Mendengar pintu ruangannya dibuka. Tsunade memutar kursinya menghadap ke depan untuk melihat siapa yang datang ke kantornya.
"Kakashi, Sakura, aku sudah menunggumu sejak siang tadi dan kalian baru datang?" Suara tegas Tsunade membuat kedua orang itu gugup.
"Gomenne, Shisou. Tadi aku latihan di tepat tim 7 latihan dulu." Sakura setengah membungkuk untuk meminta maaf kepada Hokage kelima itu.
Tsunade menautkan jari-jarinya di atas meja untuk menopang dagunya. Ia menatap Kakashi dan Sakura bergantian sebelum membuka topik.
"Aku ingin kalian melihat kondisi di perbatasan Konoha dan Amegakura." Ucap Tsunade to the point.
Sakura mengernyit, "Tapi, shisou, aku baru pulang dari misi kelas A?"
"Kau tahu aku tidak menunjuk sembarang orang untuk berjaga di perbatasan, Sakura." Tsunade memberi alasan yang masuk akal untuk Sakura.
Sakura mengangguk mengerti. Itu artinya, shisou-nya itu telah mengakui hasil dari latihannya selama ini. Kalau saja ini di flat-nya, ia sudah pasti akan jingkrak-jingkrak senang. Tapi, ia harus mejaga sikap di depan Hokage kelima dan Kakashi-sensei.
Kakashi hanya mendengarkan kedua orang di hadapannya ini. Ia sudah biasa mendapat misi seperti ini. Apalagi ia adalah ANBU yang mendapat perintah langsung dari Hokage dengan misi yang memiliki tingkat tinggi.
"Aku ingin mendapat hasil yang memuaskan. Jadi, kalian jangan mengecewakan aku. Kalian adalah guru dan murid saat di tim 7, jadi aku mempercayakan kerja sama tim kalian." Tsunade mengakhiri sesi pembicaraan tentang misi Kakashi dan Sakura.
.
.Sakura menyandarkan punggungnya di gerbang Konoha dengan tangan ia lipat di depan dadanya.
Sudah hampir tiga tahun ini ia tidak menjalankan misi bersama Kakashi tapi satu hal yang tidak berubah dari pria—mantan gurunya itu. Pria itu selalu saja terlambat sebelum menjalankan misi bersama.
Sakura mengela napas pelan. Ia menghentak-hentakkan kakinya ke tanah untuk menghilangkan rasa jenuhnya. Ia sudah terbiasa juga dengan sikap Kakashi yang suka terlambat itu.
"Yo, Sakura." Sapa pria berambut silver yang melawan gravitasi. Siapa lagi kalau bukan Kakashi.
Sakura menoleh ke sumber suara dan melihat Kakashi berjalan santai dengan tangan kosong yang melambai padanya.
Sakura berdecak kesal seraya memegang pinggul kanannya dan menatap Kakashi tajam.
"Gomen.. gomen, Sakura." Kakashi tersenyum walau wajahnya ditutupi oleh masker tapi masih dapat dilihat. Ia mengelus kepala belakangnya merasa tidak enak kepada Sakura.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan sikapmu itu."
Kakashi masih tersenyum sambil mendahului Sakura untuk berjalan lebih dahulu.
Gadis itu menyusul Kakashi berjalan hingga menyamai langkah panjang pria itu. Mereka berjalan dalam diam. Tidak ada yang ingin memulai percakapan terlebih dahulu.
Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Sebaiknya kita mulai berlari agar cepat sampai di perbatasan." Suara Kalashi memecah keheningan.
Sakura hanya mengangguk kemudian berlari bersama pria itu.
.
.Kakashi tiba-tiba berhenti pada salah satu batang pohon. Sakura yang bingung juga ikut berhenti dan memerhatikan Kakashi yang masih terdiam di posisinya.
"Ada apa, sensei?" Sakura yang penasaran akhirnya bertanya. Apa yang terjadi sampai Kakashi tiba-tiba berhenti? Bukankah perbatasan antara Amegakure masih jauh? Atau Kakashi-sensei-nya itu lelah dan ingin beristirahat sebentar? Terlalu banyak pertanyaan yang muncul di kepala Sakura dan membuatnya makin pusing saja.
Kakashi masih terdiam. Ia tidak menjawab pertanyaan Sakura.
Sakura semakin penasaran kenapa pria itu tiba-tiba berhenti. Ia hendak ingin bertanya lagi, tapi Kakashi langsung membopong tubuhnya untuk turun dari pohon.
DUAAARR
Bersamaan dengan pergerakan Kalashi. Ledakan terjadi di tempat Kakashi berhenti tadi.
Sakura membulatkan matanya setelah mencerna apa yang baru saja terjadi.
Lagi-lagi, serangan kembali datang untuk mereka. Kakashi menurunkan Sakura dan tanpa komando, mereka mengeluarkan kunai masing-masing dan mengawasi setiap pergerakan di hutan itu.
"Sakura, kau jangan hilang fokus. Dan kalau sesuatu terjadi berlarilah ke dekatku." Kakashi memberi peringatan.
Sakura memutar matanya kesal. Ia bukan lagi anak kecil dan ia tau apa yang harus ia lakukan.
Sekelompok orang muncul mengelilingi mereka. Kedua orang itu bersiap dengan posisinya saat orang-orang itu mulai menyerang.
Dari ikat kepalanya, dapat diketahui bahwa mereka adalah shinobi dari Amegakure.
Shinobi Amegakure melancarkan aksinya dan menyerang kedua orang Konoha itu. Kakashi dan Sakura mulai terpisahkan oleh jarak yang jauh.
Sakura menangkis setiap serangan yang dilancarkan oleh shinobi Amegakure. Tapi, lama-kelamaan chakranya mulai menipis akibat terus mengeluarkan chakra melawan shinobi Amegakure yang kalah banyak.
Ia berlari mendekati Kakashi.
"Kakashi-sensei, chakraku akan habis, kita tidak bisa mengalahkan mereka." Ucap Sakura dengan napas memburu.
Kakashi mengerti keadaan Sakura. Ia juga merasa chakranya semakin menipis. Mereka harus mundur sebelum salah satu dari dia dan Sakura tertangkap.
BUAKK
Tubuh Sakura terpental jauh akibat hantaman dari salah satu shinobi Amegakure. Tubuhnya menghantam pohon besar.
"Akhh." Ringisnya.
"Sakuraaa!" Ia mendengar suara Kakashi meneriakkan namanya sebelum semuanya menjadi gelap.
.
.
.T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fanfiction[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...