4 - Perasaan yang bergejolak

10.5K 733 43
                                    

"Sakura!" Panggil seorang gadis dengan riang sambil melambaikan tangannya ke arah Sakura.

Sakura membalas lambaian gadis pirang yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil.

"Aku dengar kau ada misi dari Tsunade-sama?"

"Iya, kemarin. Sekarang sudah selesai. Kenapa memangnya?" Tanya Sakura.

Kedua gadis itu berjalan tanpa arah. Mereka hanya menyusuri jalanan ramai itu sambil berbincang.

"Kau pergi misi bersama siapa?"

"Kakashi-sensei." Jawab Sakura sekenanya.

Ino hanya ber-oh ria. "Sudah lama tidak melihat sensei itu. Apa dia masih hidup sendirian?"

Sakura awalnya bingung kenapa Ino menanyakan hal itu padanya. Tapi, ia tetap menjawab dengan gelengan.

"Astaga, sensei itu harus diberi pencerahan untuk segera menikah. Aku dengar, para petua akan mengajukan Kakashi-sensei untuk menggantikan posisi Tsunade-sama."

"Apa hubungannya status Kakashi-sensei dan jabatan Hokage yang akan ia duduki?"

Ino mengangkat bahunya acuh. "Tidak apa-apa. Hanya saja dia sudah tua dan dia satu-satunya dari klan Hatake. Padahal klannya hebat, tapi sepertinya ia adalah klan Hatake terakhir."

"Aku tidak setua itu." Suara bariton itu membuat kedua gadis yang sedang berbincang tiba-tiba menegang.

Ino merasa sangat bersalah telah membicarakan Kakashi. Alhasil, orang yang dibicarakan muncul dan mendengar ucapannya yang mengarah ke gossip.

"Matilah aku. Kami-sama, kumohon tolong aku." Ucap Ino berbisik-bisik tapi masih dapat di dengar Sakura.

Sakura terkikik geli mendengar Ino yang wajahnya pucat pasih saat mendengar suara bariton yang familiar- Kakashi.

Sakura berbalik dan melihat Kakashi yang berdiri sambil membaca buku oranye kesayangannya.

"Sensei." Seru Sakura dengan senyum termanis yang tak pernah ia perlihatkan kepada orang lain.

Kakashi menurunkan buku bacaannya hingga bisa melihat wajah Sakura yang tersenyum manis di depannya.

"Yo."

Setelah mengatur napas dan tubuhnya yang tegang tadi. Ino akhirnya ikut mebalikkan tubuhnya dan tersenyum kaku ke arah Kakashi.

"Ka.. kakashi-sensei, aku.. aku tidak bermaksud mengatakan kau tua, dan tentang klanmu itu. Aku hanya.. hanya menyayangkan kalau tidak ada penerus selanjutnya." Ucap Ino terbata-bata. Ia salah tingkah. Wajahnya pucatnya memerah.

Kakashi tersenyum dibalik maskernya.

"Kau tidak usah mencemaskan tentang klanku." Ucap Kakashi. Ia menepuk-nepuk puncak kepala Ino dengan ramah.

Ino makin salah tingkah di depan Kakashi.

"Kau mau kemana, sensei?" Sakura mengalihkan pembicaraan mereka. Ia tak tega melihat Ino yang tertekan dengan pembicaraan itu.

"Ke tempat biasa." Jawab Kakashi singkat.

"Aku ikut, sekalian mau latihan juga." Sakura menarik tangan Kakashi dan meninggalkan Ino yang melongo melihat Sakura yang menggandeng tangan Kakashi.

.
.

Sakura memejamkan matanya saat mereka telah sampai di tempat latihan tim 7 dulu. Ia menghembuskan nafas perlahan seraya mengingat setiap moment yang pernah mereka lewatkan bersama.

Kakashi bersandar di batang pohon belakang Sakura. Ia tidak tertarik untuk mengingat masa lalu lagi.

"Aku merindukan masa dimana kita latihan bersama." Sakura memecah keheningan. Ia menghampiri Kakashi dan ikut duduk di samping pria itu.

"Kau merindukan masa latihan atau merindukan Sasuke?"

Saat itu juga, jantung Sakura seperti berhenti saat nama itu disebut.

"Ti-tidak."

"Kenapa?"

Sakura terdiam sejenak. Ia memang merindukan orang itu. Tapi, apapun yang terjadi di masa lalu, ia harus terus melangkah ke depan. Ia tidak bisa terus menunggu sampai pria itu- Sasuke, membalas cinta yang tak akan pernah diakui oleh pria itu.

Sakura juga memiliki hati. Apalagi ia adalah seorang perempuan yang memiliki hati yang rapuh.

"Karena tempat untuk pulang adalah tempat dimana ada orang yang selalu memikirkanmu." Ucap Sakura. Ia menengadahkan kepalanya, menatap langit biru yang dihiasi awan putih dan angin sejuk menyelimuti mereka.

Kakashi hanya melirik Sakura tanpa menoleh ke gadis itu.

"Siapa?"

"Tidak tau. Aku hanya bisa menunggu seseorang untuk memilih hati gadis lemah ini."

"Kenapa kau tidak mencari saja? Kau tahu kan Lee menyukaimu?"

"Bagaimana denganmu? Kenapa kau masih sendiri?" Sakura balik bertanya kepada Kakashi. Ia menolehkan kepalanya menatap Kakashi, menunggu jawaban dari pria itu.

"Aku tidak tertarik. Bukan berarti karena aku tidak tertarik, jangan berpikir bahwa aku menyukai sesama jenis. Aku normal." Jelas Kakashi. Ia tidak ingin kalau orang-orang salah paham karena tidak ketertarikannya dalam hubungan seperti itu.

Sakura mendekati Kakashi. Tangannya ia topangkan ke samping tubuh Kakashi. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah pria itu.

Jantung Kakashi berdetak tak normal. Ia berpikir untuk memeriksanya. Mungkin ia memiliki riwayat penyakit jantung.

"Saku..ra." Suara bariton itu tercekat.

"Kau mungkin tidak tertarik untuk menjalankan suatu hubungan. Tapi, apa ini membuatmu berdebar, Kakashi?" Suara gadis itu terdengar sangat menggoda di telinga Kakashi.

Kakashi menyeringai dibalik maskernya. Sakura dapat melihat lekukan bibir Kakashi yang tercetak di maskernya.

Kakashi menarik tangan gadis itu dan mendorong tubuh mungil itu hingga berada di bawahnya. Tangan kanannya melingkar di perut gadis itu dan sebelah tangannya lagi membelai wajah Sakura dengan lembut.

Sakura terkejut dengan reaksi Kakashi. Ia menelan salivanya dengan susah payah saat mata mereka bertemu. Apalagi tangan Kakashi yang melingkar di perutnya. Ia merasa ada ribuan kupu-kupu memenuhi perutnya.

"Yang tersulit dalam menjalani hubungan adalah menahan hasrat saat bersama orang yang kau sukai." Kakashi mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

Sakura memejamkan matanya saat wajah Kakashi mendekat. Jantungnya berdebar sangat kencang saat ini. Ia tidak tahu harus melakukan apa dan tidak tau perasaan bergejolak aneh apa ini yang memenuhi tubuhnya.

10 detik

30 detik

1 menit

Gadis itu memilih membuka matanya saat tidak ada pergerakan yang terjadi.

"Kenapa kau memejamkan matamu?" Pertanyaan itu keluar setelah emerald Sakura menatap onyx miliknya.

Sakura terlihat kesal karena merasa dipermainkan oleh pria itu. Ia mengepalkan tangannya bersiap untuk menerbangkannya.

"Hyaaa." Teriak Sakura. Dengan sekali pukulan. Kakashi terlempar jauh darinya. Menabrak pohon-pohon hingga tumbang.

Sakura berdiri dengan perasaan gusar. Ia meninggalkan Kakashi yang terlihat kesakitan akibat pukulannya. Tapi ia tidak peduli. Ia lebih memilih meninggalkan pria itu dan kembali ke flat-nya.

.
.
.

T B C

Next?

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang