
"Sakura, lihat anak kita," sahutnya melirik Sakura yang terbaring lemas di atas brankar.
Tidak ada jawaban.
Kakashi mendekati Sakura yang tidak sadarkan diri di atas ranjang dengan keringat yang mengalir di wajahnya. Jantung Kakashi berdegup kencang.
"Kenapa Sakura tak sadarkan diri?" Tanya Kakashi kelu.
.
.
.T B C
Next kayaknya part terakhir :')
Terhura euyy bentar lagi mau tamat ini storynya.
Mana yang baca udah nyampe 10K 😢
Ga nyangka banyak juga yang baca /alay/
But, makasih yang dari awal udah vomment.Tanpa y'll story ini ga ada apa-apanya. Makasih ya:')
But, maap ya kalau banyak typo wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fanfiction[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...