23 - A Celebrate (2)

5.9K 431 14
                                    

"Selamat atas pernikahan kalian!" Seru Ino seraya mengangkat gelasnya lalu meminumnya yang diikuti secara spontan oleh yang lainnya.

"Aku tidak menyangka, kau akan menikah secepat ini," kata Tenten menggoda Sakura.

Wajah Sakura memerah panas. Ia juga tak menyangka akan secepat ini, jika saja ia tidak sedang mengandung janin milik Kakashi.

"Makanya, kalian cepat-cepatlah menyusul, biar anak kita berteman seperti orang tuanya," ujar Sakura dengan sumringah.

"Hinata mungkin akan lama menyusul," goda Ino pada Hinata yang wajahnya sudah semerah tomat.

"I-Ino, apa maksudmu?" Tanya Hinata polos. Nada kegugupannya masih terdengar jelas. Ia tak berubah.

"Kau tau kan Naruto sedang meningkatkan jurus-jurus terbaru yang akan di ajarkan Jiraiya-sama padanya, dan tidak ada yang tahu kapan dia akan kembali ke Konoha." Jelas Ino.

"Jadi Hinata menyukai Naruto?" Tanya Yamato yang tidak tau apa-apa tentang kehidupan generasi di bawahnya.

Ino dan Tenten mengangguk mantap. "Dia sudah menyukai Naruto sejak memasuki akademi," ungkap Tenten.

"Aku mengasihani Hinata karena menyukai Naruto yang sangat bodoh itu, tapi walau seperti itu sekarang dia sudah tumbuh dewasa dan semakin tampan, kekuatannya sudah tak lagi sama seperti saat di akadami, Naruto bahkan yang menolong kelima negara besar dari perang dunia keempat." Celoteh Ino dengan semangat.

"Ino-san," lirih Hinata seraya menutup wajah merahnya. Ia tak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya jika membicarakan tentang Naruto.

Di sela-sela mereka yang sedang menggoda Hinata. Sakura dan Kakashi duduk berdampingan dan saling mengobrol, mengacuhkan kelima orang di hadapan mereka.

"Sakura, kau harus bertanggung jawab karena uangku yang akan habis karenamu,"

"Itu bukan salahku, itu salahmu yang tiba-tiba muncul," ucap Sakura tak mau disalahkan.

"Hm, jangan minum alkohol,"

Sakura memutar bola matanya kesal. Tak perlu Kakashi ingatkan juga ia akan melakukannya. Ia tak mungkin membahayakan janin yang sedang di kandungnya. Bahkan usia janin itu masih sangat dini.

"Oh ayolah Sakura, Kakashi-sensei, kalian jangan berbisik-bisik begitu. Aku jadi sedikit iri. Sai bahkan hanya mengangguk jika aku mencoba berbicara dengannya," gerutu Ino kesal. Bukan karena Kakashi dan Sakura, tapi Sai yang hanya merespon ucapannya dengan anggukan atau 'iya'. Itu membuat gemas terhadap Sai.

"Tidak usah iri, mari bersulang untuk hari keperawanan Sakura yang terakhir!" Seru Tenten seraya mengangkat gelasnya untuk bersulang.

"Bukankah Sakura sudah tidak perawan lagi? Dia kan sedang hamil?" Tanya Sai dengan polos tanpa ada ekspresi rasa bersalah di wajahnya setelah membocorkan rahasia yang harusnya hanya diketahui oleh Kakashi dan Sakura saja. Bagaimana ia bisa tau kalau Sakura hamil?

Mata Sakura membulat, memelototi Sai yang duduk di depannya. Kalau saja tak ada meja yang menghalanginya dengan Sai. Ia tidak akan segan-segan menghampiri Sai dan melayangkan bogem mentah ke wajah sialannya itu.

Berbeda dengan Sakura, Kakashi hanya diam tanpa ekspresi. Ia sempat melirik Sakura yang gelisah di sampingnya. Ia pikir Sakura sudah memberitahu Ino soal kehamilannya karena mereka sangat dekat. Tapi sepertinya tak ada yang tau tentang kehamilan Sakura karena semua orang di sekeliling meja menatap Sakura terkejut dengan mulut menganga.

Ino menggebrak meja dengan Kasar. Tenten, Hinata, dan Yamato dibuat buyar. Mereka masih dikejutkan dengan apa yang dikatakan Sai.

"Hahaha.. kau ada-ada saja, Sai," tawa Yamato terdengar hambar. Semua pasang mata meliriknya dengan berbagai ekspresi.

"Itu benar." Sakura akhirnya membuka suara. Mengonfirmasi bahwa yang dikatakan Sai itu benar adanya. Ia sedang mengandung. Ia tak bisa mengelak lagi, ia bisa saja menyembunyikan kehamilannya, tapi jika saja janinnya itu mendengarnya pasti ia akan sakit hati. Sakura tak mau membuat janinnya sedih.

Mereka kembali ternganga mendengar Sakura membenarkan ucapan Sai.

"Jadi, jadi, kau dan Kakashi-sensei sudah.." wajah Ino memerah membayangkan yang sahabat merah mudanya itu. Begitupun juga dengan Tenten, Hinata dan Yamato yang masih tertawa hambar.

Sakura merasa gugup, ia tak tau harus menjelaskan seperti apa. Tangan Kakashi bergerak mengelus tangan Sakura. Ia mencoba menyalurkan kepercayaan dirinya pada wanitanya.

"Iya, begitulah, aku sedang hamil," Sakura mengelus perutnya yang masih rata. Senyum manisnya mereka mengingat ada kehidupan lain di dalam sana.

"Astaga! Sakura! Aku tidak percaya ini, kenapa kau menyembunyikan berita ini dariku? Aku akan memiliki keponakan lebih cepat," Ino berbinar-binar. Ia berpindah tempat di samping Sakura.

Sakura sendiri merasa terkejut dengan respon Ino yang biasa saja dan malah senang mendengar kehamilannya. Gadis pirang itu tidak tidak mengejeknya? Oh tidak, Sakura sangat terharu.

"Sakura-chan, kau be-benar h..hamil?" Tanya Hinata gugup mendengar kata Hamil. Apalagi ia sangat polos dan tidak menduga Sakura akan hamil di luar nikah.

Sakura mengangguk lemas.

"Jadi, Kakashi-sensei, apa ukuran dada Sakura pas di tanganmu?" Pertanyaan Ino sukses membuat wajah mereka memerah tomat. Tak terkecuali Kakashi dan Sai yang biasa menggunakan wajah dingin dan datarnya.

"INO!" Bentak Sakura tak suka. Itu hal priviasi yang seharusnya Ino tidak bicarakan.

"Wajahmu memerah, Sakura," tawa Ino meledak. Tidak peduli lagi dengan pengunjung lain yang melihatnya bingung.

"Bagaimana rasanya, sensei?" Giliran Sai yang menggoda Kakashi. Sebanarnya ia tidak bermaksud menggoda, hanya ingin bertanya saja. Karena di buku yang ia baca, rasanya sangat nikmat?

"Kenapa kau tidak rasakam saja sendiri?" Kalimat itu sukses membuat Ino melotot. Yang benar saja, Sai ingin melakukan itu? Hahaha, dengan siapa?

Sai melirik Ino yang balik meliriknya. Tatapan mereka bertemu. Ino terperangah dengan tatapan dingin itu. Bisakah ia tetap dengan posisi itu?
Sedetik kemudian, Sai melengkungkan sudut bibirnya membentuk senyuman. Ino menjadi salah tingkah. Apa maksud pria itu yang tiba-tiba tersenyum padanya?

Tubuh Ino seketika tegang. Darahnya berdesir hebat. Ia tak mampu mengeluarkan sepatah katapun saat mengerti dengan senyum bodoh itu.

"Maukah kau, Ino?" Lagi-lagi kalimat itu membuat semua pasang mata melotot kaget, kecuali Kakashi.

"Sai!?" Ucap Sakura, Yamato, Hinata, dan Tenten bersamaan.

Suasana di tempat mereka semakin mencekam, seharusnya mereka tidak merasa kepanasan karena udara sedang dingin. Tapi malam ini berbeda, salahkan Ino yang memulai topik aneh tersebut.

.
.
.

T B C

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang