Sudah dua hari ini Sakura tidak sadarkan diri. Dan sudah dua hari ini juga Kakashi setia menunggu Sakura sadar. Setelah berhasil melahirkan anak pertamanya, Sakura pingsan hingga sekarang. Kakashi takut. Takut jika Sakura tidak sadarkan diri lagi.
Kakashi yang masih merenung menatap wajah teduh Sakura di hadapannya merasakan sesuatu yang bergerak dalam genggamannya.
"Sakura, kau sudah sadar?" Tanya Kakashi heboh.
Perlahan-lahan, Sakura membuka matanya menampakkan iris emerald yang teduh. Kakashi tersenyum di balik maskernya. Ia sangat senang Sakura telah sadar hari ini.
"Sa—akh.." Sakura mengerang kecil. Tubuhnya masih lemas dan kaku. Duduk saja dia tidak bisa apalagi berdiri.
"Jangan memaksakan diri," Kakashi mengelus lembut surai merah muda Sakura. Ia tahu kalau Sakura sangat ingin melihat anak mereka yang belum ia namai karena ia ingin Sakura lah yang akan menamai anak pertama mereka.
Tsunade masuk ke dalam ruang rawat Sakura. Ia tersenyum lebar melihat murid kesayangannya telah sadar setelah tidur selama dua hari.
"Bayimu sepertinya akan sangat kuat, melihat kau sampai pingsan berhari-hari setelah melahirkannya," kata Tsunade.
Sakura mengerutkan keningnya. Ia memang tak sadarkan diri setelah melahirkan, tapi apa hubungannya dengan kekuatan anaknya. Berbicara tentang anaknya, Sakura ingin sekali melihat buah hatinya yang baru lahir ke dunia. Bagaimana kondisi bayi itu selama ia tak sadarkan diri.
"Kakashi, mana anak kita?" Tanya Sakura menatap onyx Kakashi memohon. Sakura benar-benar ingin melihat bayinya sekarang. Apa bayi itu baik-baik saja? Ia ingin memastikannya sendiri.
Pintu ruang rawat Sakura terbuka. Memperlihatkan sebuah box berbentuk persegi panjang yang transparan. Senyum Sakura merekah saat melihat isi dari box transparan tersebut. Itu bayinya.
Kakashi berdiri dari kursinya untuk mengambil bayi dalam box itu dan ditaruhnya tubuh mungil yang tertidur pulas di atas dada Sakura. Jari jemari lentik Sakura bergerak mengusap tubuh bayinya yang tidur telengkup di atas dadanya. Air mata jatuh di wajahnya. Ia sangat terharu dengan momen seperti ini.
"Sara," gumam Sakura.
"Sara?" Tanya Kakashi bingung.
"Namanya Sara," kata Sakura lembut. Ia melirik Kakashi dan memberi kode pada pria tersebut untuk mendekatinya dan membantunya untuk duduk.
"Wah.. kau sangat pintar memilih nama, Sakura," puji Tsunade turut senang melihat senyum Sakura yang berbinar-binar melihat anak pertamanya dan Kakashi.
Sakura melipat kedua tangannya mengelilingi tubuh mungil yang digendongnya. Sedang Kakashi beralih duduk di atas brankar Sakura sambil memainkan tangan mungil yang terus mengepal itu.
"Hatake Sara, jadilah anak kebanggaan kami," ucap Kakashi lalu mencium kening Sakura lembut. Lengkap sudah keluarga kecil yang ia idam-idamkan sejak dulu. Seorang istri yang cantik dan pintar melahirkan anak pertama mereka dengan selamat. Kakashi sangat bersyukur dengan kehidupannya sampai ia tidak tau harus bagaimana mengekspresikan rasa senang dan terima kasih kepada Kami-sama. Hidupnya sudah sempurna bersama keluarga kecilnya sekarang.
.
."Sara-chan, mau ikut kaa-san ketemu tou-san, tidak? Sekalian kasih bekal ini ke tou-san," tanya Sakura ramah pada anaknya yang sudah berumur satu tahun.
Sara duduk di atas meja makan sedang memainkan sendok plastik, tak jarang juga dia melempar sendok di tangannya hingga membuat Sakura repot untuk mengambilkannya lagi, kalau tidak Sara akan menangis.
Mendengar ibunya berbicara, iris hitam milik Kakashi yang turun pada anak perempuannya menatap Sakura lekat, mencerna setiap kata yang keluar dari mulut ibunya walau ia tidak mengerti apa yang wanita itu katakan. Tapi, melihat Sakura bersemangat membuat Sara tertawa dan mengomel tidak jelas, ia bermaksud untuk mengiyakan apa saja yang dikatakan ibunya.
"Yasudah ayo kita menemui tou-san," sahut Sakura bersemangat seraya menarik Sara untuk berjalan bersamanya. Sesekali Sara berlari mendahului Sakura membuat Sakura gemas karena tidak bisa memarahi Sara yang berlari lalu berhenti untuk bergoyang. Melihat Sara yang sangat bersemangat begitu membuat Sakura sangat senang.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan pintu ruangan Kakashi. Sakura ingat saat ia hamil besar dulu, berjalan kaki ke kantor hokage sangat melelahkan untuknya, tapi berbeda dengan sekarang, rasa lelahnya tidak terasa sama sekali apalagi ia berjalan bersama Sara, anak pertamanya yang menggemaskan.
Tangan Sakura membuka pintu ruangan Kakashi dan Sara langsung masuk tanpa permisi saat pintu itu terbuka. Gadis kecil itu berlari menghampiri ayahnya yang sibuk dengan kertas-kertas di hadapannya.
"Sakura? Sara?"
"Lihat, Sara sangat bersemangat untuk menemuimu, Kakashi."
"Kau tidak menggunakan nama Sara sebagai umpan untuk bertemu denganku, kan?" Goda Kakashi yang dibalas tatapan tajam dari Sakura.
Sara memanjati kaki Kakashi. Hampir saja ia terjatuh kalau Kakashi tidak segera menahan tubuhnya dan menariknya dalam pelukan seorang ayah.
"Hei, bagaimana kabarmu jagoan kecil? Kita baru bertemu tadi pagi tapi kau sudah rindu pada tou-san?"
Sara memukul dada Kakashi sambil bergumam tidak jelas. Telunjuk mungilnya menunjuk Sakura yang masih berdiri memperhatikannya dan Kakashi. Kakashi mengikuti arah dimana Sara sedang menunjuk. Sakura.
"Tidak mungkin kan anak kecil berbohong," kekeh Kakashi menarik Sakura mendekatinya.
Sakura hanya pasrah. Tidak perlu menutupi hal seperti itu lagi, toh, itu juga tidak ada untungnya.
"Baiklah, baiklah, jangan pulang malam dan makanlah walau tidak lapar," Sakura menarik Sara ke pangkuannya sedang ia sendiri mengambil alih tempat Sara di atas pangkuan Kakashi.
"Aku akan menyelesaikannya segera demi istri dan anakku." Mata Kakashi dan Sakura bertemu. Mereka saling melempar senyum lalu Kakashi membawa bibirnya mendekati bibir Sakura. Sakura memeluk Sara agar tidak jatuh dari pangkuannya saat ia dan Kakashi berciuman.
"Hei, hei, lebih baik selesaikan dulu pekerjaanmu baru bermesraan seperti itu," suara Yamato mengintrupsi Kakashi dan Sakura yang tertangkap basah tengah berciuman. Mau tidak mau, Kakashi melepaskan ciuman mereka dan melempar tatapan tajamnya ke arah Yamato.
"Cih,"
"Aku dan Sara akan mengunjungi Ino, sumpai jumpa di rumah saat makan malam, Kakashi," pamit Sakura.
Kakashi mengangguk seraya melambaikan tangannya kepada dua orang yang barusaja keluar dari ruangannya. Semangatnya kembali naik setelah kedatangan dua orang penting dalam hidupnya. Ia tidak ingin membuat Sakura dan Sara kecewa saat ia terlambat pulang untuk makan malam. Tangannya dengan cekatan menarik satu per satu kertas di hadapannya untuk menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat karena keluarga kecilnya sedang menunggunya.
THE END
Yeyy udah selesai yeyy..
Huwaa akhirnya selesai juga nih ff dengan pembaca yang cukup banyak menurut saya karena pembacanya melebihi 2K /terhura T^T/Pada seneng ga akhirnya Serendipity selesai? Wkwk
Coba deh komen gimana menurut kalian alur story SERENDIPITY ini? Mau tau gimana pendapat kalian tentang story ini^^Untuk yang sedih karena ff ini tamat /pede amat si author, yang ada pada seneng akhirnya cerita gaje lu tamat/, tenang aja EPILOG alias bonus chapter masih ada kok huhahahha
Tapi, di-private.See u in my another kakasaku story~
Oh iya btw ada yg mikir kek "mentang-mentang author, nama anaknya kakasaku malah pake nama author ndiri"
Sebenarnya saya bingung mau pake namanya siapa soalnyakan Kakasaku isn't real, yg real itu Sasusaku and nama anak mereka itu Sarada, nah saya ambil dari namanya si Sarada aja tapi namanya saya potong jadi Sara. Jadi gitu penjelasannya.Sekian bacotan saya~
N' sankyu udah mengikuti perjalanan cerita Serendipity dari awal hingga akhir~
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fanfiction[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...