"Jadi apa yang membuatmu disini, Tsunade-sama?" Tanya Kakashi sarkas.
Tsunade menoleh pada lawan bicaranya dengan mata melotot. "Jadi, kau tidak suka aku disini?"
"Bukan, aku hanya bertanya."
"Kursi Hokage sudah diberikan padamu, aku kesini hanya ingin memastikan bagaimana malam pertama kalian. Dan kau harus ingat ini, Kakashi!" Tsunade menjeda kalimatnya. Ia menatap onyx Kakashi lekat.
"Aku akan kembali jika Sakura sedang hamil!"
Kakashi hanya mengangguk mengerti. Tatapannya beralih pada Shizune yang menatapnya was-was.
"Bagaimana denganmu?" Kakashi beralih pada Shizune yang salah tingkah di depannya.
"Ehh.. anu, Tsu-Tsunade-sama tidak di kantornya jadi aku mengikutinya kesini." Jawabnya gugup.
Sarapan pagi itu berjalan cukup lancar untuk para wanita di hadapannya. Tidak bagi Kakashi karena merasa diacuhkan oleh ketiga wanita di hadapannya. Benar yang dikatakan orang-orang, jika beberapa wanita bertemu, tidak akan ada kata perpisahan di antara mereka sampai mereka tersedak ludah mereka sendiri.
"Baiklah, aku akan ke kantor Hokage," pamit Kakashi. Ia sudah berdiri rapi, lengkap dengan jubah Hokage yang dikenakannya di pintu dapur.
"Sudah mau pergi? Aku antar ke depan." Sakura mengekori Kakashi yang berjalan lebih dulu darinya. Matanya berbinar-binar melihat Kakashi yang sangat gagah dengan jubah Hokage itu. Ia sampai bingung bagaimana mengekspresika kebanggaannya terhadap suaminya.
"Kau tidak akan lama, kan?" Tanya Sakura merapikan jubah Kakashi.
Kakashi mengedikkan bahunya. "Aku tidak tau. Tapi, aku akan pulang cepat demi kalian," Kakashi mencium kening lebar Sakura seraya melambaikan tangannya pada wanitanya.
Sakura tersenyum kecil lalu kembali masuk ke apartemen mereka. Menjadi Hokage mungkin akan sangat melelahkan. Ia bisa melihatnya dari Tsunade yang tiap hari mengeluh karena dokumen-dokumen yang terus berdatangan meminta untuk dibaca lalu ditandatangani. Wanita paruh baya itu sampai harus tidak tidur bermalam-malam dan membuat lingkaran hitam di matanya sangat jelas terlihat.
Sekarang, Kakashi lah yang akan mengalami hal seperti itu. Kakashi mungkin tidak akan pulang, tapi Sakura harus mengerti kesibukan Kakashi demi desa. Pria itu juga sedang bekerja keras setiap detiknya.
"Bilang padaku jika Kakashi menelantarkanmu."
"Aku akan mengerti dengan kesibukannya, shisou," Sakura tersenyum ramah pada Tsunade.
Tsunade menghela napas pelan. Ia memperhatikan setiap inci dari wajah Sakura lalu pada tubuhnya. Sakira terlihat lebih gemuk akhir-akhir ini, dadanya juga semakin besar. Apa ini efek dari malam pertama mereka? Tsunade menggeleng cepat. Mana mungkin bisa membesar dalam semalaman.
"Tubuhmu semakin berisi, Sakura, apa kau banyak makan?"
Sakura terdiam sebentar. Ia mencoba mengontrol raut wajahnya agar tidak terlihat tegang. Tsunade menyadari perubahan bentuk tubuhnya, Sakura bermohon dalam hatinya agar Tsunade tidak berpikir bahwa dia sedang hamil.
"Sakura mungkin stres sampai dia banyak makan, bukan begitu Sakura-chan?" Tebak Shizune asal.
Sakura menyunggingkan senyum tipis pada Shizune dan dijawabnya dengan anggukan kecil.
Tsunade hanya mengedikkan bahu lalu kembali bergulat dengan makanan di hadapannya.
"Oh ya, ku dengar kau akan pindah dari Kakashi," Tsunade kembali membuka topik setelah keheningan panjang yang mereka alami.
Sakura mengangkat wajahnya menatap Tsunade. "Iya, shisou."
"Benarkah? Kapan kalian akan pindah?" Tanya Shizune penasaran.
Sakura nampak berpikir. Beberapa hari yang lalu ia melihat rumah itu dengan kondisi yang kacau, memerlulan banyak perbaikan di setiap sisinya dan sekarang ia belum memeriksa rumah itu lagi. Kakashi juga sudah meminta orang untuk membantu perbaikan rumah mereka. Mungkin ia harus mengeceknya bersama Kakashi lagi nanti.
"Rumahnya sedang diperbaiki, mungkin minggu depan kami akan pindah."
Tsunade dan Shizune mengangguk mengerti. Selanjutnya mereka saling berbicara, membuka topik satu ke topik yang lain. Tak ada dari mereka yang ingin menyudahi pembicaraan tersebut. Bahkan jika tiba-tiba ada musuh yang menghancurkan sekitar mereka.
.
.Sakura berdiri di depan jendela kamar apartemennya dan Kakashi yang terbuka lebar danmembiarkan semilir angin musim dingin menerpa kulitnya yang putih. Jam dinding menunjukka pukul 9 malam dan tidak ada tanda-tanda Kakashi akan pulang. Hari pertama menjadi Hokage pasti sangat menyibukkan Kakashi.
Sakura menghela napas pelan. Inilah resiko menjadi istri sang Rokidaime Hokage.
"Angin malam tidak bagus untuk kesehatanmu," sahut suara yang sudah Sakura tunggu sejak tadi.
Kakashi melingkarkan tangannya di pinggang Sakura lalu mengecup bibir wanita itu singkat.
"Kakashi? Kenapa kau pulang lama?" Tanya Sakura lembut. Tak ingin membuat beban pikiran Kakashi menjadi bertambah.
Tangan Kakashi bergerak menutup kembali jendela kamar mereka lalu menanggalkan jubah kehormatannya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Sakura.
Kakashi menghela napas pelan setelah membuka masker hitam yang masih setia menutupi sebagian wajahnya. Ia menarik Saaura untuk duduk di atas pangkuannya.
"Tsunade-sama meninggalkan banyak pekerjaan sebelum dia pensiun, dan aku harus menyelesaikannya secepat mungkin biar bisa bertemu denganmu," goda Kakashi.
Sakura dapat merasakan dengan jelas deru napas Kakashi menerpa kulit lehernya yang putih. Ia memejamkan mata untuk menahan geli.
"Kalau begitu, tidurlah, besok kau harus kerja lebih cepat agar tidak pulang malam," sahut Sakura mendorong tubuh Kakashi dan menyelimuti tubuh pria itu.
Kakashi tersenyum lembut. Sakura tau bahwa Kakashi sudah sangat mengantuk dan wanita itu mempersilahkannya tidur tanpa melontarkan banyak pertanyaan seperti wanita pada umumnya. Kakashi merasa sangat beruntung mendapatkan Sakura yang sangat mengerti keadaannya. Ia berjanji tidak akan membuat Sakura kecewa.
"Kau tidurlah juga," Kakashi menarik tangan Sakura agar tidur di sisinya. Sakura tidak menolak dan membiarkan tangan Kakashi menyusup ke dalam bajunya yang longgar, mengelus perut Sakura yang masih rata.
"Cepatlah lahir agar kau bisa menjaga ibumu saat aku sedang bekerja," gumam Kakashi pelan, tapi dapat membuat wajah Sakura memerah padam.
.
.
.T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Hayran Kurgu[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...