"Tsunade-sama." Seru Shizune saat masuk ke ruang Hokage yang disusul oleh Sakura di belakangnya.
Tsunade yang sibuk bergelut dengan dokumen-dokumen yang menumpuk di atas mejanya terlihat memijat pelipisnya.
Menjadi Hokage tidak semudah yang ia bayangkan. Ia pikir ia hanya duduk memantau perkembangan desa tapi pikiran itu ditepis oleh dokumen-dokumen yang perlu dibaca sebelum ia tanda tangani.
Wanita tua itu terlihat menghembuskan nafas berat berkali-kali.
"Ada apa, Shizune?" Tanyanya dengan nada tak bersemangat. Ia butuh istirahat sekarang. Ia harus segera menyarankan Kakashi ke Daimyo untuk menggantikan posisinya.
Menghabiskan masa tua dengan kertas-kertas tak berguna di hadapannya? Itu tidak adil. Ia ingin segera pensiun dan menghabiskan masa tuanya dengan tenang tanpa terbebani sedikitpun.
"Kau terlihat tak sehat, Shisou?" Sakura turut prihatin melihat Tsunade bersama dokumen-dokumen yang membuat kantung mata wanita itu semakin besar.
"Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu menenangkan pikiranku dengan sake setelah membaca semua dokumen-dokumen sialan ini."
"Tidak, Tsunade-sama. Kau tidak boleh lagi minum, aku akan mengingatkanmu saat membelah dua kedai itu dalam kondisi mabuk." Shizune menentang Tsunade yang ingin meminum sake untuk menenangkan pikirannya.
Tsunade mendengus kasar. Ia merebahkan tubuhnya ke sandaran kursi kebesarannya.
Sakura hanya mengulum senyum melihat tingkah mereka.
"Jadi apa yang ingin kau katakan?" Tsunade mengalihkan pembicaraan. Ia terlalu malas untuk berdebat sekarang.
"Kami sudah meneliti tumbuhan merah itu dan hasilnya sangat memuaskan. Maksudnya, tumbuhan itu dapat dijadikan obat." Jelas Sakura sambil memberi sebuah kertas yang berisi hasil laporan dari penelitiannya.
Tsunade membaca tiap keterangan yang tertulis. "Beritahu divisi perkembangan obat untuk mengembang biakkan tanaman ini. Tanaman ini cukup berguna untuk aliran darah."
Sakura mengangguk mengerti kemudian pamit dan keluar dari ruang Hokage untuk memberikan tanaman ini ke divisi perkembangan obat.
.
.Siang ini Sakura hanya berjalan-jalan setelah dari rumah sakit. Ia terlalu malas untuk kembali ke flat-nya. Ia sangat bosan saat ini.
Ino sibuk dengan toko bunganya yang sedang ramai.
Sai sibuk melukis entah dimana.
Tenten dan Lee sedang ada misi. Begitu juga dengan tim Hinata.
Shikamaru dan Chouji sibuk di kantor Hokage.
Ia merasa sendiri sekarang. Ia tidak tahu harus kemana. Kakinya terus berjalan tanpa tujuan yang jelas. Sampai ia akhirnya berhenti di suatu tempat dimana Kakashi pernah mencium seorang wanita bernama Hanare karena kecerobohan Naruto hingga membuat ia dan Sasuke ikut terjatuh.
Kakashi berniat menolong wanita itu sebelum dijatuhi oleh mereka tapi tanpa ia sangka, Kakashi malah ikut terjatuh dan bibirnya yang masih ditutupi oleh masker bertemu dengan bibir Hanare.
Sakura menjadi sedikit cemburu mengingat saat Kakashi mencium Hanare.
Gadis itu juga pernah mencium Kakashi, walau terhalang oleh masker hitamnya juga. Sakura segera menepis fantasinya tentang Kakashi. Wajahnya memanas setiap memikirkan pria itu.
Ia menikmati pemandangan Konoha dari atas sana. Seandainya Kakashi ada di sampingnya, pasti sangat menyenangkan. Tapi entah dimana pria itu. Ia sangat susah ditemukan.
"Yo, Sakura." Sapa suara familiar yang membuat jantung Sakura berdetak tak karuan. Barusaja ia memikirkan pria itu, ia sudah ada saja.
Sakura menoleh dengan senyum yang tak bisa pudar dari wajahnya.
"Kakashi-sen-" Saat itu juga senyum Sakura pudar secara perlaha-lahan.
Hanare? Kebetulan sekali. Barusaja ia bernostalgia tentang wanita itu dan sekarang wanita itu muncul di hadapannya bersama Kakashi.
"Kau masih mengingatnya, Sakura? Dia Hanare."
Sakura hanya terdiam. Ia menelan salivanya dengan susah payah. Apa maksud wanita itu datang disaat seperti ini? Bagaimana kalau Kakashi tertarik oleh wanita itu?
Tidak! Tidak akan! Kakashi bilang dia mencintainya. Pria itu tak akan membohonginya apalagi sampai meninggalkannya.
"Ah, hai, Hanare-san." Sapa Sakura yang menarik kembali senyum manisnya.
Hanare membalas senyum Sakura. "Sakura? Kau semakin cantik."
Kau bahkan lebih cantik, Hanare-san. Batin Sakura. Perasaan gelisah memenuhi wajah gadis itu. Kakashi dapat membaca ketegangan Sakura.
"Kau terlihat gelisah, Sakura?" Tanya Kakashi khawatir.
Sakura menggeleng dengan cepat. "Tidak, tidak apa-apa. Kalian mau kemana?" Sakura balik bertanya.
"Hanare barusaja tiba di Konoha dan kami bertemu di gerbang Konoha. Aku mengajaknya jalan-jalan."
Hanare mengangguk. "Iya. Aku berencana tinggal di Konoha setelah lama berkelana."
"Semoga kau suka disini. Baiklah, aku pulang dulu, kalian selamat bersenang-senang." Ia benar-benar tidak bisa menahan cemburunya.
"Kau tidak ingin ikut bersama kami?" Tanya Hanare dengan polosnya.
Sakura harus menahan api cemburu yang siap meledak kapan saja. Hanare tidak bersalah, wanita itu tidak tau apa-apa tentang hubungannya dengan Kakashi.
"Yang benar saja, hahaha.. tentu aku tidak ingin merusak jalan-jalan kalian." Tawa Sakura terdengar Hambar di telinga Kakashi. Ia yakin ada yang gadis itu sembunyikan darinya.
"Saku-"
"Sakura-chan." Suara Sai menggema hingga menenggelamkan suara Kakashi yang hendak memanggil Sakura.
Sakura menatap lurus ke depan. Sai. Pria itu menolongnya. Sakura akan berterima kasih setelah ini pada pria berkulit putih pucat seperti mayat itu.
"Sai?" Sakura segera menghampiri Sai yang berdiri di belakang Kakashi dan Hanare.
Gadis itu melirik tangan Kakashi yang akan bergerak untuk menariknya saat melewati pria itu. Tapi, Sakura menepis tangan kekar itu dengan cepat.
Kakashi bungkam dibuatnya.
"Kau ditunggu oleh Tsunade-sama di kantornya." Dusta Sai. Sakura tau kalau Sai memiliki hobby mengintipnya saat bersama Kakashi walau sebenarnya ia hanya kebetulan lewat dan menyaksikannya.
Sakura menarik tangan Sai untuk segera pergi dari tempat itu. Genggamannya sangat erat hingga membuat pria itu mengerang tapi ia tahan.
Sakura menahan tangisnya jatuh. Ia tidak ingin menangis di depan Kakashi. Pria itu akan berpikir kalau dia sangat lemah.
Sakura melonggarkan genggamannya setelah merasa jauh dari tempat Kakashi. Ia berjongkok, memeluk kedua lututnya dan menangis.
Beberapa orang yang lewat melihatnya turut prihatin. Sakura menangis sejadi-jadinya.
Sai tidak nyaman karena tatapan orang-orang yang seperti menghakiminya. Ia menunduk dan menarik tubuh Sakura ke dalam dekapannya.
"Dia tidak akan mengecewakanmu. Percayalah." Ucap Sai yang berhasil menenangkan Sakura. Gadis ini pasti sangat sakit walau ia tidak bisa merasakannya.
.
.
.T B C
Jangan lupa ninggalin jejak, vote share and comment /ngomong ala youtubers/ wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Фанфик[PRIVATE ACAK] Apa salahnya kalau mantan sensei dan mantan murid terlibat dalam suatu hubungan? Mereka rasa tidak ada yang salah. Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah takdir. Mereka bahkan tidak tahu bahwa takdir lah yang secara kebetula...