29 - Kembalinya Si Kuning (3)

6.1K 392 7
                                    

"Jadi tolong jelaskan apa hubungan kalian berdua di belakangku! SELAMA.. AKU.. TIDAK.. DI.. DESA.." titah Naruto emosi. Ia bahkan memberi penekanan pada setiap kata di kalimat terakhir yang diucapkannya. Tangannya mengilang di depan dada. Iris mata biru sapphire-nya menatap tajam ke arah Kakashi dan Sakura bergantian.

Sakura terdiam. Ia memberi kode pada Kakashi agar pria itu menjelaskan semuanya.

"Ini terjadi begitu saja, salahkan dirimu meninggalkan Sakura sampai ke luar desa. Karena kau tidak ada, takdir memberikan dia padaku," sahut Kakashi sarkas dengan nada sombong yang terdengar jelas dari mulutnya.

Naruto menganga lebar. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Kakashi bicarakan. Jangan salahkan otaknya yang lalot, hanya saja Kakashi terlalu berbelit-belit setiap ia berbicara, itu menurut Naruto pribadi.

Sakura menggeleng pelan. Salahnya karena menyuruh Kakashi berbicara. Pria itu memang terlalu berbelit-belit, apa ia lupa kalau otak naruto hanya sebesar buah tomat?

"Kami menunggumu datang, tapi sayang sekali kau tidak datang ke pernikahan Sakura dan Kakashi-sensei," pemilik suara datar yang tak lain milik Sai mengalihkan pandangan ketiga pasang mata di ruang Hokage ke pintu yang baru saja terbuka.

"Kau berhutang penjelasan padaku, Naruto! Kenapa kau tidak datang ke pernikahanku? Aku sudah mengirimkanmu undangan,"

"Eh? Aku tidak mendapat undangan sama sekali," jawab Naruto dengan wajah polosnya. Naruto berkata jujur, ia memang tidak mendapatkan surat apa-apa selama ini. Jadi kemana surat itu?

"Gomen semuanya, terlebih untuk Naruto, sebenarnya surat itu ada, tapi aku menyembunyikannya, hehe.." suara Jiraiya mengintrupsi dari arah jendela yang terbuka lebar.

"APAA?! KENAPA KAU MENYEMBUNYIKANNYA DARIKU?!" Amuk Naruto siap melayangkan rasengan-nya pada Jiraiya, tapi pria tua itu berhasil menghindar sebelum tubuhnya hancur terkena rasengan.

"Hehehe.. maafkan aku, Naruto, itu demi dirimu. Kalau aku memperlihatkannya, yang ada konsentrasi latihanmu akan buyar," Jiraiya hanya terkikik di tempatnya. Tanpa rasa bersalah setelah menyembunyikan sesuatu yang sangat penting untuk Naruto.

"TIDAK AKAN KU MAAFKAN! Andai saja kau memberiku surat itu, aku masih bisa mencegah pernikahan mereka," cerocos Naruto memanyunkan bibirnya kesal.

"Kau bilang apa, Naruto?" Suara Sakura membuat bulu kuduk Naruto berdiri. Ia hanya memlemparkan Sakura senyum lebarnya sambil cengengesan layaknya orang gila.

"Oh ya, apa yang kau lakukan disini, Sai?" Tanya Kakashi beralih pada pria berkulit pucat.

Sai tersenyum ke arah Sakura penuh arti. "Aku ingn berbicara empat mata dengan Sakura, bisakah?" Tanya Sai dengan sopan.

Kakashi mengerutkan dahinya, meminta penjelasan pada Sai. Tak biasanya Sai berbicara empat mata dengan Sakura, biasanya ia langsung memberitahu apa yang ingin ia katakan.

Sai mengerti raut wajah Kakashi yang mengintimidasinya, tapi ia pikir ini adalah pertanyaan pribadi dan mungkin sedikit memalukan jika didengar oleh banyak orang. Tunggu, apa barusan Sai merasa malu? Astaga sejak kapan dia memiliki perasaan? Itu sungguh aneh.

"Tentu, mari bicara,"

"Tidak." Bantah Kakashi. Kakashi menahan tangan Sakura yang hendak berdiri. Barusaja Sakura beristirahat dan sekarang ia harus pergi bersama Sai untuk kepentingan pribadi pria pucat itu? Sebagai suami ia akan menolak ajakan Sai.

"Kurasa pria satu ini sedang cemburu atau kau ingin tau apa yang ingin kami bicarakan, sensei?" Tanya Sai sarkas. Senyum palsu yang selalu ia pamerkan membuat Kakashi muak dan tidak ingin berdebat lebih lama lagi. Ia masih memiliki tugas yang lebih penting daripada pembicaraan antar mantan muridnya. Membaca semua dokumen yang bertumpuk di atas mejanya.

Kakashi menghela napas, ia mempersilahkan Sai dan Sakura berbicara berdua di ruangan lain sedangkan Naruto selalu mengekori Sakura kemanapun wanita itu pergi. Setidaknya Naruto akan menjaga Sakura sedang dirinya sibuk meladeni dokumen-dokumen di depannya.

.
.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan, Sai?" Tanya Sakura membuka pembicaraan mereka. Naruto hanya sibuk menyimak setiap kata yang keluar dari dua insan berlawan jenis di hadapannya.

Sai berdehem, "Sebaiknya kau pergi karena ini tidak ada hubungannya sama sekali denganmu, Naruto?"

"Kau ini jahat sekali, Sai! Kita kan teman setim dan seharusnya kau membagi kabar padaku juga," Naruto memanyunkan bibirnya tak suka bila dirinya diusir lagi.

Sakura tersenyum simpul, menyetujui apa yang Naruto katakan barusan.

"Hmm.. baiklah," ucap Sai pasrah. "Kau tau? Ada yang aneh dengan Ino akhir-akhir ini."

Sakura memiringkan kepalanya untuk memikirkan hal aneh apa yang membuat Sai khawatir tentang wanita pirang itu.

"Dia suka meminta suatu hal yang sangat aneh, bahkan di buku yang kubaca tidak dapat membuatku mengerti. Dia bahkan membangunkanku tengah malam dan ingin dibuatkan udon, bahkan aku harus ke desa lain untuk mencarikannya bunga aneh yang dimintanya, dia akan menangis jika permintaannya diabaikan," jelas Sai.

Sakura tertawa, ia pikir Sai adalah orang yang pintar, tapi dalam urusan seperti ini Sai sangat bodoh. Ia akan memakluminya karena Sai tidak pernah mempelajari tentang wanita yang sedang hamil.

"Tunggu, kau dan Ino? Apa kalian tinggal serumah?" Tanya Naruto penasaran.

Sai mengangguk mantap, membuat Naruto membulatkan mata tidak percaya. "KALIAN BERDUA MESUM!"

Sakura langsung melayangkan tinjunya pada Naruto yang asal bicara. "Mereka sudah menikah, sudah sepatutnya mereka tinggal bersama!"

"APA?? KAU DAN INO SUDAH MENIKAH DAN LAGI-LAGI AKU TIDAK DIUNDANG?"

"Kami sudah mengirimkanmu undangan, tapi kau sama sekali tidak datang, aku sedikit kecewa karena teman setimku tidak datang," bantah Sai tidak ingin disalahkan. Ia benar-benar sudah mengirimkan Naruto undangan pernikahannya dan Ino tapi pria berambut jabrik itu tidak datang.

Naruto mendengus kesal, ia menyumpahi Jiraiya yang menahan undangan pernikahan sahabat-sahabatnya. Naruto tertunduk lesuh di hadapan Sakura. Ia memikirkan sesuatu yang baru saja ia sadari.

"Jangan-jangan hanya aku yang belum menikah?" Tanya Naruto asal.

"Ada Hinata yang selalu menunggumu, Naruto," jawab Sakura sukses membuat wajah Naruto memanas.

"Ba-bagaimana dengan Lee? Shikamaru? Chouji?"

"Belum,"

Naruto merasa legah, ia pikir hanya dirinyalah yang belum menikah, tapi ternyata banyak temannya yang masih berstatus lajang sepertinya.

.
.
.

T B C

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang