Pagi-pagi aku berjalan menuju sekolah dengan langkah riang seperti biasanya. Senyum selalu mengembang di bibirku. Dengan rambut digerai, ditambah hiasan jepitan berwarna biru yang senada dengan warna jamku.
Masih banyak waktu, yang membuatku tidak harus buru-buru berjalan ke sekolah. Aku bersenandung, menikmati udara pagi yang menyegarkan. Tersenyum pada beberapa orang yang kulewati.
Aku menaiki angkot, sangat beruntung karena aku tidak perlu berdesakan dengan ibu-ibu yang baru pulang dari pasar atau bapak-bapak bertato yang mengerikan.
Karena angkot yang kutumpangi hanya berisi dua siswi SMP Muara, dan tiga siswa SMA Patimura.
Jalanan tidak terlalu padat pagi ini. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang, karena masih sangat pagi.
Aku sedang malas berlama-lama di rumah, karena harus mendengar perdebatan antara bang Gio dan kak Niesha. Belum lagi pacar bang Gio yang sejak semalam terus menerus menelpon bang Gio.
Terlalu protektif, aku bingung kenapa bang Gio betah dengan pacarnya. Bahkan sampai tiga tahun berpacaran, mungkin jika kak Niesha bukan adik dari bang Gio, bisa saja mereka berpacaran. Aku sih setuju, tapi karena sesama keluarga. Aku melarang, sangat-sangat melarang.
Angkot berhenti tepat di depan gerbang SMA Patimura, yang menjulang tinggi. Aku membayar ongkos, lalu berjalan memasuki pelantara SMA Patimura. Seperti hari-hari biasanya, sekolah ini akan tetap ramai walau keadaan masih sangat pagi.
Koridor kelas X ramai sekali dengan siswa-siswi yang sudah kebanyakan aku kenal. Semester dua kali ini tidak banyak anak-anak pindahan yang memasuki SMA Patimura.
Aku memasuki kelasku, yang masih sepi. Kuperkirakan semua berada di kantin, karena kantin adalah surga dunia bagi anak-anak kelasku. Untuk mengisi perut karena jam pertama dengan pelajaran Fisika.
Saat memasuki kelas, mataku langsung tertuju pada Atha yang sedang duduk sambil memperhatikan keadaan luar lewat jendela.
Aku duduk di bangkuku, suara decitan bangku yang di geser membuat Atha menengok ke arahku. Aku tersenyum.
"Selamat pagi, Gia," sapa Atha dengan senyuman manisnya.
"Pagi kembali, Atha," sapaku kembali.
Aku duduk lalu mengeluarkan ponselku, banyak pesan yang masuk tidak lain hanya dari Quella, Sheren, bang Gio dan kak Niesha.
"Gia," panggil Atha, membuatku menengok.
"Iya?"
"Boleh saya minta nomor ponselmu?" tanya Atha.
Aku hanya mengangguk. Lalu memberikannya, aku kira Atha tidak bermain ponsel. Namun aku salah, tapi tidak mungkin juga. Laki-laki se-keren dan se-cool Atha tidak memiliki ponsel.
Dari tukeran nomor ponsel, dan mulai dari situ pula kedekatanku dengan Atha terjalin. Kedekatan sebagai teman sekelas, belum lebih. Tapi tidak tahu kedepannya.
GIANDRA💓
Hallo, selamat malam. Udah masuk sekolah huaa, jadi aku slow update aja yaa. Karena kalian tau lah ya, kelas 9 itu banyak sekali hal-hal yang dilakukan ha ha😂 see you next chapter. Budayakan membaca sebelum memberi vote dan coment, karena aku akan lebih menghargai yang membaca dibanding hanya memberi vote😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Giandra [Completed]
Short Story(Perfect cover by @alphagraphic) Giandra Claretta, gadis pintar dengan wajah cantik. Dipertemukan dengan Atha, laki-laki yang menurut Giandra sangat asik. Giandra tidak mempercayai sebuah cinta dengan waktu singkat, tetepi bagi Atha itu semua bisa t...