Sakura menyusuri jalan yang ramai dilewati oleh penduduk Konoha. Matahari siang tak membuat mereka kepanasan karena musim dingin yang akan datang sebentar lagi.
Sakura memegangi perutnya yang kosong sejak tadi pagi. Ia terlalu sibuk dengan data pasien minggu ini hingga tidak memiliki waktu untuk makan apalagi minum. Tapi beruntung Ino yang kasihan melihatnya sedang pucat karena tak makan sejak pagi tadi dan menggantikan Sakura untuk mengecek data pasien.
Gadis bersurai pink itu memilih untuk makan siang di Ichiraku Ramen. Ia memesan ramen dengan menu yang sama selama bertahun-tahun. Ia jatuh cinta dengan ramen satu itu.
"Ohh, Sakura-san?"
Sakura menoleh saat namanya dipanggil. "Hanare-san?"
"Kebetulan sekali kita bertemu disini, Sakura-san." Hanare tersenyum lebar sembari memesan ramen untuknya juga.
Sakura mengernyit meminta penjelasan dari Hanare saat mengatakan 'kebetulan sekali' padanya. Itu artinya wanita itu ingin membicarakan sesuatu padanya.
"Kau tau banyak wanita yang menyukai Kakashi dan aku ingin meminta pendapatmu tentangnya."
Sakura hampir saja tersedak kalau ia tak mengontrol dirinya agar tetap bersikap biasa saat membicarakan Kakashi.
"Kenapa harus aku?" Tanya Sakura yang kembali fokus ke mangkuk ramennya yang hampir habis. Entah kenapa ia tidak menyukai Hanare sejak ia mencium Kakashi.
"Kupikir kau tau tentangnya karena kau muridnya selama beberapa tahun ini." Hanare menatap Sakura dengan penuh harap agar diberitahu tentang Kakashi.
Sakura dapat membaca perasaan Hanare dari sorot mata wanita itu. Ia menyukai Kakashi. Sakura hanya menunduk lesuh. Ia terlalu malas membicarakan Kakashi apalagi di depan orang yang menyukai pria itu. Tapi Hanare tak berhenti memaksanya untuk bercerita tentang pria itu, mau tidak mau ia harus memberitahunya.
"Hmm.." Sakura sedikit berdehem untuk menetralkan suaranya sebelum bicara panjang lebar. Ia mencoba melupakan peristiwa Hanare mencium Kakashi. Toh, yang Kakashi cintai itu dirinya bukan Hanare.
"Aku sebenarnya tidak tau apa-apa tentang Kakashi-sensei walau aku salah satu muridnya, tapi setelah menjalankan misi bersamanya aku jadi sedikit tau tentang pria itu." Sakura memulai pembukaan pidatonya sebelum masuk ke inti dari pokok pembicaraan mereka.
"Dia itu menjengkelkan saat sedang latihan. Dia tidak pernah benar-benar memperhatikan kami, dia hanya menyuruh ini itu sesuka dia dan dia sendiri sibuk membaca buku mesum yang selalu dia bawa. Kalau tentang dia pernah mempraktekkannya aku tidak tau." Sakura mengedikkan bahunya menahan senyum yang akan tercetak di bibir tipisnya saat mengingat ia dan Kakashi melakukan itu.
Hanare menunggu kelanjutan cerita Sakura yang membuatnya makin bersemangat. Sakura merasa terganggu dengan tatapan wanita itu yang seakan menghakiminya untuk terus melanjutkan ceritanya tentang calon suaminya itu.
"Dia mesum. Aku pernah melihatnya mengintip ke permandian air panas perempuan bersama Naruto. Kakashi-sensei juga sangat suka kentut setiap dia tidur. Dan kentutnya sangat bau seperti telur busuk. Aku juga pernah melihatnya mengupil diam-diam lalu memakannya."
Sakura menyadari perubahan raut wajah Hanare yang jijik. Sakura merasa merdeka saat Hanare mempercayai kebohongannya.
"Kau berbohong, kan?" Tanya Hanare ingin memastikan.
Sakura segera menggeleng. "Tidak, buat apa aku berbohong. Ya sudah kalau tidak percaya." Sakura barusaja berdiri untuk pergi setelah membayar pesanannya, tapi tangan Hanare menahannya untuk tetap melanjutkan ceritanya. Sakura sangat ingin pergi saat itu apalagi gejala mual yang ia rasakan akhir-akhir ini kembali menyerangnya.
Sakura menahan mual yang melandanya lalu kembali duduk di samping Hanare. Gadis itu mengatur nafasnya sebelum melanjutkannya kembali.
"Aku penasaran dengan wajah Kakashi."
"Kau tidak perlu sepenasaran itu karena aku sudah melihatnya saat makan bersama anggota tim yang lain. Bayangkan saja wajah pria dengan tompel di samping bibir tebalnya." Sakura ingin segera mengakhiri pembicaraan itu. Ia benar-benar akan muntah.
"Kau seperti mengada-ada, Sakura-san." Sindir Hanare yang menatapnya tajam.
Sakura tak bisa menahan mualnya lagi, ia ingin muntah. Gadis itu mengabaikan Hanare lalu berlari keluar dari Ichiraku Ramen agar tidak membuat pengunjung lainnya memuntahkan kembali ramennya saat melihat muntahan Sakura.
"Huekk.." Sakura memuntah isi perutnya yang sedari tadi ingin keluar tapi ia tahan. Orang-orang yang lewat menatapnya prihatin sekaligus jijik karena muntahannya.
"Kau tidak apa-apa, Sakura-san?" Tanya Hanare yang kaget melihat Sakura tiba-tiba muntah.
Sakura menggeleng pelan. Ia terlalu sibuk mengeluarkan semua muntahannya untuk menjawab Hanare dengan mulut.
Tenten dan Lee yang melihat Sakura sedang muntah di samping kedai ramen itu menghampirinya.
"Sakura-chan, ada apa? Kenapa kau bisa muntah begini? Huekk.." Lee yang tak tahan melihatnya juga ikutan muntah.
Tenten memutar bola matanya kesal dengan Lee. Ia ingin sekali menendang Lee, tapi kondisi Sakura lebih penting sekarang.
"Sakura, ada apa ini? Kau sakit apa? Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang." Tenten mengusap punggung Sakura untuk menenangkan gadis itu.
Sakura mengangguk pasrah. Ia memang harus memeriksa kondisinya yang akhir-akhir ini terus merasa mual hingga muntah.
"Ya, lebih baik kalian segera ke rumah sakit." Ucap Hanare yang hanya dijawab anggukan dari Tenten.
"Sakura-chan, aku juga merasakan apa yang kau rasakan. Kau harus kuat, aku akan menggendongmu sampai ke ru-"
"Sakura-chan! Tenten! Jangan main tinggal saja!" Teriak Lee saat melihat Sakura dan Tenten jalan makin jauh meninggalkannya yang sedang muntah juga.
.
.
.T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fanfiction[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...