19 - Hadiah Pernikahan

7.1K 477 5
                                    

Semilir angin musim dingin menerpa kedua sejoli yang berjalan di bawah rindangnya pohon di pinggir jalan. Mereka berjalan ke suatu tempat dengan Kakashi yang menjadi pemandunya.

Senyum Sakura tak lepas dari wajah cantiknya. Ia tidak sabar untuk melihat kejutan apa yang menunggunya di depan sana. Semua kemungkinan dalam otaknya terus berputar seperti kincir angin yang tertiup angin di tengah hamparan padang rumput yang sangat luas.

Ia menggandeng lengan Kakashi dengan mesra. Daerah tempat mereka berjalan bersama cukup sepi, mungkin karena penduduknya sedang ke pasar tradisional Konoha atau sedang bekerja seperti menjalankan misi. Suasana disini sangat nyaman dan tentram. Ini adalah suasana yang sangat Kakashi sukai, begitupun juga dirinya.

"Jadi kapan kita sampai?" Sakura bertanya tidak sabaran. Sudah berkali-kali ia menanyakan hal itu pada Kakashi, mungkin setiap detik berlalu Sakura pasti akan menanyakan kapan mereka sampai. Tapi dengan sabar Kakashi menjawabnya dengan lembut.

"Sebentar lagi, Sakura," jawab Kakashi mengacak puncak kepala wanitanya dengan gemas.

"Kau tidak lelah, kan? Biar ku gendong saja, ya?" Lanjut Kakashi saat mengingat Sakura yang mengandung anaknya. Betapa bodohnya dia melupakan hal besar seperti itu. Tidak melihat beban Sakura yang menjadi dua kali lipat setelah dinyatakan hamil. Wanita hamil tentu cepat lelah.

Sakura menggeleng pelan. "Jangan berlebihan lagi, Kakashi. Aku tau kapan aku lelah," tegas Sakura. Tentu ia tidak ingin dilihat lemah walaupun sedang hamil.

"Sakura—"

"Kumohon beritahu aku kapan kita sampai? Aku lebih lelah memikirkan kejutan apa yang kau siapkan," gerutu Sakura mengalihkan pembicaraan Kakashi yang mulai memaksanya.

Kakashi bukan orang bodoh yang tak mengerti situasi, tapi wanitanya ini sangat keras kepala. Ia tidak ingin terlalu memaksa dan membuat wanitanya marah karena ia sangat mencintai wanitanya itu.

Kakashi mendesah pelan lalu mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke tempat tujuannya.

Sakura dengan setia menggandeng lengan Kakashi yang semakin mempercepat langkahnya. Membuatnya kesulitan menyamakan langkahnya dengan langkah pria itu.

"Kakashi, tidak usah terburu-buru," tegur Sakura.

"Nah, kita sudah sampai," ujar Kakashi sembari mengarahkan tubuh Sakura memandangi sebuah rumah yang cukup luas tapi sudah termakan usia. Terlihat tak terawat, perlu dibersihkan karena tumbuhan liar yang memenuhi halaman rumah itu.

Sakura bingung melihat rumah di hadapan mereka. Buat apa Kakashi membawanya ke sini hanya untuk melihat rumah yang sudah termakan usia dan perlu banyak perbaikan itu? Dan rumah siapa itu?

"Ada apa dengan rumah ini?" Tanya Sakura kebingungan.

"Ini rumah lamaku sebelum aku pindah ke apartemen," jelas Kakashi memutar kembali ingatan demi ingatannya tentang kenangan bersama keluarganya di rumah itu. Rumahnya masih utuh, tapi perlu diperbaiki karena sudah termakan usia.

"Aku berniat untuk kembali kesini memulai awal yang baru bersamamu.." Kakashi menatap Sakura yang masih terpaku melihat lebih detail dari rumah itu.

"..dan anak kita," lanjut Kakashi.

Sakura menoleh, menatap Kakashi dalam. Ia mengerti sekarang, ia tidak seharusnya melupakan masa lalu tapi mengenangnya sebagai suatu pelajaran dan menghargainya karena sebagian dari masa lalu adalah memori terpenting yang pernah membuat kita bahagia walaupun hanya sebentar. Dan tidak ada yang namanya masa lalu yang kelam jika kita tidak meratapinya dengan kesedihan. Jangan hanya memandangnya dengan satu mata, tapi pandanglah dengan kedua mata, karena dua itu lebih baik daripada hanya satu di dalam kesendirian.

(n) sumpah demi apa gue ga tau kenapa bisa ngetik sebuah ke-alay-an seperti ini. XD

"Jadi mulai dari mana kita harus memperbaiki bagian-bagian yang rusak dari rumah ini?" Sakura nampak bersemangat untuk pindah ke rumah baru—yang tak lain adalah rumah peninggalan kedua orang tua Kakashi.

"Siapa bilang kita yang akan mengerjakan tugas itu, huh? Ingat dengan kandunganmu, tidak mungkin aku membiarkanmu mengerjakan hal seperti itu, Sakura," ujar Kakashi.

"Aku tau, aku hanya berbasa basi saja," kekeh Sakura.

Kakashi lagi-lagi terkena tipu daya calon istrinya. Tapi, tidak apa-apa jika itu membuat Sakura bisa tersenyum. Hatinya sangat tenang melihat pemandangan seperti itu.

"Bagaimana? Apa kau suka kejutanku? Hadiah pernikahan kita?"

Sakura nampak menimang-nimang sesuatu yang hanya diketahui olehnya dan Kami-sama. Kakashi masih setia menunggu jawaban dari Sakura yang membuat jantungnya berdegup kencang seperti penyakit jantung yang sedang kambuh.

"SANGAT LUAR BIASA!!" Teriak Sakura tanpa memperdulikan sekitarnya yang sedang menatapnya aneh. Tangannya direntangkan seperti mengukur sesuatu yang sangat besar.

"Sakura," lirih Kakashi tersenyum kecut dibalik maskernya. Ia sedikit risih menjadi pusat perhatian.

"Ada apa?" Tanyanya polos.

"Mari kita pulang untuk mengistirahatkan wanita ini,"

"Kau pikir aku nenek-nenek?" Sakura menatap onyx Kakashi dengan sinis.

"Mau nenek-nenek atau ibu-ibu pun kalau itu kau, aku tetap akan mencintaimu, sayang." Kakashi menarik Sakura ke dalam gendongannya yang membuat wanita itu memekik pelan.

Sakura memeluk leher Kakashi agar tidak jatuh. Ia sedikit kesal karena Kakashi tiba-tiba menggendongnya ala bridal style.

Tapi jauh dari kata kesal, ia sangat malu sekarang karena tatapan dari orang sekitarnya yang melihat mereka seperti ini. Ia yakin wajahnya sedang memerah dan dengan cepat ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kakashi.

"Kau membuatku malu," gerutu Sakura masih membenamkan wajahnya.

"Buat apa kau malu dengan tatapan mereka, ini biasa saja jika dibandingkan saat kau telanjang di atas ranjang bersamaku."

"Kakashi! Buat apa kau mengungkit hal itu?" Wajahnya terasa semakin panas saat mengungkit hal-hal memalukan seperti yang Kakashi katakan. Itu adalah privasi, tidak seharusnya Kakashi membicarakannya diluar seperti ini.

"Aku hanya lapar,"

"Lapar? Kita baru saja makan sebelum kesini,"

Kakashi menggeleng pelan, "aku ingin makan bersamamu di kamar, hanya kita berdua." 

"Tidak! Aku tidak mau!" Tolak Sakura tegas.

Kakashi menautkan kedua alisnya, bertanya-tanya, kenapa Sakura menolak?

"Pilihlah, makan sekarang atau tidak makan setelah pernikahan kita?" Ancam Sakura sukses membuat Kakashi bergeming.

.
.
.

T B C

Ada yang udah baca Canopus ?
Gimana menurut kalian ?
Bantu share Canopus ya wkwk

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang