"Kaa-san, aku berangkat," teriak Sara. Gadis kecil itu menarik tasnya di atas meja dan berlari keluar rumah. Gara-gara menemani Obito dan Rin—adik kembarnya yang masih kecil—bermain hingga larut malam, ia sampai telat bangun pagi dan sebentar lagi pelajaran di akademi akan mulai. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana respon para sensei bahwa Hatake Sara si murid paling rajin datang terlambat.
"Baiklah, hati-hati," ucap Sakura yang kerepotan di dapur. Sama halnya dengan Sara, ia juga tidur larut karena si kembar kecil yang tak ingin tidur, bahkan lebih parahnya lagi ia tidak tidur karena Obito dan Rin selalu membangunkannya dengan segala cara.
"Kaa-chan, kaa-chan, kaa—"
"Ada apa Obito?" Tanya Sakura mengalihkan pandangannya pada Obito di depannya.
"Ayl becaal.." seru Obito dengan wajah masam.
Sakura mengerutkan keningnya bingung. Ia tidak mengerti apa yang Obito katakan. Hidung Sakura mencium sesuatu, sesuatu yang berbau, dan sekarang ia mengerti apa yang Obito bicarakan. Kalau saja kotoran itu tidak berbau, ia tidak akan menyadari kalau Obito sedang buang air besar di tempatnya.
"Astaga, Obito, ayo kita bersihkan tubuhmu dulu," Sakura beranjak dari samping Rin yang tertawa melihat wajah masam Obito. Melihat saudara kembarnya di gendong entah kemana, Rin jadi penasaran dan mengikuti kemana Sakura berjalan.
"Kaa-chan, nii-chan oyokk,"
"Uhh," Obito mengembungkan kedua pipi tembemnya kesal karena diejek, membuatnya terlihat sangat imut.
Sementara Sakura membersihkan Obito yang buang air besar di celana, Rin yang bosan menunggu Obito selesai mengeluarkan semua kotorannya memilih untuk bermain sendiri.
Hari ini sangat melelahkan untuk Sakura, ia bahkan sampai tertidur di atas lantai beralaskan karpet. Melupakan sekejap pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Ia membiarkan kedua anak kembarnya bermain bersama selagi pintu rumah tidak terbuka, mereka tidak akan bisa keluar.
Rin yang tengah bermain bersama Obito merasa lapar, ingin memakan sesuatu untuk mengganjal perutnya. Ia mengajak Obito untuk mengikutinya ke dapur. Iris onyx-nya menerawang setiap sudut dapur mencari sesuatu yang bisa ia makan.
Obito memperhatikan Rin yang sedang serius memperhatikan sesuatu, tapi ia tidak tau apa yang membuat Rin sampai serius seperti itu. Karena penasaran, Obito pun bertanya pada saudara kembarnya.
"Nani, Rin-chan?" Tanya Obito tapi tidak ada jawaban dari Rin yang masih bergeming di tempatnya berdiri. Merasa diabaikan, Obito memilih untuk kembali ke samping Sakura yang sedang tertidur lelap.
"Nii-chan, keyipik itu.." seru Rin berbinar-binar melihat bungkusan keripik yang tertata rapi di atas meja.
Obito melihat ke arah Rin menatap. Senyum Obito merekah saat mengerti apa yang Rin pikirkan. Mereka akhirnya bekerjasama menarik kursi mendekati meja yang cukup tinggi itu. Obito mempersilahkan Rin naik sedangkan dirinya akan menunggu di bawah sambil mengawasi Rin.
Setelah susah payah menaikkan pantatnya yang besar karena popok yang dipakainya, akhirnya Rin naik dengan selamat dan mengambil keripik seraya tertawa gembira. Obito ikut senang melihatnya, mereka bisa melakukan apapun tanpa bantuan dari orang dewasa, itu sangat membanggakan untuknya. Obito bertepuk tangan lalu menyuruh Rin segera turun. Rin mengangguk dengan kedua tangan yang memeluk erat bungkusan keripik yang dipegangnya. Kening Rin mengerut, bagaimana ia bisa turun sedangkan kedua tangannya sedang memegang keripik. Rin berpikir keras.
"Ahh.." Suatu ide terlintas di pikirannya. Ia lalu duduk sambil menggeser-geserkan pantatnya perlahan ke pinggir kursi. Tapi rencananya gagal karena kakinya lebih dulu terpeleset sebelum duduk alhasil tubuh mungilnya akan membentur lantai.
Obito yang sejak tadi hanya melihat langsung menegang, saudara kembarnya akan jatuh dan ia tidak tau harus bagaimana.
"Dapat," sahut suara bariton. Tubuh mungil Rin yang hampir jatuh ditangkap dengan sigap oleh pria bermasker yang tak lain adalah ayah mereka.
"Hihihi.." Rin cekikikan karena ia selamat dari sakit yang akan menimpanya, itu karena pahlawan kesayangannya datang tepat waktu menolongnya.
"Tou-chan.." seru Obito senang melihat kedatangan Kakashi yang tepat waktu.
"Wah.. kalau saja aku tidak datang, kau bisa terluka dasar anak nakal," Kakashi memarahi Rin yang terlihat senang walau ia sedang memarahinya. Kakashi merasa tak tega harus memarahi gadis kecilnya yang imut.
"Dan dimana kaa-san?" Tanya Kakashi menggendong kedua anaknya ke ruang tengah, tempat biasa keluarga kecilnya berkumpul menghabiskan waktu bersama di dalam rumah.
"Kaa-chan cedang tiydul." Jawab Obito.
Kakashi menurunkan Obito dan Rin di samping Sakura. Ia tidak tega membangunkan Sakura, tapi ide jahil untuk menganggu wanita itu lebih menguasai tubuhnya.
"Mari bangunkan kaa-san," seru Kakashi semangat. Rin dan Obito langsung menaiki tubuh Sakura lalu mencium wajah Sakura bertubi-tubi, meninggalkan air liur yang membasahi wajahnya.
"Uhh," erang Sakura. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang sangat lelah.
Obito dan Rin lalu berlari ke arah Kakashi meminta perlindungan kalau ibu merah mudanya mengamuk.
Sakura bangun dan memilih duduk. Ia berdecak kesal, ternyata dalangnya adalah Kakashi.
"Keterlaluan membangunkanku yang baru saja tidur, mau membantu Kaa-san menghukum pria ini?" Tanya Sakura pada Obito dan Rin.
"Ayeyy kapten," seru Sara dengan bersemangat. Ia baru saja kembali dari akademi dan mendengar keributan dari dalam. Ternyata keluarganya sedang berkumpul. Sara tentu sangat senang melihat keluarganya sebahagia ini.
Sara berlari menerjang Kakashi yang was-was melihat musuh telah mengepungnya. Obito dan Rin cekikikan melihat Kakashi yang digelitik oleh Sakura dan Sara. Tak ingin ketinggalan hal menyenangkan itu, Obito juga ikut menerjang Kakashi dengan meninju lengan pria itu.
"Aaa.. to-tou-san kalah," ucap Kakashi kelelahan setelah digelitik tanpa ampun oleh Sakura.
"Tidak seru! Tou-san cepat sekali kalahnya," gerutu Sara.
"Baiklah, empat lawan satu, aku akan menangkap kalian semua," Kakashi berdiri dan terjadilah kejar mengejar di ruangan yang penuh tawa Obito dan Rin itu.
Kakashi menangkap Sakura dan menarik wanita itu dalam pelukannya. Ia sangat bahagia saat ini berkumpul bersama keluarga tercintanya.
"Terima kasih," bisik Kakashi di telinga Sakura. Hanya dua kata yang Kakashi ucapkan, tapi ada beribu-ribu makna tersembunyi yang Sakura dengar dalam dua kata itu.
Sakura mengangguk kecil lalu berbalik mencium bibir Kakashi sekilas. "Sama-sama,"
"Wahh.. sepertinya kaa-san akan mengkhianati kita, Obito, Rin," seru Sara melihat kedekatan orang tuanya.
Kakashi tersenyum jahil dan kembali bermain bersama anak-anak dan istrinya. Ingin rasanya Kakashi menghentikan waktu agar mereka bisa terus seperti ini selamanya. Keluarganya sangat bahagia dan ia akan menjaga kebahagiaan keluarganya ini. Kakashi berjanji.
Bonus Chapter Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fanfiction[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...