7 - Ungkapan hati

9.7K 648 31
                                    

Sakura berlari ke lapangan luas tempat latihan mereka dulu yang menjadi tempat wajib pertemuannya dengan Kakashi setelah bertemu dengan pria itu di ruang Hokage tadi siang.

Ia berlari sempoyongan dari kantor Hokage sampai ke tempat itu. Ia merasa sangat bersalah terlalu lama untuk menemui pria itu.

Ia tidak menduga meneliti tumbuhan itu ternyata lebih lama dari biasanga. Kalau saja Shizune tidak datang menawarkan diri untuk membantu, ia pasti masih berada di laboratorium bersama tumbuhan itu dan tidak bertemu Kakashi.

Kakashi pasti sudah pulang sekarang. Melihat senja sudah hampir melahap matahari sore membuat Sakura tidak percaya diri bahwa pria itu tidak akan menunggunya sampai sekarang.

Nafasnya memburu. Ia sudah sampai di tempat biasa mereka bertemu, tapi tak melihat Kakashi disana.

Sakura menyandarkan tubuhnya sambil mengambil pasokan oksigen yang tubuhnya butuhkan. Ia lelah berlari daritadi.

Dugaannya benar. Kakashi pasti sudah pulang sekarang. Ia benar-benar merasa bersalah.

"Sepertinya kau sibuk?" Suara bariton itu mengikat paru-parunya hingga ia tidak bisa melakulan pertukaran oksigen dan karbon dioksida lagi.

Ia menoleh ke kanan dan mendapati Kakashi berjalan santai dengan kedua tangan yang masuk ke saku celananya.

Senyumnya mengembang saat melihag Kakashi masih ada di tempat itu.

"Kukira kau sudah pulang." Sakura ikut berjalan menghampiri Kakashi.

"Masih setia menunggumu. Merindukanku?" Kakashi coba menggoda Sakura yang wajahnya sudah semerah tomat. Ia barusaja pulang dari misi dan bertemu gadis itu, walaupun tidak biasanya Sakura terlambat. Sudah seminggu ini Kakashi meninggalkannya karena misi, mungkinkah ia merindukan pria itu?

"Jangan coba menggodaku. Aku tidak gampang tergoda." Sakura berkacak pinggang. Iris emeraldnya menatap tajam Kakashi.

Kakashi hanya tersenyum hingga kelopak matanya menyipit dan tak memperlihatkan iris onyx itu lagi.

"Ini aneh." Ucap Sakura membelakangi Kakashi. Ia tidak bisa fokus berbicara saat iris onyx itu menatapnya lekat.

Kakashi mengernyit bingung. Ia menunggu Sakura untuk melanjutkan ucapannya.

"Sikapmu terus memberiku celah untuk berpikir kalau kau menyukaiku. Aku tidak bisa membantah perasaanku tentangmu. Tapi, ini sungguh aneh. Kita sering bertemu dan sering merasa cemburu satu sama lain tapi aku masih tidak bisa melihat pikiranmu tentangku."

"Kenapa tiba-tiba membicarakan ini?" Tanya Kakashi bingung. Pandangannya tak bisa lepas dari gadis yang sedang membelakanginya.

"Aku hanya mengutarakan perasaanku. Aku ingin meminta jawabanmu sekali lagi sebelum memberikan hatiku kebebasan untuk mencintaimu, sensei." Sakura menunduk lesuh setelah mengungkapkan perasaannya. Ia meramas ujung bajunya menghilangkan gugup yang menyelimutinya.

Hening. Tidak ada yang bersuara di antara mereka. Sakura berani bersumpah akan melempar Kakashi sampai ke Sunagakure kalau ia menghilang dari belakang gadis itu.

Sakura memutar tubuhnya kembali menghadap Kakashi dan menemukan pria itu masih setia di posisinya.

Mata mereka bertemu. Lagi-lagi tatapan itu membuat wajah Sakura terasa panas.

"Aku anggap jawabanmu tidak. Aku sangat malu sekarang. Maaf." Sakura sedikit membungkuk sebelum meninggalkan Kakashi. Tapi dengan cepat Kakashi menahan pergelangan tangan Sakura untuk pergi.

"Aku tidak bermaksud mengabaikan perasaanmu—"

"Aku mengerti, sensei. Aku juga tidak memaksamu—" Tangan kekar Kakashi menarik Sakura dalam dekapannya.

Sakura hanya bisa membulatkan matanya tak percaya bisa menyandarkan diri di dada bidang Kakashi.

"Jangan memotongku kalau sedang berbicara. Aku senang mendengar kau mengutarakan perasaanmu. Aku juga merasakan hal yang sama. Tapi, aku tidak ingin ada komentar negative tentang hubungan ini menyakitimu. Hubungan antara mantan guru dan mantan murid?" Ungkap Kakashi. Ia tidak menyangka dirinya bisa jatuh cinta pada muridnya sendiri. Dan tidak ingin melihat Sakura terluka karena hubungan mereka selanjutnya.

Sakura meloloskan diri dari dekapan Kakashi. Gadis itu menggeleng pelan. "Aku tidak peduli. Dan aku tidak akan memaafkanmu kalau kau berani mengabaikanku!" Ucap Sakura dengan tegas. Layaknya Tsunade saat memberi perintah serius kepada bawahannya.

Kakashi sempat bungkam dibuatnya. Selain semua ilmu yang sudah gadis itu kuasai, sekarang gadis itu juga menguasai sikap Hokage kelima? Kakashi mendengus pelan.

"Baiklah kalau itu membuatmu senang, Sakura." Kakashi menarik dagu Sakura menatapnya.

Perlahan ia mendekatkan wajahnya yang masih dilapisi oleh masker hitam ke wajah Sakura. Sakura tak bergeming. Gadis itu hanya memejamkan matanya saat Kakashi menempelkan bibirnya yang terhalang oleh masker ke bibir Sakura.

CUP

Kecupan singkat yang Kakashi berikan sukses membuat Sakura salah tingkah.

"Apa yang akan Naruto-kun katakan saat mengetahui Sakura-chan sudah tidak lagi perawan?" Suara itu menganggu kenyamanan dua sejoli yang sedang dimabuk cinta itu.

Sakura sangat mengenali suara menyebalkan itu. Suara pria yang membeberkan tentangnya dan Kakashi kepada gadis berambut pirang.

Shimura Sai. Sakura sangat ingin melayangkan tinjunya ke wajah datar Sai sebelum seseorang menyusul Sai keluar dari tempat persembunyian mereka saat mengintip dirinya dan Kakashi.

"Kalian mengintip kami?" Tanya Sakura dengan tatapan mematikannya.

Sai hendak menjawab Sakura dengan senyum palsu yang selalu terpasang di wajahnya, tapi Yamato—orang yang keluar dari persembunyian itu, lebih dulu berbicara.

"Hehee.. gomen, senpai. Aku tidak bermaksud mengganggu waktu kalian. Kami hanya datang di waktu yang tidak tepat." Yamato mengusap tengkuknya yang ikut salah tingkah.

Di lain tempat, wajah Sakura terlihat mendidih sambil menatap tajam Sai yang berdiri tak jauh darinya.

Sudah tidak perawan kau bilang? Benak Sakura terus mengulangi perkataan Sai yang sangat menyinggungnya. Amarahnya telah berkumpul menjadi chakra di tangan kanannya dan bersiap melayangkan tinjunya ke wajah sialan itu.

"Sialan kau SAAIIII!!!" Teriak Sakura. Tangannya mengepal melayangkan tinju ke wajah putih pucat itu.

Tapi tangan kekar menahan pergerakannya. Sakura mendengus kesal. Ia sedang emosi tapi malah ditahan. Tidak perawan, huh?

"Sudahlah, tidak ada untungnya berbicara dengan kalian. Aku pergi dulu." Sakura melangkah pergi meninggal ketiga orang itu. Amarahnya meluap-lupa, tapi untuk hari ini ia maafkan karena Kakashi berhasil menahannya sebelum Sai berakhir di rumah sakit.

.
.
.

T B C

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang