Kakashi dan Sakura duduk berdampingan di hadapan para teman-teman angkatan Sakura yang Ino panggil secara brutal. Gadis pirang itu tak segan menarik mereka dan menyeretnya ke kedai makanan tempat mereka sering berkumpul—menikmati daging panggang bersama— untuk mendengar pengakuan Sakura.
"Cepat katakan, kalian memiliki hubungan apa, huh?" Bentak Ino menatap Sakura tajam.
"Sabarlah, Ino, jangan membuat mereka tertekan." Seru Tenten di samping Ino.
Ino memejamkan mata sambil mengatur napasnya agar tak terbawa emosi. Ia kembali menatap Sakura dan Kakashi secara bergantian.
Kakashi hanya memasang wajah datar, tak menyukai keadaan ramai ini.
"Aku masih tidak mengerti kenapa kami dikumpulkan dan ada apa memangnya dengan Sakura dan Kakashi-sensei?" Chouji membuka suara karena bingung dengan apa yang telah terjadi dan apa yang tak diketahuinya?
Shikamaru hanya bergumam, menanggapi Chouji yang sama bingungnya dengannya.
"Cepat katakan ada apa ini? Aku mulai tak sabaran!" Gerutu Kiba karena masih tak mengetahui apa yang menjadi inti pokok permasalahan ini.
Sakura berdehem membuat mereka fokus menatap Sakura lagi. "Hm.."
"Cepat jelaskan!" Lagi-lagi Ino membentak tidak sabaran menunggu penjelasan Sakura.
"Ino-san.." lirih Hinata. Ino lagi-lagi menghembuskan napasnya dengan kasar untuk mengontrol emosinya. Dugaannya benar, ada yang tidak beres dengan Sakura dan Kakashi akhir-akhir ini. Sakura merahasiakan hubungan mereka dari sahabatnya, itu fakta yang sangat membuat Ino marah. Apalagi setelah melihat mereka berpelukan di depan rumah sakit hingga membuat Lee tak sadarkan diri saking terkejutnya dan harus ditinggal di rumah sakit.
"Mungkin ini membuat kalian berpikir yang aneh-aneh tentang kami, tapi kami saling mencintai dan akan segera menikah. Maaf merahasiakannya dari kalian, aku hanya menunggu waktu yang pas. Kalian tau kan banyak yang beranggapan bahwa hubungan antara murid dan sensei adalah hal yang tabu, aku juga dulu mengatakan seperti itu, tapi yang sekarang terjadi padaku tercermin dalam pribahasa 'senjata makan tuan'. Aku dan Kakashi-sensei.. kau tau, akan segera menikah." Ucap Sakura panjang lebar. Ia menunggu reaksi teman-temannya terhadapnya. Ia akan menerima semua cacian yang dilontarkan padanya, tidak apa-apa.
"APAA!!?" Ino adalah orang pertama yang bersuara setelah Sakura menyelesaikan pidatonya. Ia benar-benar sangat terkejut dengan pengakuan Sakura.
"Kau laki-laki macam apa, sensei? Kenapa kau hanya diam? Kenapa tidak bersuara?" Kiba menatap tajam Kakashi yang masih setia dengan wajah datar dibalik topengnya.
Kakashi mengernyit bingung. Ia kurang mengerti apa yang Kiba katakan.
"Kau pria brengsek yang hanya bisa di—"
"Ya, aku tau aku brengsek karena menikahi muridku sendiri. Itu salahku." Kakashi langsung memotong ucapan Kiba tanpa ingin tau kelanjutannya.
Kiba mengernyit bingung. "Kenapa kau berpikir seperti itu? Aku tidak bilang bahwa menikahi murid sendiri itu perbuatan jahat."
Kakashi dan Kiba diselimuti oleh kebingungan. Terjadi perbedaan dalam pemikiran antara mereka. Sai dan Shikamaru yang melihat perdebatan mereka hanya memutar bola matanya, jenguh dengan kedua orang yang sedang dilanda kebingungan itu.
"Kalian berdua sangat membosankan." Shikamaru angkat bicara.
"Kiba tak bermaksud mengatakan apa yang kau pikirkan, dia kesal karena kau tak berkata apa-apa saat Sakura mengklarifikasi hubungan kalian." Lanjut Shikamaru.
Kakashi mengangguk mengerti. Ia sekarang paham maksud Kiba tadi.
"Dari ekspresimu, kau terlihat terpaksa dalam menjalin hubungan dengan Sakura." Kritik Sai dengan polos. Ia melirik Sakura di samping Kakashi. Ia terlihat marah. Sai bertanya-tanya ada apa dengan Sakura dengan uap yang keluar dari kepalanya.
"Sialan kau, SAIII!!" Sakura melayangkan jitakan keras di kepala Sai hingga membentur lantai dan membuatnya retak. Sakura mengarahkan tatapannya ke Kakashi meminta penjelasan.
"Tidak, wajahku memang selalu datar." Bela Kakashi yang disetujui oleh yang lainnya agar tak membuat Sakura marah lagi.
Sakira kembali menyunggingkan senyum tipis. Memang benar Kakashi selalu menampilkan raut wajah datar walau ia sedang senang maupun sedih.
"Jadi, kapan kalian menikah?" Tanya Ino mengalihkan pembicaraan.
"Minggu depan." Jawab Sakura semangat.
"Minggu depan? Kenapa cepat sekali?" Tenten angkat bicara.
"Tsunade-sama yang memintanya." Jawab Sakura lagi.
"Ada apa ramai-ramai begini? Jiwa mudaku kembali bersemangat ketika melihat kalian para anak muda sedang berkumpul—" suara Guy menciut saat melihat Kakashi yang duduk di antara para mantan murid mereka.
"KAKASHI?" Teriak Guy dengan mata bulatnya. Spontan semua yang ada disana menutup telinganya.
"Kenapa kalian berpesta hanya dengan Kakashi? Kenapa kalian tak mengundangku juga?" Suara Guy memekakan telinga mereka.
Shikamaru memutar bola matanya, jenguh dengan Guy yang terus berteriak. Telinganya sangat sakit dibuatnya. "Itu karena, Kakashi-sensei dan Sakura akan menikah." Tutur Shikamaru cepat agar Guy bisa diam atau sekedar memelankan suaranya.
Prediksi Shikamaru salah, Guy malah menaikkan suaranya membuat pelanggan lain menoleh ke meja mereka.
"APA? KAU AKAN MENIKAH? BERSAMA SAKURA?" Guy terus mengoceh tanpa melihat situasinya yang mulai menjengkelkan karena suaranya yang sangat menganggu.
"Aku pulang duluan." Pamit Sakura.
"Ya, sebaiknya kami juga pulang. Berlama-lama disini kupingku bisa tuli." Sindir Ino pada Guy yang berceloteh dengan tembok di depannya.
"Sampai jumpa lagi." Chouji melambaikan tangannya lalu meninggalkan kedai yang dipenuhi oleh suara Guy.
Kakashi dan Sakura berjalan beriringan. Seperti magnet yang tak akan terpisahkan bila bertemu.
"Aku tidak menyangka kau akan segera menikah, Kakashi. Kau tau aku sangat menyayangimu walau kita rival, tapi kenapa aku merasa tertinggal olehmu." Guy menangis pilu, membelakangi meja tempat mereka bertemu.
Hening. Tak ada suara. Guy membalikkan badannya dan hanya menemukan si pemilik kedai yang membereskan meja panjang itu.
Guy merasa diremehkan oleh Kakashi, membuatnya semakin marah. "Suatu hari nanti aku akan membuatmu bertekuk lutut, KAKASHIIII!!" Guy memberi semangat pada dirinya sendiri.
Pemilik kedai merasa sangat terganggu oleh Guy yang membuat pelanggannya takut hingga mereka semua pulang. Kesabarannya habis. Guy harus segera ia usir sebelum usahanya dibuat bangkrut oleh pria itu.
"CEPAT PERGI DARI SINI DASAR SIALAN!!" Teriak pria tua itu. Kaki rapuhnya menendang pantat Guy dengan sekuat tenaga hingga membut pria dengan pakaian serba hijau itu lari terbirit-birit sebelum pak tua itu melemparinya piring kotor.
.
.
.T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fanfiction[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...