Bonus Part II

6.2K 175 10
                                        

I'm jealous of the way
You're happy without me

***

Setelah pulang dari Amerika, aku menghabiskan hari-hari di rumah. Lalu baru hari ini berniat akan berkunjung ke kafe, tempat dulu aku dan Atha sering bertemu.

Aku masih memikirkannya hingga saat ini. Susah sekali menghapus bayang-bayang Atha, apa Atha memikirkanku juga? Apa perasaan itu masih ada di hati Atha? Atau mungkin telah hilang seiring berjalannya waktu? Aku tak tahu, aku hanya berharap perasaan itu masih ada saat kami bertemu nanti.

Aku membuka pintu kafe, dan langsung memilih duduk di ujung dekat jendela. Kafe semakin hari semakin ramai, dan sudah banyak yang berubah dari terakhir kali aku berkunjung.

Aku memesan minum, sembari menunggu aku melihat ke luar. Menatap lalu lalang, serta mendengar bisingnya kendaraan di hari ini.

Tanpa sengaja mataku menangkap wajah seseorang, aku mengamatinya lama karena posisinya yang menyamping. Tiba-tiba ia menengok, dan matanya menatap tepat di manik mataku.

Aku terpaku beberapa saat, sebelum sadar. Ia laki-laki yang kucari, laki-laki yang membuatku kalang kabut memikirkannya, memikirkan perasaanku sendiri.

Laki-laki itu berjalan ke arah seorang perempuan, dan kembali melanjutkan jalannya masuk ke kafe. Tanpa perempuan tadi. Aku mengikuti kemana ia akan berjalan, laki-laki dengan tubuh tegap serta harum maskulin yang menyengat mendekat ke arahku.

Aku terkesiap, ia masih mengingatku.

"Hai, Gi. Kita ketemu di sini," sapanya, senyumnya masih sama, manis.

"Ha-hai Tha," sapaku balik.

"Boleh duduk?" tanyanya.

Lalu aku hanya mengangguk, aku tak tahu mau merespon seperti apa. Jujur ini terlalu mendadak, dan aku bingung.

"Lama nggak ketemu, kabar kamu gimana?" tanya Atha, seraya memanggil pelayan.

"Aku eh gue baik, lo?" tanyaku, sebisa mungkin menutupi rasa gugup yang menyerang.

"Baik juga, saya punya kabar baik buat kamu," ucap Atha dengan wajah yang senang.

"Apa?" tanyaku, aku deg-degan menunggu jawaban dari Atha.

"Saya berhasil menghilangkan perasaan saya ke kamu, dan saya akan segera bertunangan," jawab Atha, wajahnya sangat bahagia. Menandakan jika ia sedang tak bercanda.

Dadaku rasanya sakit, aku menunggunya sedangkan Atha sudah bahagia tanpa kehadiranku. Aku menahan agar tak ada air mata yang jatuh.

"Selamat, gue duluan ya Tha," pamitku, tanpa menunggu jawaban Atha aku berlari keluar kafe.

Air mata itu mulai turun membasahi pipiku, semuanya terasa sangat menyesakkan. Sedih, aku menyesal menolak Atha dulu. Aku menyesal!

Aku benci pada perasaan ini, sangat benci! Mengapa hadir disaat yang tidak tepat, apa memang sengaja ingin mempermainkanku.

Aku cemburu, Atha bahagia tanpaku.

****

Hallo kalian-kalian yang masih baca ini cerita, yang masih anggap ending yang menggantung. Mungkin part ini untuk memperjelas bagaimana hubungan Atha dan Gia.

Lantas, maaf banget yang minta sequel. Sepertinya aku nggak akan buat sequel untuk cerita ini dan Go Away yang pertama. Mereka anak kuliah, akuu belum kuliah dan memerlukan riset mengenai segala hal tentang kuliah. Nggak bisa asal, nanti jadi terkesan aneh. Maaf yaaa :(

Makasih buat yang baca cerita abal, dan klise aku ini. Makasih sebanyak-banyaknya, jika ada kesalahan silakan komentar. Aku menerima segala kritik serta saran kalian. Sampai jumpa di ceritaku yang lain :)

Giandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang